Pendidikan seks di Sekolah Pendidikan Seks dari petugas Kesehatan.

e. Pendidikan seksual perlu diulang-uang dan perlu untuk mngetahui seberapa jauh pengertian baru dapat diserap oleh anak dan perlu reinforcement apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuan.

2.5.5 Pendidikan seks di Sekolah

Menurut Sarwono 2006 , sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah sekolah, lingkungan yang setiap hari dimasuki selain lingkungan rumah adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Fungsi sekolah sebagai pembentukan nilai dalam diri anak sekarang banyak menghadapi tantangan. Adanya pengaruh lingkunagan masyarakat terhadap perkembangan jiwa remaja sangat besar. Mengenai pendidikan seks, sekolah hanya bertujuan untuk mendukung upaya para orang tua dalam membimbing anak-anak tentang seksualitas. Program- program yang ditawarkan hanya sebatas pemberian informasi, mengajukan pertanyaan seputar seks, mengadakan diskusi tentang kgiatan seksual dan cara pengambilan keputusan. Dianawati, 2006

2.5.6 Pendidikan Seks dari petugas Kesehatan.

. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, tehnik yang biasa dilakukan oleh para tenaga profesional dalam menangani masalah remaja khususnya pendidikan seks yaitu dengan penanganan individual dimana remaja ditangani sendiri, dalam tatap muka empat mata. Pemberian arahan berupa konseling bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara mengutukan kembali kepribadian remaja dan berusaha menyesuaikan diri tehadap kendala dan mencari jalan keluar dari masalah. Tehnik konseling ini berpusat pada perasaan-perasaan dan pandangan-pandangan klien sendiri, sehingga tehnik ini dinamakan client centered therapy terapi yang berpusat pada klien. Sarwono, 2006 Kursus-kursus Seksiologi . KEMUNGKINAN JALUR PENDIDIKAN SEKS Menurut Sarwono, 2006 Orang tua Guru Dokterparamedis Keluarga Sekolah Media Massa Pelayanan Kesehatan Klinik Remaja Konseling Remaja 0-20 9-20 Semua 12-20 tahun yang ingin tahun tahun umur tahu lebih lanjut tentang seks Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA PENELITIAN Kerangka Konseptual Sikap dan Pendidikan Seks terhadap Tindakan Ibu Remaja Putri - Defesnisi - Tujuan - Isi - Kiat Bimbingan dalam pendidikan seks Karakteristik ibu - Pendidikan - Usia - Suku Ras - Agama Defenisi Konseptual dan Operasional

a. Sikap

- Defenisi Konseptual Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Notoatmodjo, 2003 . - Defenisi Operasional Sikap ibu adalah respon atau reaksi setuju dan tidak setuju dari materi pendidikan seks yang diterima. Universitas Sumatera Utara b. Tindakan - Defenisi Konseptual Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan Overt Behavior . Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas serta dukungan. Notoatmodjo, 2003 - Defenisi Operasional Tindakan ibu adalah perbuatan atau tindakan ibu dalam pemberian pendidikan seks yang pernah dilakukan ibu kepada remaja putrinya. c. Pendidikan Seksual - Defenisi Konseptual Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai seksualitas manusia yang jelas dan benar yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran tingkah laku seksual, aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Sarwono,2006 - Defenisi Operasional . Pendidikan seks adalah suatu penyampaian informasi materi oleh ibu kepada remaja tentang defenisi, tujuan, dan bimbingan dalam pendidikan, pendidikan seksual di sekolah, pendidikan seksual oleh tenaga kesehatan. d. Remaja - Defenisi Konseptual Universitas Sumatera Utara Remaja adalah Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sarwono, 2006 - Defenisi Operasional Remaja merupakan individu yang berusia antara 11-20 tahun yang merupakan anak remaja dari ibu yang menjadi responden. Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

6 57 130

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

2 62 157

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Risiko Kehamilan Remaja di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

2 38 69

Hubungan Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Mengenai Keputihan Di Dusun Tujuh Desa Bandar Khalipah Deli Serdang Tahun 2008

0 30 48

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

0 20 93

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

41 141 87

Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Minyak Goreng Berulang Kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2010

15 122 125

Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda

1 45 92

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 3 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 6 21