Aplikasi Teknik MCDM untuk Penentuan Pemasok Dalam Manajemen Rantai Pasok di PT. Kurnia Aneka Gemilang

(1)

APLIKASI MCDM UNTUK PENENTUAN PEMASOK

DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK DI

PT. KURNIA ANEKA GEMILANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MARINI C. HUTAGAOL

NIM. 080403041

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas

segala kasih Karunia-Nya serta kemurahannya sehingga penulis dapat

meneyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Kurnia Aneka Gemilang yang

bergerak dalam bidang produksi sirup. Tugas sarjana ini merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri,

khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Tugas Sarjana ini berjudul “Aplikasi Teknik MCDM untuk

Penentuan Pemasok Dalam Manajemen Rantai Pasok di PT. Kurnia Aneka Gemilang”.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis terbuka untuk setiap kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

Medan, September 2013


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada

Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Industri USU

serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas

sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas

Sarjana ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Bidang

Manajemen Rekayasa dan Sistem Produksi atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, M.Dea. selaku Dosen Pembimbing

I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada


(6)

4. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Utomo, SE, sekaligus pembimbing lapangan yang telah banyak

memberikan bimbingan, informasi serta masukan terhadap pengerjaan laporan

penelitian ini.

6. Seluruh pihak manajemen PT. Kurnia Aneka Gemilang yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

7. Seluruh staff administrasi Jurusan Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Ridho,

Bang Nurmansyah, Kak Dina, Kak Ani yang telah banyak membantu dalam

hal administrasi kepada penulis.

8. Ayahanda Leonard P. Hutagaol dan Ibunda Linda R. Tampubolon yang tiada

hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga

laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas

segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah

penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta.

9. Pastor Sirilus Manalu, Ofm, Cap, yang mendapat sebutan PaPa (Bapa Pastor)

oleh penulis, yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril dan

materil sehingga akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari

tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari beliau, oleh

karena itu izinkanlah penulis juga memberikan karya ini sebagai ungkapan


(7)

10. Abang, Kakak dan Adikku tercinta, Bang Jansen A. Hutagaol, Kak Elisa K.

Hutagaol, Christyanto M.N. Hutagaol dan Edwin M. Hutagaol yang selalu

memotivasi penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

11. Buat teman dekatku, Bang Sardianus (Juan) Waruwu yang selalu mendesak

dan memberi motivasi penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

12.Rekan-rekan stambuk 2008 yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan kepada


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2 Rumusan Permasalahan ... I-3

1.3 Tujuan Penelitian ... I-4

1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4

1.5 Manfaat Penelitian ... I-5


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

I I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1 Sejarah Perusahaan... II-1

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

2.3 Lokasi Perusahaan ... II-2

2.4 Daerah Pemasaran ... II-2

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-2

2.6 Proses Produksi ... II-3

2.7 Standar Mutu Bahan/Produk ... II-4

2.8 Bahan-bahan Yang Digunakan ... II-6

2.9 Uraian Proses ... II-7

2.10 Mesin dan Peralatan ... II-12

2.10.1 Mesin Produksi ... II-12

2.10.2 Peralatan (Equipment) ... II-13

2.11 Utilitas ... II-14

2.12 Safety and Fire Protection ... II-15

2.13 Waste Treatment (Pengolahan Limbah) ... II-16

2.14 Struktur Organisasi ... II-16

2.14.1 Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... II-18

2.15 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-21


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1 Pemilihan Supplier (Pemasok) ... III-1

3.1.1 Kriteria Pemilihan Pemasok ... III-1

3.1.2 Teknik Mengurutkan/Memilih Pemasok... III-4

3.1.3 Menilai Kinerja Pemasok ... III-4

3.2 Metode MCDM (Multi Criteria Decision Making) ... III-5

3.2.1 Metode-metode Penyelesaian Masalah MADM ... III-8

3.2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-9

3.2.2.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP) ... III-11

3.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Analytical

Hierarchy Process (AHP) ... III-11

3.2.3 Metode TOPSIS (Technique For Order Preference

Similarity to Ideal Solution ... III-16

3.2.3.1 Definisi Metode TOPSIS (Technique For

Order Preference Similarity to Ideal Solution ... III-16

3.2.3.2 Langkah Kerja Metode TOPSIS ... III-17

3.3 Teknik Sampling ... III-19

3.3.1 Sampling Pertimbangan (Judgement Sampling) ... III-20

3.4 Pembuatan Kuisioner ... III-20


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.6 Reliabilitas Data ... III-23

3.7. Metode Successive Interval (MSI) ... III-24

3.7.1 Pandangan Likert Termasuk Kategori Ordinal ... III-25

3.7.2 Pandangan Likert Termasuk Kategori Interval ... III-26

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2 Objek Penelitian ... IV-1

4.3 Jenis Penelitian ... IV-1

4.4 Kerangka Konseptual ... IV-2

4.5 Variabel Penelitian ... IV-2

4.6 Populasi dan Sampel ... IV-4

4.7 Metode Pengumpulan Data ... IV-5

4.8 Blok Diagram Penelitian ... IV-5

4.9 Pengolahan Data ... IV-7

4.10 Hasil dan Pembahasan ... IV-9

4.11 Kesimpulan dan Saran... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.2 Pembuatan Kuisioner ... V-3

5.2 Rekapitulasi Data ... V-3

5.3 Pengolahan Data ... V-4

5.3.1 Pengolahan data Metode AHP ... V-4

5.3.1.1 Penentuan Bobot ... V-4

5.3.1.1.1 Penentuan Bobot Kriteria (Level 2)

Pemasok Gula Murni ... V-4

5.3.1.1.2 Penentuan Bobot Sub Kriteria (Level 3)

Pemasok Gula Murni ... V-7

5.3.1.2 Uji Konsistensi ... V-12

5.3.1.2.1 Uji Konsistensi Kriteria (Level 2)

Pemasok Gula Murni ... V-12

5.3.1.2.2 Uji Konsistensi Kriteria (Level 3)

Pemasok Gula Murni ... V-14

5.3.2 Pengolahan Data Metode TOPSIS ... V-17

5.3.2.1 Penentuan Alternatif... V-17

5.3.2.2 Perhitungan Validitas ... V-18

5.3.2.3 Perhitungan Reliabilitas ... V-23

5.3.2.4 Transformasi Data Dari Data Ordinal

ke Data Interval ... V-26


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.2.5 Penentuan Prioritas Urutan Pemasok Gula

Murni dengan TOPSIS ... V-33

5.3.2.6 Matriks Keputusan Ternormalisasi ... V-37

5.3.2.7 Matriks Keputusan Ternormalisasi Terbobot... V-38

5.3.2.8 Matriks Solusi Ideal Positif dan

Solusi Ideal Negatif ... V-39

5.3.2.9 Menghitung Jarak Setiap Alternatif dengan

Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif ... V-41

5.3.2.10 Menentukan Nilai Preferensi Setiap Alternatif .. V-42

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1 Hierarki Kepentingan ... VI-1

6.2 Hasil Kuisioner AHP ... VI-2

6.3 Bobot Sub Kriteria dan Kriteria Hasil AHP ... VI-3

6.4 Hasil Penggunaan Metode TOPSIS ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1


(14)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Jumlah Tenaga Kerja PT. Kurnia Aneka Gemilang ... II -22

3.1 Kriteria Pemilihan/Evaluasi Pemasok ... III-2

3.2 Kegiatan-kegiatan Utama Supply Chain Management ... III-13

3.3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ... III-23

5.1 Alternatif Pemasok Gula Murni ... V-4

5.2 Perhitungan Rata-rata Geometrik Kriteria (Level 2) Untuk

Tingkat Kepentingan ... V-7

5.3 Matriks Normalisasi Kriteria (pada Level 2) Untuk Tingkat

Kepentingan ... V-7

5.4 Perhitungan Pembobotan Kriteria (Level 2) Pemasok

Gula Murni ... V-8

5.5 Perhitungan Rata-rata Geometrik Sub Kriteria (pada Level 3)

Untuk Tingkat Kepentingan ... V-10

5.6 Perhitungan Rata-rata Pembobotan Sub Kriteria (pada Level 3)

Pemasok Gula Murni ... V-12

5.7 Data Kuisioner Tingkat Kesesuaian Untuk PT. A ... V-18

5.8 Perhitungan Validitas untuk Sub Kriteria P1 Tingkat

Kesesuaian PT. A ... V-18

5.9 Rekapitulasi Perhitungan Validitas untuk Tingkat Kesesuaian


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10 Pengujian Reabilitas Tingkat Kesesuaian Penentuan Pemasok Gula

Murni untuk PT. A ... V-22

5.11 Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Tingkat Kesesuaian Pemasok

Gula Murni ... V-25

5.12 Rekapitulasi Frekuensi Tiap Responden untuk Tingkat

Kesesuaian ... V-25

5.13 Rekapitulasi Hasil Transformasi Skala Baru untuk Kuisioner

Tingkat Kesesuaian Pemasok Gula Murni ... V-29

5.14 Perhitungan Rata-rata Geometrik Sub Kriteria (pada Level 3)

Untuk Tingkat Kesesuaian ... V-33

5.15 Urutan Pemasok dengan Metode TOPSIS ... V-40

6. 1 Hasil Transformasi Skala Likert ke Skala Interval dengan

Method of Successive Interval (MSI) ... VI-2

6. 2 Urutan Bobot Kriteria Tingkat Kepentingan ... VI -3

6. 3 Urutan Bobot Sub Kriteria Tingkat Kepentingan ... VI -3

6. 4 Hasil Urutan Pemasok Gula Murni dengan Metode


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Block Diagram Pembuatan Sirup Kurnia ... II-11

2.2 Struktur Organisasi PT. Kurnia Aneka Gemilang ... II-17

3.1 Simplifikasi Model Rantai Pasok 3 Jenis Aliran

yang Dikelola ... III-6

4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2

4.2 Block Diagram Pengolahan Data ... IV-6

4.3 Block Diagram Metodologi Penelitian... IV-8


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Kuisioner ... L.1

2 Rekapitulasi Kuisioner Data Tingkat Kepentingan ... L.2

3 Rekapitulasi Kuisioner Data Tingkat Kesesuaian ... L.3

4 Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi Product Moment ... L.4

5 Form Tugas Akhir ... L.5

6 Surat Penjajakan ... L.6

7 Surat Balasan Perusahaan ... L.7

8 Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.8


(19)

ABSTRAK

Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat tidak lagi hanya ditentukan oleh keinginan konsumen akan produk yang berkualitas tetapi juga faktor-faktor lainnya seperti pelayanan yang baik dan tepat waktu. Dan salah satu hal yang dapat mewujudkan keinginan konsumen tersebut adalah keberadaan pemasok sebagai pihak penyedia bahan baku. Sehingga, pemasok yang terbaik akhirnya dapat memenuhi keinginan konsumen tersebut akan produk yang berkualitas dengan pelayanan yang baik dan tepat waktu.

PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah sebuah perusahaan yang memproduksi sirup yang berada di daerah Tanjung Morawa. Dalam penelitian ini, beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemasok gula murni yang telah lama menjadi mitra bisnis perusahaan yaitu ketidak konsistenan pemasok dalam pemenuhan permintaan kebutuhan gula murni yang mendadak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemasok gula murni terbaik berdasarkan nilai preferensi setiap alternatif pemasok.

Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS yang akan menentukan prioritas pemasok gula murni. Dimana metode AHP digunakan untuk mendapatkan bobot setiap kriteria dan sub kriteria yang tersedia dan bobot tersebut digunakan dalam metode TOPSIS untuk mendapatkan nilai preferensi setiap alternatif pemasok yang akan menentukan prioritas pemasok gula murni terbaik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 kriteria dengan 14 sub kriteria dan 5 pemasok gula murni yang telah lama menjadi mitra bisnis perusahaan Dimana bobot kriteria kualitas memiliki bobot yang paling tinggi sebesar 0,4949 dan sub kriteria kecepatan respon dalam penggantian produk cacat sebesar 0,1568 dan pemasok yang memiliki nilai preferensi pemasok gula murni yang paling tinggi adalah PT. D sebesar 0,99665. Hal ini menunjukkan bahwa pemasok D berada pada urutan paling utama sehingga menjadi pemasok terbaik yang diprioritaskan dalam pemenuhan pasokan gula murni ke PT. Kurnia Aneka Gemilang.


(20)

ABSTRAK

Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat tidak lagi hanya ditentukan oleh keinginan konsumen akan produk yang berkualitas tetapi juga faktor-faktor lainnya seperti pelayanan yang baik dan tepat waktu. Dan salah satu hal yang dapat mewujudkan keinginan konsumen tersebut adalah keberadaan pemasok sebagai pihak penyedia bahan baku. Sehingga, pemasok yang terbaik akhirnya dapat memenuhi keinginan konsumen tersebut akan produk yang berkualitas dengan pelayanan yang baik dan tepat waktu.

PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah sebuah perusahaan yang memproduksi sirup yang berada di daerah Tanjung Morawa. Dalam penelitian ini, beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemasok gula murni yang telah lama menjadi mitra bisnis perusahaan yaitu ketidak konsistenan pemasok dalam pemenuhan permintaan kebutuhan gula murni yang mendadak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemasok gula murni terbaik berdasarkan nilai preferensi setiap alternatif pemasok.

Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS yang akan menentukan prioritas pemasok gula murni. Dimana metode AHP digunakan untuk mendapatkan bobot setiap kriteria dan sub kriteria yang tersedia dan bobot tersebut digunakan dalam metode TOPSIS untuk mendapatkan nilai preferensi setiap alternatif pemasok yang akan menentukan prioritas pemasok gula murni terbaik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 kriteria dengan 14 sub kriteria dan 5 pemasok gula murni yang telah lama menjadi mitra bisnis perusahaan Dimana bobot kriteria kualitas memiliki bobot yang paling tinggi sebesar 0,4949 dan sub kriteria kecepatan respon dalam penggantian produk cacat sebesar 0,1568 dan pemasok yang memiliki nilai preferensi pemasok gula murni yang paling tinggi adalah PT. D sebesar 0,99665. Hal ini menunjukkan bahwa pemasok D berada pada urutan paling utama sehingga menjadi pemasok terbaik yang diprioritaskan dalam pemenuhan pasokan gula murni ke PT. Kurnia Aneka Gemilang.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

menuntut pelayanan yang baik dan tepat waktu. Pemasok sebagai pihak penyedia

bahan baku, sangat berperan penting dalam penentuan kualitas, kelancaran

produksi dan dalam manajemen rantai pasok. Untuk itu, perusahaan harus selektif

menentukan pemasok yang menjadi prioritas utama mitra bisnis.

PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah sebuah perusahaan yang memproduksi

sirup. Bahan baku yang digunakan oleh perusahaaan ini adalah konsentrat dan

gula murni. Perusahaan memiliki 5 pemasok gula murni yang telah lama menjadi

mitra bisnis perusahaan. Kelima pemasok gula murni ini memiliki kelebihan dan

kelemahan yang berbeda dalam menyediakan gula murni kepada PT. Kurnia

Aneka Gemilang. Berdasarkan pengalaman perusahaan, tidak ada pemasok gula

murni yang benar-benar mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara

konsisten. Hal ini terlihat dari ada pemasok yang sering tidak sanggup memenuhi

permintaan perusahaan akan gula murni yang mendadak. Oleh karena itu,

perusahaan perlu mengevaluasi kinerja pemasok gula murni dan menentukan

prioritas pemasok tersebut berdasarkan kriteria dan sub kriteria sesuai kebutuhan


(22)

Dalam penentuan pemasok, ada beberapa kriteria yang harus

diperhitungkan. Secara umum, banyak perusahaan yang menggunakan kriteria

dasar seperti kualitas produk yang ditawarkan, harga dan ketepatan waktu

pengiriman. Penelitian yang dilakukan oleh Dickson hampir 40 tahun yang lalu

menunjukkan bahwa kriteria penentuan pemasok terdiri dari 23 kriteria (ini

kutipan dalam buku I Nyoman Pujawan, 2009). Penelitian ini menggunakan

kriteria yang didasarkan pada teori Dickson yang kemudian divalidasi sesuai

dengan kebutuhan perusahaan melalui diskusi bersama pihak manajemen pada

perusahaan. Kemudian ditentukan sub kriteria yang digunakan dalam penelitian

ini. Sub kriteria dapat menjelaskan secara detail hal-hal yang apa saja yang harus

dipertimbangkan dengan pengambilan keputusan. Sama halnya dengan penentuan

kriteria, penentuan sub kriteria juga diperoleh dari hasil proses diskusi dengan

pihak manajemen perusahaan. Tidak terdapat acuan khusus ataupun tolok ukur

yang digunakan dalam menentukan sub kriteria ini. Adapun kriteria dan sub

kriteria penentuan pemasok gula murni antara lain : Kriteria Harga (Price),

meliputi 3 sub kriteria : kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas,

kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam

jumlah tertentu dan kelonggaran pembayaran dan pelunasan. Kriteria kualitas

(quality), meliputi 3 sub kriteria : kesesuaian gula murni dengan standar yang

berlaku, penyediaan gula murni tanpa caca dan konsistensi dalam pemenuhan

kualitas. Kriteria pengiriman (delivery), meliputi 3 sub ktiteria : kemampuan

untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati,


(23)

jumlah dalam pengiriman. Kriteria pelayanan (service), meliputi 3 sub kriteria :

kemudahan untuk dihubungi, kemampuan memberikan informasi secara jelas dan

mudah dimengerti dan kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan.

Kriteria garansi (warranty), meliputi 2 sub kriteria : kesediaan pemasok dalam

penggantian produk cacat dan kecepatan respon dalam penggantian produk cacat.

Pengambilan keputusan dalam penentuan dan pemilihan pemasok telah

pernah diteliti. Peneliti sebelumnya oleh Feri Harianto & Aprillia (2012) tentang

pemilihan pemasok bahan bangunan pada proyek apartemen di Surabaya dengan

menggunakan metode AHP. Penelitian ini mengunakan 5 kriteria yaitu : harga,

kualitas, layanan, ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah. Hasilnya,

mempertimbangan peringkat kriteria dalam pemilihan pemasok didasarkan pada

besarnya nilai eigen vektor. Kelemahan penelitian ini hanya melihat dan

mempertimbangkan ketidakpastian yang muncul akibat subjektivitas manusia.

Pada penelitian Indira Kusuma (2012) tentang “Seleksi PemasokBahan Baku

dengan Metode TOPSIS Fuzzy MADM” (Studi Kasus PT. Giri Sekar Kedaton,

Gresik), menggunakan 13 kriteria dalam pemilihan pemasok yaitu : kepantasan

harga dengan kualitas barang yang dihasilkan, kemampuan untuk memberikan

potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu, kesesuaian

barang dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, kriteria penyediaan barang tanpa

cacat, kriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten, kriteria

kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah

disepakati, kriteria kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi, kriteria


(24)

kemasan, kriteria kemudahan untuk dihubungi, kriteria kemampuan untuk

memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti, kriteria

kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan, kriteria cepat tanggap

dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Dengan metode topsis tersebut dapat

diperoleh pemasoksemen terbaik.

Penelitian ini menggunakan MCDM (Multi Criteria Decision Making ) dalam

pengambilan keputusan. Alasan penggunaan metode ini dikarenakan penelitian ini

melibatkan lebih dari satu kriteria dalam menentukan prioritas pemasok yang

didasarkan pada teori Dickson yang kemudian divalidasi oleh perusahaan sesuai

dengan kebutuhan melalui proses diskusi bersama pihak-pihak yang ahli dalam

penanganan pasokan gula murni dan melibatkan minimal dua solusi alternatif.

Penelitian ini menggunakan dua metode MCDM. Kedua metode yang digunakan

disini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for

Order Preferences of Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang untuk

selanjutnya disebut dengan metode AHP-TOPSIS. Metode TOPSIS merupakan

metode multi kriteria yang mencari penyelesaian berdasarkan jarak terdekat

dengan titik ideal positif dan jarak terjauh dengan titik ideal negatif. Metode

TOPSIS mempunyai kelemahan, yaitu memerlukan bobot awal untuk mengolah

data selanjutnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penggabungan dengan metode

MCDM lain untuk mendapatkan bobot awal yaitu AHP. Metode AHP

menggunakan persepsi manusia yang dianggap ahli sebagai input utamanya dan


(25)

alternatif. Peneliti tertarik menggabungkan kedua metode MCDM yaitu AHP dan

TOPSIS dalam penentuan pemasok gula murni pada PT. Kurnia Aneka Gemilang.

1.2 Rumusan Permasalahan

Permasalahan pada penelitian ini adalah mengenai penentuan pemasok

gula murni terbaik untuk PT. Kurnia Aneka Gemilang sesuai dengan kriteria yang

ditentukan perusahaan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini mencakup :

1. Penentuan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria yang digunakan pada

PT. Kurnia Aneka Gemilang dengan metode AHP.

2. Menentukan nilai preferensi dari setiap alternatif pemasok gula murni untuk

penentuan urutan prioritas pemasok gula murni terbaik dengan metode

AHP-TOPSIS.

1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah yang ditetapkan pada penelitian ini antara lain :

1. Pemasok yang diteliti adalah pemasok bahan baku gula murni

2. Data yang dianalisa adalah data primer (kuisioner) yang didiberikan kepada

para pembuat keputusan di PT. Kurnia Aneka Gemilang.


(26)

4. Penelitian dilakukan pada 5 perusahaan pemasok yang sudah lama menjadi

mitra kerja perusahaan ini.

5. Taraf signifikansi yang digunakan adalah : α = 5%. 6. Pengolahan data menggunakan software Microsoft excel

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Operasional perusahaan berjalan normal selama penelitian berlangsung.

2. Sistem ekonomi berjalan normal selama penelitan berlangsung.

3. Manajemen perusahaan bersifat netral kepada setiap pemasok gula murni.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk Mahasiswa

Menambah pengalaman dalam menerapkan dan mengembangkan konsep

keilmuan yang diperoleh dari perkuliahan dalam pemecahan masalah di

perusahaan yang dijadikan lokasi penelitian.

b. Untuk Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat

kebijakan untuk menentukan prioritas pemasok dan menerapkan sistem

manajemen rantai pasok dengan tepat.

c. Untuk Lembaga Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi penerapan

teknik Multi Criteria Decision Making (MCDM) khususnya metode


(27)

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, membahas tentang latar belakang permasalahan,

rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, proses produksi perusahaan dan

manajemen.

BAB III LANDASAN TEORI, mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan dan analisis

pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN, berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian

dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk

melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada

pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH, memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan

dengan teori-teori yang ada terutama terhadap metode AHP dan


(28)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN, berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Kurnia Aneka Gemilang berdiri sejak tahun 1969, dengan nama UD.

Kurnia. Perusahaan ini menjalankan usaha yang bergerak dibidang produksi sirup

manis dengan lokasi pabrik di Daerah Istimewa Aceh.

Usaha ini telah dirintis lebih dari duapuluh tahunan dan perkembangan

usahanya sangat baik. Sesuai dengan rencana untuk memudahkan atau

melancarkan seluruh distribusi, maka pada tanggal 1 agustus 1991, perusahaan ini

pindah ke Medan.

Perpindahan diikutsertakan dengan perubahan nama perusahaan menjadi

PT. Kurnia Sirup Manis. Selanjutnya berubah nama menjadi PT. Kurnia Aneka

Gemilang kemudian pindah dan menempati lokasi Medan Tj. Morawa Km. 14

dengan nomor akte 68 yang diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada bulan

Maret 1993.

Sesuai dengan akte tersebut, maksud dan tujuan perusahaan ini didirikan

adalah :

1. Memproduksi sirup

2. Mengusahakan agar produksi dapat diperluas

3. Menjalankan usaha-usaha sebagai grosir dan distributor

4. Menjalankan usaha lainnya yang bermanfaat guna mencapai maksud dan


(30)

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kurnia Aneka Gemilang ini bergerak dibidang pembuatan sirup.

Jenis-jenis rasa sirup yang dihasilkan oleh PT. Kurnia Aneka Gemilang ada empat

yaitu rasa raspberry, rasa melon, rasa grape, dan rasa lychee.

Sistem produksi yang diterapkan oleh PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah

sistem make to order dimana produk yang diproduksi merupakan produk yang

sering dipesan oleh pelanggan tetap.

2.3 Lokasi Perusahaan

PT. Kurnia Aneka Gemilang berada di Jl. Medan Tj. Morawa Km. 14

Desa Limau Manis Dusun XII No. 8 Sumatera Utara-Indonesia.

2.4 Daerah Pemasaran

PT. Kurnia Aneka Gemilang merupakan suatu perusahaan yang berskala

nasional dimana perusahaan ini selalu menjaga kualitas produk yang akan

didistribusikan ke pelanggan. Produk yang dihasilkan PT. Kurnia Aneka

Gemilang yang berada di Medan akan dipasarkan ke berbagai daerah di Sumatera


(31)

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

Pertumbuhan industri pada suatu daerah tentunya akan memberikan

berbagai dampak bagi lingkungan sekitarnya, apakah itu dampak positif taupun

dampak negatif. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap PT. Kurnia

Aneka Gemilang yang berkaitan dengan keberadaannya di tengah-tengah

masyarakat khususnya ditinjau dari aspek sosial ekonomi serta perhatiannya

terhadap permasalahan lingkungan sekitar. Adapun penjelasan mengenai dampak

yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Aspek sosial ekonomi perusahaan

Berdirinya PT. Kurnia Aneka Gemilang telah banyak membantu masyarakat

sekitarnya, yaitu dengan memberikan bantuan seperti perekrutan sejumlah

karyawan yang berasal dari masyarakat di sekitarnya sehingga perusahaan ini

membantu mengurangi jumlah pengangguran dan memberikan kesempatan

yang luas bagi masyarakat untuk memperolah pekerjaan.

b. Aspek lingkungan perusahaan

PT. Kurnia Aneka Gemilang yang bergerak dibidang pembuatan sirup manis

ini melakukan produksi yang ramah lingkungan, dimana proses produksi yang

dilakukan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Limbah yang dihasilkan

tidak mencemari lingkungan, seperti limbah cair hanya berupa air yang tidak


(32)

2.6 Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu kegiatan organisasi melakukan proses

transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan berupa

sumber daya yang diperlukan misalnya material, modal, peralatan, sedangkan

keluaran berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Melalui proses

transformasi tersebut input yang diolah akan menjadi output yang memiliki nilai

tambah baik secara fungsional maupun ekonomis.

Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk menganalisa kerja perusahaan

guna perbaikan sistem kerja. Untuk itu perlu diketahui proses produksi di PT.

Kurnia Aneka Gemilang yang meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan

pembantu serta tahapan proses produksi.

2.7 Standar Mutu Bahan/Produk

Kualitas sirup sangat diperhatikan oleh pihak produksi dengan

menekankan kehigienisan proses produksi dan menghindari kontaminasi dari luar

ruangan proses produksi dilakukan. Hal ini terlihat dari frekuensi pengendalian

kualitas selama proses produksi yang tinggi. Dimana setiap tahapan dalam

prosenya sangat mengutamakan kebersihana sehingga produk layak dikonsumsi.

Beberapa unsur penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan mutu

sirup yang dihasilkan yaitu :

1. Kehigienisan sirup yang diproduksi, dengan kebersihan setiap proses yang

ada.

2. Kesamaan kuantitas sirup per botol, merupakan hal yang selalu diperhatikan


(33)

3. Daya tahan dan rasa dari sirup sangat terjamin dan selalu diperhatikan oleh

bagian produksi.

4. Pemasangan label dan cap harus dilakukan sebaik mungkin oleh pihak

produksi.

Terdapat dua kategori fungsi Quality Control yaitu untuk eksternal dan

internal.

Eksternalcontrol antara lain:

- Mempertimbangkan kebutuhan konsumen dengan memenuhi permintaan

konsumen sesuai dengan waktu yang ditentukan.

- Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk untuk memenuhi

keinginan konsumen dan kepuasan konsumen.

- Menampung keluhan dan masukan dari konsumen tentang produk yang

dihasilkan.

Internalcontrol antara lain :

- Dengan mengontrol semua proses pembuatan sirup dari awal proses hingga

akhir proses yang higienis dan mempunyai kualitas baik dan sesuai dengan

standar.

Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan quality control adalah sebagai

berikut :

1. Menggunakan bahan baku yang berkualitas baik yang biasanya dipesan dari

luar negeri.

2. Melakukan proses pencampuran antara bahan baku dengan gula murni di


(34)

3. Membersihkan botol sebagai tempat sirup dengan cara memanaskan botol

dengan uap hingga botol steril.

4. Memeriksa mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi.

5. Memperhatikan setiap proses yang ada, mulai dari proses pengisian sirup ke

botol hingga pemasangan label dan cap.

2.8 Bahan-bahan Yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi di PT. Kurnia Aneka

Gemilang dapat dikelompokkan atas bahan baku utama, bahan tambahan dan

bahan penolong.

1. Bahan baku

Bahan baku dalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu produk dimana

komponen-komponennya sangat jelas terlihat pada produk jadinya tersebut. Bahan

baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi, dimana

bahan baku merupakan bagian terbesar dari produk.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sirup di PT. Kurnia

Aneka Gemilang adalah :

a. Essence (konsentrat) yaitu konsentrat rasa raspberry, rasa melon, rasa grape,

dan lychee. Konsentrat tersebut diimpor dari Belanda, Amerika, dan Perancis.

b. Gula murni disebut juga gula rafinasi.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong yaitu suatu bahan yang digunakan dalam proses produksi dan


(35)

jelas dibedakan pada produk tersebut. Bahan penolong yang digunakan dalam

memproduksi sirup adalah air yang berfungsi sebagai media pelarut dengan

konsentrasi sebanyak 30%.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam produk tersebut

sehingga dapat meningkatkan mutu dari produk itu sendiri.

Bahan tambahan yang digunakan antara lain :

a. Botol tempat sirup

Sirup dimasukkan ke dalam botol dengan kuantitas tertentu sesuai standar

yang ditentukan perusahaan.

b. Label

Label ini dipasang di tutup botol yang sudah diisi sirup yang menunjukkan

kelayakan konsumsi produk.

c. Cap

Cap ditempel dibagian tengah botol yang menunjukkan cap dari perusahaan,

komposisi produk, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa produk.

d. Kotak Karton


(36)

2.9 Uraian Proses

Di dalam proses produksi sirup pada PT. Kurnia Aneka Gemilang

terdapat tahapan sebagai berikut :

Bahan baku yang akan diolah menjadi sirup harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Bahan baku yang digunakan yaitu konsentrat dan gula murni.

a. Penyeduhan

Bahan baku berupa konsentrat diseduh dalam tangki ekstraksi dengan air

mendidih melalui proses filtrasi dan pemanasan. Setelah proses penyeduhan

selesai, maka hasil penyeduhan dilewatkan ke filter cosmos dan ditampung di

tangki pencampuran.

b. Pelarutan gula murni

Gula pasir dilarutkan dengan air panas di tangki pelarutan gula sampai

menjadi larutan gula. Larutan gula difilter dan dipompa ke tangki

penampungan larutan gula.

c. Pencampuran

Larutan gula dipompa ke tangki pencampuran dan dicampur dengan hasil

seduhan sehingga kadar gula untuk sirup sesuai standar yang ditentukan.

d. Pemanasan sirup

Hasil campuran dipompa ke unit pasteurisasi dan dipanaskan dengan heat

exchanger hingga mencapai temperatur 90ºC.

e. Pengisian dalam botol

Dari unit pasteurisasi sirup dengan temperatur 90ºC dialirkan melalui pipa ke


(37)

higienis, dimana botol ini digerakkan dengan menggunakan mesin konveyor.

Botol digerakkan dari tempat sterilisasi botol hingga ke mesin pengisian.

Sebelum sampai ke tempat pengisian, diperiksa kebersihan botol dengan

mesin otomatis. Kemudian sirup diisi ke botol dengan menggunakan mesin

filling secara otomatis, dimana setiap pengisian berjumlah 40 botol.

f. Penutupan botol

Setelah pengisian, botol yang sudah terisi sirup digerakkan kebagian

penutupan botol dengan konveyor. Sebelum sampai ke proses penutupan

botol, kuantitas sirup dalam botol diperiksa dengan menggunakan mesin,

sehingga kuantitas sirup dalam setiap botol sama. Kemudian dilakukan

penutupan botol secara otomatis dengan mesin capper. Kemudian dilanjutkan

ke proses selanjutnya.

g. Pemasangan label

Setelah botol ditutup dengan rapat, kemudian digerakkan ke bagian

pemasangan label. Di dalam mesin sudah tersedia label sehingga setiap botol

yang melewati mesin ini akan terpasang label.

h. Pemanasan label agar menempel pada tutup botol

Kemudian digerakkan dengan konveyor ke bagian pemanasan label, sehingga

label tertempel dengan sempurna pada tutup botol.

i. Pemasangan cap/segel

Setelah botol diberi label, kemudian digerakkan ke bagian pemasangan cap.


(38)

mesin sudah disediakan cap untuk setiap rasa sirup yang diproduksi. Setiap

botol yang melewati mesin ini akan terpasang cap pada bagian badan botol.

j. Pembuatan tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa produk.

Kemudian botol digerakkan dengan kompeyor kebagian pembuatan tanggal

produksi dan tanggal kadaluarsa produk. Pemasangan tanggal ini dilakukan

dengan mesin expired. Setelah itu, maka dihasilkan produk jadi yang siap di

packing. Sebelum pengemasan dilakukan pemeriksaan apakah cap terpasang

dengan baik atau tidak.

k. Pengemasan/packing

Produk jadi di pack secara manual dengan dua jenis kemasan yaitu, dikemas

dalam kotak karton dengan isi sebanyak 6 botol sirup dan kemasan diikat

dengan tali sebanyak 12 botol sirup. Selanjutnya produk yang sudah dipacking

dibawa ke gudang produk jadi dengan menggunakan box beroda.


(39)

Penyeduhan

Tangki Pencampuran

Pelarutan Gula Murni

Pemanasan denga heat exchanger

Pengisian

(Filling)

Pemasangan Tutup Botol

Filtrasi Botol Tempat Sirup

Pemasangan Label

Pemanasan Label

Pemasangan Cap/Segel

Pembuatan Tanggal Produksi

dan expired

Pengepakan


(40)

2.10 Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang dipakai PT. Kurnia Aneka Gemilang merupakan

sarana produksi untuk menghasilkan sirup kurnia dan penempatannya sesuai

dengan kebutuhan. Spesifikasi mesin dan peralatan adalah sebagai berikut :

2.10.1 Mesin Produksi

Adapun mesin yang digunakan dalam produksi antara lain :

1. Mesin Pencampuran (Mixer)

Kapasitas : 43200 L/Jam

Type : CM 7T30/2

Buatan : Alva Laval (Jerman)

Fungsi : Pencampuran konsentrat dengan gula murni untuk menghasilkan

rasa sirup kurnia yang diinginkan.

2. Mesin Filling (Pengisi)

Kapasitas : 5760 L/Jam

Merk : FG Industri

Fungsi : untuk mengisi sirup pada botol

3. Mesin Capper

Merk : FG Industri

Fungsi : untuk memasang tutup botol yang sudah terisi sirup kurnia

4. Mesin Capseal (Segel)


(41)

Fungsi : untuk memberi segel atau cap pada botol yang sudah terisi sirup

kurnia.

5. Mesin Label

Merk : Gerweb

Buatan : Jerman

Fungsi : untuk memberi label pada botol yang sudah terisi sirup kurnia.

6. Mesin expired

Merk : Video set

Buatan : Amerika

Fungsi : untuk memberi tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa pada

bagian botol.

2.10.2 Peralatan (Equipment)

Peralatan (equipment) yang digunakan pada proses pembuatan sirup kurnia

adalah :

1. Forklift

Fungsi forklift ini adalah untuk mengangkut botol tempat sirup kurnia ke

bagian sterilisasi.

2. Konveyor

Konveyor berfungsi untuk menggerakkan botol dari bagian sterilisasi hingga


(42)

3. Box beroda

Box beroda digunakan untuk mengangkut produk jadi ke gudang produk jadi

dan pengangkutan produk ke bagian pegiriman.

2.11 Utilitas

Utilitas adalah sarana pendukung yang mempengaruhi kelancaran proses

produksi. Sarana pendukung yang ada di pabrik PT. Kurnia Aneka Gemilang

terdiri dari:

1. Listrik

Kebutuhan listrik untuk menggerakkan mesin produksi, pompa compressor,

AC, lampu penerangan dan keperluan lainnya yaitu sekitar 1700 Kw. Untuk

memenuhi akan kebutuhan listrik ini, perusahaan memperolehnya dari Perusahaan

Listrik Negara (PLN) dan bila aliran listrik dari PLN terputus maka PT. Kurnia

Aneka Gemilang telah menyediakan generator sendiri sebanyak 2 buah dengan

daya 1300 Kw sebagai cadangan agar proses produksi tetap berjalan normal.

2. Kebutuhan Air

Air berfungsi sebagai media pelarut, untuk pencampuran bahan baku dan

kebutuhan lainnya. Kebutuhan air yang diperlukan sekitar 13800 m3 per hari.

Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut diperoleh dari perusahaan air minum

dimana airnya sudah higienis.

3. Boiler

Dalam boiler air diubah menjadi uap. Panas diserap dalam boiler dan uap


(43)

menggantikan kehilangan air di dalam boiler yang berubah menjadi uap.

Kapasitas boiler yang digunakan adalah 9 m3 / h dengan tekanan 7 bar.

2.12 Safety and Fire Protection

Safety and fire protection terdiri dari :

1. Instalasi, perawatan dan pengujian pencegahan kebakaran dan peralatannya

a. Setiap panel kendali harus menunjukkan semua deteksi kebakaran listrik

dan sistem alarm berjalan dengan normal atau memastikan bahwa segala

indikasi kesalahan direkam dan ditangani.

b. Rute penyelamatan, termasuk jalan, koridor, tangga dan rute eksternal

bebas dari segala hambatan, licin atau bahaya sandungan dan tersedia jika

dibutuhkan.

c. Semua pintu yang berada di rute penyelamatan berjalan dengan baik,

sehingga dapat digunakan tanpa ada hambatan.

d. Semua pemusnah api berada dalam posisinya masing-masing, tidak dalam

kondisi kosong dan dengan tekanan yang benar serta tidak mengalami

kerusakan eksternal.

e. Setiap kerusakan dilaporkan dengan prosedur perusahaan dan diperbaiki

atau diganti sesegera mungkin.

2. Peralatan pemadam kebakaran

Peralatan pemadam kebakaran yang disediakan oleh PT. Kurnia Aneka

Gemilang telah memadai dan memenuhi standar sesuai dengan material yang


(44)

dengan menggunakan tekanan internal, baik yang permanen maupun yang

menggunakan gas. Ada tiga jenis pemusnah api berdasarkan medium pemusnah,

yang mengandung: air, busa, bubuk, karbondioksida, cairan penguap, termasuk

juga bahan halon.

2.13 Waste Treatment ( Pengolahan Limbah )

PT. Kurnia Aneka Gemilang tidak melakukan pengolahan limbah

dikarenakan limbah yang dihasilkan tidak berbahaya, yaitu hanya berupa air sisa

pencucian botol, dimana limbah cair ini tidak berbahaya. Perusahaan langsung

membuang limbah tanpa melakukan proses pengolahan.

2.14 Struktur Organisasi

Jenis-jenis hubungan kerja dalam organisasi, yaitu:

1. Hubungan Garis (Hubungan Lini atau Komando)

Dalam hubungan garis, bawahan hanya mengenal seorang atasan. Bawahan

tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari

atasannya yang seorang itu.

2. Hubungan Fungsional

Dalam hubungan fungsional, pembagian tugas dilakukan menurut

fungsi-fungsinya. Dalam pelaksanaannya diperlukan struktur organisasi seperti ini

untuk memerlukan spesialisasi dan profesionalisasi serta uraian tugas yang


(45)

3. Hubungan Staf

Seorang atau kelompok ahli tugasnya hanya memberi saran atau nasihat kepada

atasan.

4. Hubungan Campuran

Hubungan-hubungan campuran dalam suatu organisasi dapat berupa campuran

hubungan lini-fungsional-staf, hubungan lini-fungsional dan hubungan lini-staf.

Struktur organisasi yang digunakan PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah

struktur organisasi linier-staff. Dimana pimpinan dibantu oleh staf dan kesatuan

komando.

Adapun struktur organisasi di PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah seperti

pada Gambar 2.2

Direktur Direktur Utama

Manajer Produksi Manajer Keuangan

Manajer Humas Manajer Akuntansi

Intern Manajer Pemasaran

Bagian Pabrik Bagian Perbaikan Produksi Bagian Pembelian Bagian Penjualan

Sales

Perpajakan Akuntansi Biaya Pabrik


(46)

2.14.1 Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan pada PT. Kurnia Aneka

Gemilang adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan visi dan misi perusahaan

b. Membantu direktur untuk mengatur investasi perusahaan

c. Memberi arahan kepada direktur dalam menertapkan kebijakan

perusahaan

2. Direktur

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman yang telah

ditentukan oleh dewan komisaris

b. Mengangkat pegawai untuk tingkat staff dan memberikan tanggung

jawab masing-masing bagian

c. Mengadakan pengawasan terhadap keuangan perusahaan

d. Bertanggung jawab terhadap dewan komisaris

3. Manajer Produksi

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat rencana produksi mingguan

b. Melaksanakan pembuatan produk sesuai dengan rencana produksi dan

mengarahkan pada foreman dalam melaksanakannya


(47)

4. Manajer Humas

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat laporan tenaga kerja

b. Bertanggung jawab atas segala hubungan perusahaan dengan penyedia

bahan baku

5. Manajer Akuntansi Intern

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi dan bertanggung jawab atas pajak perusahaan

b. Mengawasi dan bertanggung jawab atas pembukuan perusahaan

c. Mengawasi dan bertanggung jawab atas akuntansi pabrik

6. Manajer Keuangan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengeluarkan surat-surat keluar perusahaan

b. Mengesahkan dan menandatangani permintaan barang untuk keperluan

produksi

c. Bertanggung jawab atas penyimpanan uang dan surat-surat berharga

d. Menganalisa seluruh kegiatan yang berhubungan dengan uang

7. Manajer Pemasaran

Tugas dan tanggung jawabnya adalah merencanakan, mengkoordinir dan

mengawasi kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran produk.

8. Bagian Pabrik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :


(48)

b. Bertanggung jawab atas jalannya produksi

c. Mengawasi berjalannya produksi

9. Bagian Perbaikan Produksi

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat rencana perawatan mesin atau maintenance

b. Melaksanakan perawatan secara berkala

c. Bertanggung jawab atas segala tugas perbaikan mesin khususnya

bagian produksi

10. Bagian Pembelian

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pembelian bahan baku produksi

b. Bertanggung jawab atas tugasnya kepada manajer pemasaran

11. Bagian Penjualan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan distribusi produk kepada pelanggan

b. Bertanggung jawab atas tugasnya kepada manajer pemasaran

12. Sales

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan dan membuat system penjualan yang baik

b. Membuat catatan penjualan

c. Mengatur pengiriman barang pesanan kepada pelanggan


(49)

13. Perpajakan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pembayaran pajak perusahaan

b. Bertanggung jawab atas tugasnya kepada manajer akuntansi intern

14. Pembukuan

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pembukuan perusahaan setiap bulannya

b. Bertanggung jawab atas tugasnya kepada manajer akuntansi intern

15. Akuntansi Biaya Pabrik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan perhitungan biaya operasional pabrik

b. Bertanggung jawab atas tugasnya kepada manajer akuntansi intern

2.15 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

PT. Kurnia Aneka Gemilang memiliki tenaga kerja sebanyak 180

orang untuk 1 shift, dan jika dilakukan 2 shift jumlah tenaga kerja berjumlah 270

orang. Tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja honorer

atau kontrakan. Berikut rincian tenaga kerja tetap pada PT. Kurnia Aneka


(50)

Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja PT. Kurnia Aneka Gemilang

No. Uraian Jabatan

Jumlah (orang)

1. Direktur Utama 1

2. Direktur 1

3. Manajer Pemasaran 1

4. Manajer Humas 1

5. Manajer Produksi 1

6. Manajer Keuangan 1

7. Manajer Akuntansi Intern 1

8. Bagian Pembelian 4

9. Bagian Penjualan 4

10. Bagian Pabrik 80

11. Bagian Perbaikan Produksi 10

12. Perpajakan 2

13. Akuntansi Biaya Pabrik 1

Jumlah 108


(51)

Pengambilan tenaga kerja kontrakan dilakukan pada waktu tertentu,

misalnya pada saat perayaan hari besar yang mengakibatkan permintaan terhadap

produk meningkat, sehingga perusahaan harus melakukan penambahan tenaga

kerja. Jadwal kerja dibagi atas 2 shift, dimana jam kerjanya pada hari Senin

sampai dengan hari Sabtu adalah 8 jam per hari dengan jadwal sebagai berikut:

Shift 1 Pukul 08.30-12.00 waktu kerja

Pukul 12.00-12.30 waktu istirahat

Pukul 12.30-16.30 waktu kerja

Shift 2 Pukul 16.30-20.00 waktu kerja

Pukul 20.00-20.30 waktu istirahat

Pukul 20.30-24.00 waktu kerja

2.16 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan perusahaan PT. Kurnia Aneka Gemilang adalah upah

bulanan. Upah bulanan merupakan upah yang diberikan kepada karyawan tetap

perusahaan dengan besar upah ditentukan berdasarkan kebijakan pemerintah,

seperti manajer, kepala bagian dan supervisor. Karyawan tetap pada PT. Kurnia

Aneka Gemilang ini berjumlah 120 orang.

PT. Kurnia Aneka Gemilang melakukan pengupahan bagi karyawan tetap

sesuai tingkat jabatan, sedangkan untuk karyawan yang tidak menetap dilakukan

pengupahan sesuai upah minimum regional PT. Kurnia Aneka Gemilang tidak


(52)

melanggar aturan seperti absen tanpa izin, dan dilakukan pemecatan jika absen


(53)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pemilihan Supplier (Pemasok) 3.1.1 Kriteria Pemilihan Pemasok

Menurut I Nyoman Pujawan (2005 : 146) pemilihan pemasok merupakan

kegiatan strategis, terutama apabila pemasok tersebut akan memasok item yang

akan digunakan dalam jangka panjang sebagai pemasok penting. Kriteria

pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok. Kriteria yang

digunakan tentunya harus mencerminkan strategi rantai pasok maupun

karakteristik dari item yang akan dipasok.

Secara umum, banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria

dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga dan ketepatan waktu

pengiriman. Namun, seringkali pemilihan pemasok membutuhkan berbagai

kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan.

Menurut Dickson dalam Pujawan (2005), kriteria yang digunakan untuk

proses pemilihan dan evaluasi pemasok-pemasok secara rinci. Dickson yang pertama kali melakukan penelitian ektensif untuk menentukan, mengidentifikasi dan menganalisis kriteria apa saja yang digunakan pada pemilihan suatu perusahaan untuk dijadikan sebagai pemasok. Penelitian Dickson didasarkan pada kuisioner yang

dikirimkan ke 273 agen dan manajer pembelian dari daftar anggota National

Association of Purchasing Managers (NAPM). Daftar tersebut mencakup agen dan manajer pembelian dari US dan Canada, dimana sebanyak 170 orang (62.3% dari


(54)

jumlah responden) menyatakan pentingnya 23 kriteria untuk seleksi pemasok. Dickson menyampaikan ke responden untuk menentukan tingkat kepentingan dari tiap kriteria berdasarkan 5 skala poin, yaitu sangat penting, penting, rata-rata, tidak terlalu penting, tidak penting.

Kriteria dan skor menurut Dickson dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan / Evaluasi Pemasok

Kriteria Skor

Quality 3.5

Delivery 3.4

Performance history 3.0

Warranties and claim polices 2.8

Production facilities and capacity 2.8

Price 2.8

Technical capability 2.8

Financial position 2.5

Prosedural compliance 2.5

Communication system 2.5

Reputation and position in industry 2.4

Desire for business 2.4

Management and organization 2.3

Operating controls 2.2

Repair service 2.2


(55)

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan / Evaluasi Pemasok (Lanjutan)

Kriteria Skor

Impression 2.1

Packaging ability 2.0

Labor relations records 2.0

Geographical location 1.9

Amount of past business 1.6

Training aids 1.5

Reciprocal arrangement 0.6

Sumber : Dickson (1966 : 148)

Belasan tahun yang lalu, Kodak Corporation merancang ulang sistem

pengadaan untuk operasi global perusahaan tersebut. Mengingat Kodak adalah

perusahaan yang bergerak pada industri yang cukup inovatif, perusahaan ini

memilih pemasok yang memiliki kemampuan untuk mendukung strategi inovasi.

Berikut adalah kriteria yang digunakan untuk proses pemilihan pemasok-pemasok

perusahaan ini :

1. Banyaknya technical supports yang akan diberikan.

2. Banyaknya ide-ide inovatif.

3. Kemampuan pemasok untuk berkomunikasi secara efektif untuk isu-isu

penting.

4. Fleksibilitas yang ditunjukkan oleh pemasok.

5. Cycle-time dan kecepatan respon.


(56)

7. Tingkat kepercayaan yang ada antara perusahaan dengan pemasok.

8. Kekuatan hubungan pada berbagai dimensi.

3.1.2 Teknik Mengurutkan/Memilih Pemasok

Menurut I Nyoman Pujawan (2005 : 148) perusahaan harus melakukan

pemilihan terhadap pemasok setelah kriteria telah ditetapkan dan beberapa

kandidat pemasok diperoleh. Perusahaan mungkin akan memilih stau atau

beberapa dari alternatif yang ada. Dalam proses pemilihan ini, perusahaan harus

melakukan perankingan untuk menentukan mana suplier yang akan dipilih atau

mana yang akan dijadikan pemasok utama dan mana yang menjadi pemasok

cadangan.

3.1.3 Menilai Kinerja Pemasok

Kinerja pemasok perlu dimonitor secara kontinyu. Penilaian kinerja ini

penting dilakukan sebagai bahan evaluasi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kinerja pemasok atau sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya

mencari pemasok alternatif. Pada situasi dimana perusahaan memiliki lebih dari

satu pemasok untuk suatu item tertentu, hasil evaluasi juga bisa dijadikan dasar

dalam mengalokasikan order di masa depan. Tentunya beralasan jika pemasok

yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat order yang lebih banyak. Dengan

sistem seperti ini, pemasok akan semakin terpacu untuk mengingkatkan kinerja.

Kriteria yang digunakan untuk memilih pemasok sperti yang telah


(57)

pemasok. Hanya saja perlu dibedakan antara mengevaluasi calon pemasok dengan

menilai kinerja pemasok. Yang pertama, lebih pada penilaian prospek atau

potensi, sedangkan yang kedua lebiha pada kinerja yang telah ditunjukkan selama

suatu periode tertentu. Jadi pada saat mengevaluasi calon pemasok, kriteria seperti

kesehatan keuangan perusahaan, kemampuan teknologi dan reputasi penting

dinilai karena hal tersebut dianggap penting dapat mendukung untuk menjadikan

pemasok yang handal. Namun, penilaian kinerja lebih pada hal-hal seperti

kualitas, ketepatan waktu, fleksibilitas dan harga yang ditawarkan.

3.2 Metode MCDM (Multi Criteria Decision Making)

Tabucanon (1988) dalam bukunya menyatakan bahwa proses pengambilan

keputusan adalah pemilihan suatu alternatif dari berbagai alternatif sehingga

menghasilkan pilihan terbaik berdasarkan beberapa kriteria optimasi. Kriteria

disini adalah ukuran, aturan dan standar untuk membantu proses pengambilan

keputusan. Sebelum melakukan proses pengambilan keputusan, maka himpunan

alternatif dan kriteria terlebih dahulu harus ditetapkan.

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap

persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. (Kadarsah, 1998, hal

126)

1. Lengkap, sehingga dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan

tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan


(58)

2. Operasional, sehingga dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini

mencakup beberapa pengertian, antara lain adalah bahwa kumpulan kriteria ini

harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga ia dapat benar-benar

menghayati implikasikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika

tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk

meyakinkan pihak lain, maka kumpulan kriteria ini harus dapat digunakan

sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.

Operasional ini juga mencakup sifat dapat diukur. Pada dasarnya sifat dapat

diukur ini adalah untuk :

a. memperoleh distribusi kemungkinan dari tingkat pencapaian kriteria yang

mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian).

b. Mengungkapkan preferensi pengambil keputusan atas pencapaian kriteria.

3. Tidak berlebihan, sehingga menghindarkan perhitungan berulang. Dalam

menentukan set kriteria, jangan sampai terdapat kriteria yang pada dasarnya

mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum, agar lebih mengkomprehensifkan persoalan. Dalam menentukan

sejumlah kriteria perlu sedapat mungkin mengusahakan agar jumlah kriterianya

sesedikit mungkin. Karena semakin banyak kriteria maka semakin sukar pula

dalam meghayati persoalan dengan baik, dan jumlah perhitungan yang

diperlukan dalam analisis akan meningkat dengan cepat.

MCDM menjadi rumit dikarenakan banyaknya kriteria yang terlibat dalam

permasalahan. Pada permasalahan yang hanya melibatkan satu kriteria penilaian,


(59)

alternatif yang harus dipertimbangkan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

tingkat kesulitan pengambilan keputusan sensitif terhadap jumlah kriteria yang

dipertimbangkan.

Tabucanon (1988) menyatakan bahwa suatu permasalahan tergolong

MCDM jika dan hanya jika setidaknya terdapat dua kriteria yang saling

bertentangan dan melibatkan dua solusi alternatif. Kriteria yang saling

bertentangan (conflicting criteria) berarti kepuasan memilih suatu alternatif

berdasarkan suatu kriteria tertentu akan berbeda berdasarkan kriteria yang lain.

Sedangkan non conflicting criteria memperlihatkan adanya dominasi yang kuat

dari suatu alternatif lain yang dibandingkan.

Dalam optimasi multikriteria, konsep untuk menemukan nilai optimal

tidak hanya secara simultan meningkatkan semua tujuan yang saling bertentangan.

Konsep optimal diganti dengan satisfactory solution (solusi kompromi terbaik).

Dimana hal tersebut tergantung kepada pengambil keputusan dalam menentukan

tujuannya.

Berdasarkan tujuannya, MCDM dapat dibagi dua model yaitu:

1. Multi Attribute Decision Making (MADM)

2. Multi Objective Decision Making (MODM).

Seringkali MADM dan MODM digunakan untuk menerangkan kelas atau

kategori yang sama. MADM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah

dalam ruang diskrit. Oleh karena itu, MADM biasanya digunakan untuk

melakukan penilaian atau seleksi terhadap alternatif dalam jumlah yang terbatas.


(60)

kontinyu. Secara umum dapat dikatakan bahwa, MADM menyeleksi alternatif

terbaik dari sejumlah alternatif sedangkan MODM merancang alternatif terbaik.

3.2.1 Metode-metode Penyelesaian Masalah MADM

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

MADM, antara lain :

1. SAW (Simple Additive Weighting Method)

Metode SAW sering juga dikenal istilahnya metode penjumlahan terbobot.

Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating

kinerja pasa setiap alternatif pada setiap atribut.

2. WP (Weighted Product)

Metode WP menggunakan perkalian untuk menghubungkan rating atribut,

dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang

bersangkutan. Proses ini sama hal nya dengan proses normalisasi.

3. ELECTRE (Elimination Et Choix Traduisant la Realite)

ELECTRE didasarkan pada konsep perangkingan melalui perbandingan

berpasangan antar alternatif pada kriteria yang sesuai. Suatu alternatif

dikatakan mendominasi alternatif lainnya jika satu atau lebih kriterianya

melebihi (dibanding dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan

kriteria lain yang tersisa.

4. TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution)


(61)

3.2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu

alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah

hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu

masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam

kelompok-kelompoknya.

Suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan dalam beberapa sub

tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam

tujuan pertama. Penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh

tujuan yang bersifat operasional. Dan pada hirarki terendah inilah dilakukan

proses evaluasi atas alternatif-alternatif yang merupakan ukuran dari pencapaian

tujuan utama dan pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan kriteria

diukur.

Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa

jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah.

Pengambil keputusanlah yang menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti

dengan memperhatikan keuntungan maupun kekurangan yang diperoleh bila

tujuan tersebut diperinci lebih lanjut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses penjabaran

hirarki tujuan, yaitu :

1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan harus diperhatikan apakah


(62)

2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian

yang terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertical.

3. Sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan yang lebih

rendah, maka dilakukan tes kepentingan. Apakah suatu tindakan atau hasil

yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak dilibatkan dalam proses

evaluasi.

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model prilaku politis,

yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan

kolektif dari proses pengambilan keputusannya. AHP yang dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau

kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini disebabkan oleh struktur

masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan serta

ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama

sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu

diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat

dicatat secara numerik, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu

berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup

kemungkinan bahwa model-model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses

pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami


(63)

3.2.2.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut

(Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita

pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita

coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari

masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita

kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.

Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun

level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk

mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan

alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda.

Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat

di atasnya.

Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat

untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin

dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu

menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan


(64)

prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan

berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai

proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas

hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang

akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian

seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen

yang dibandingkan.

Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka

dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu

elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya

sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat

diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan

tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang

dibandingkan. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang

diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan dapat


(65)

Tabel 3.2 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen

dibandingkan elemen lainnya

5

Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8

Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang


(66)

tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat

cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari

kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi

matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya

dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. Memeriksa konsistensi

hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index

konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna

agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk

mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan ≤ 10%.

3.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan

kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :

1. Kesatuan (Unity)

AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu

model yang fleksibel dan mudah dipahami.

2. Kompleksitas (Complexity)

AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem

dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling ketergantungan (InterDependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak


(67)

4. Struktur Hirarki (HierarchyStructuring)

AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen

sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen

yang serupa.

5. Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.

6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan

untuk menentukan prioritas.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya

masing-masing alternatif.

8. Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga

orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)

AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil

penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan Proses (ProcessRepetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan

mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses


(68)

Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:

a. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa

persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektivitas sang

ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan

penilaian yang keliru.

b. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik

sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

3.2.3 Metode TOPSIS (Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution)

3.2.3.1 Definisi Metode TOPSIS (Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution)

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria

yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang pada tahun 1981.

Menurut Sri Kusumadewi (2002 : 87), TOPSIS didasarkan pada konsep dimana

alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi

ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.

Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan

masalah keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan

mudah dipahami, komputasinya efisien dan memiliki kemampuan untuk

mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk


(69)

3.2.3.2 Langkah Kerja Metode TOPSIS

Sri Kusumadewi dalam bukunya menguraikan langkah kerja metode

TOPSIS. Adapun langkah-langkah metode TOPSIS sebagai berikut :

1. Membangun normalized decision matrix

Elemen rij dari normalisasi decision matrix R dengan metode Euclidean length

of a vector adalah :

n . . . 3, 2, 1, = j dan m . . . 3 2, 1, = i dengan ; 1 2

= = m i ij ij ij x x r

Dimana: rij = matriks ternormalisasi [i][j]

xij = matriks keputusan [i][j]

2. Membangun weighted normalized decision matrix

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan

rating bobot ternormalisasi Yij sebagai berikut :

Yij = wi. rij dengan i = 1, 2, 3 . . . m dan j = 1, 2, 3, . . . n

Dimana: Yi,j = matriks normalisasi terbobot [i][j]

wj = vektor bobot [j]

rij = matriks ternormalisasi [i][j]

3. Memerlukan matriks solusi ideal dan matriks solusi ideal negatif.

Solusi ideal positif (A+) dihitung berdasarkan :

A+ = (Y1+, Y2+, Y3+,…,Yn+)

A+={(max Yij| j Є J),(min Yij| j Є J’), i=1,2,...,m}={Y1+, Y2+, Y3+,...,Yn+} Solusi ideal negatif (A-) dihitung berdasarkan :


(70)

A-={(min Yij| j Є J),(max Yij| j Є J’), i=1,2,...,m}={Y1-, Y2-, Y3-,..., Yn-} Dimana: J = {1, 2, ..., n dan j berhubungan dengan benefit criteria}

J’= {1, 2, ..., n dan j berhubungan dengan cost criteria}

Yj

+

= solusi ideal positif [j]

Yj

= solusi ideal negatif [j]

Pembangunan A+ dan A- adalah untuk mewakili alternatif yang most preferable ke solusi ideal dan yang least preferable secara berurutan.

4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal

positif dan matriks ideal negatif.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dapat dirumuskan

sebagai :

=

+

+ = n

j j

i Yi

Y Di

1

2 )

( ; untuk i=1,2,3,...,m

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dapat dirumuskan


(71)

=

= n

j j i Yi Y Di 1 2 )

( ; untuk i=1,2,3,...,m

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif

Kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal dihitung berdasarkan

rumus: + − − + = Di Di Di V1

; untuk i=1,2,3,...,m

3.3 Teknik Sampling

Dalam suatu survei, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu

dalam populasi, karena disamping memerlukan biaya yang sangat besar juga

membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, kita

mengharapkan bahwa hasil yang didapat akan dapat menggambarkan sifat

populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara

pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel harus

dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan

dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang itu tidak boleh sama

dengan nol. Disamping itu, pengambilan sampel yang secara acak (random)

haruslah menggunakan metode yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan

tujuan penelitian.

Secara garis besar, metode penarikan sampel dapat dibagi menjadi dua, yaitu

pemilihan sampel dari populasi secara acak (random atau probability sampling)


(72)

sampling). Probability sampling terdiri dari simple random sampling, sistematik,

stratified, dan cluster, sedangkan Non probability sampling terdiri dari

convenience, judgement, quota, dan snowball.

3.3.1 Sampling Pertimbangan (Judgement Sampling)

Judgement sampling adalah teknik sampling dimana responden terlebih

dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau

kelebihanya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang

bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti. Dengan teknik ini, sampel yang diambil

berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh

peneliti. Dalam perumusan kriterianya, subjektifitas dan pengalaman dari peneliti

sangat berperan. Adapun kelebihan teknik sampling ini, yaitu :

1. Pada kondisi dimana probability sampling tidak dapat digunakan sama sekali

2. Bila ukuran sampel sangat kecil (<20)

3. Bila peneliti memiliki pengetahuan dan penguasaan yang memadai terhadap

topik yang dihadapi sehingga dapat dijamin bahwa sampel yang diambilnya

benar-benar representatif.

Sedangkan kekurangan teknik sampling ini adalah adanya kejelian dari

peneliti dalam mendefenisikan populasi dan membuat pertimbangannya,

pertimbangan (judgement) harus masuk akal dan relevan dengan maksud

penelitian.


(1)

No. Alternatif (Pemasok

Gula Murni) Kriteria Subkriteria

Tingkat Kesesuaian (Persepsi)

SB B CB KB TB

1. PT. A

Harga

Kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas

Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu

Kelonggaran pembayaran dan pelunasan

Kualitas

Kesesuaian gula murni dengan standar yang berlaku

Penyediaan gula murni tanpa cacat

Konsistensi dalam pemenuhan kualitas

Pengiriman

Kemampuan untuk

mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

Ketepatan/kesesuaian jumlah dalam pengiriman

Pelayanan

Kemudahan untuk dihubungi Kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti

Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan


(2)

penggantian produk cacat

Kecepatan respon dalam penggantian produk cacat

No.

Alternatif (Pemasok

Gula Murni) Kriteria Subkriteria

Tingkat Kesesuaian (Persepsi)

SB B CB KB TB

2. PT. B

Harga

Kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas

Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu

Kelonggaran pembayaran dan pelunasan

Kualitas

Kesesuaian gula murni dengan standar yang berlaku

Penyediaan gula murni tanpa cacat

Konsistensi dalam pemenuhan kualitas

Pengiriman

Kemampuan untuk

mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

Ketepatan/kesesuaian jumlah dalam pengiriman

Pelayanan

Kemudahan untuk dihubungi Kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti


(3)

menanggapi permintaan pelanggan

Garansi

Kesediaan pemasok dalam penggantian produk cacat

Kecepatan respon dalam penggantian produk cacat

No. Alternatif (Pemasok

Gula Murni) Kriteria Subkriteria

Tingkat Kesesuaian (Persepsi)

SB B CB KB TB

3. PT. C

Harga

Kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas

Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu

Kelonggaran pembayaran dan pelunasan

Kualitas

Kesesuaian gula murni dengan standar yang berlaku

Penyediaan gula murni tanpa cacat

Konsistensi dalam pemenuhan kualitas

Pengiriman

Kemampuan untuk

mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

Ketepatan/kesesuaian jumlah dalam pengiriman


(4)

Pelayanan

Kemudahan untuk dihubungi Kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti

Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan

Garansi

Kesediaan pemasok dalam penggantian produk cacat

Kecepatan respon dalam penggantian produk cacat

No. Alternatif (Pemasok

Gula Murni) Kriteria Subkriteria

Tingkat Kesesuaian (Persepsi)

SB B CB KB TB

4. PT. D

Harga

Kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas

Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu

Kelonggaran pembayaran dan pelunasan

Kualitas

Kesesuaian gula murni dengan standar yang berlaku

Penyediaan gula murni tanpa cacat

Konsistensi dalam pemenuhan kualitas

Pengiriman

Kemampuan untuk

mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati


(5)

hal penanganan sistem transportasi

Ketepatan/kesesuaian jumlah dalam pengiriman

Pelayanan

Kemudahan untuk dihubungi Kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti

Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan

Garansi

Kesediaan pemasok dalam penggantian produk cacat

Kecepatan respon dalam penggantian produk cacat

No. Alternatif (Pemasok

Gula Murni) Kriteria Subkriteria

Tingkat Kesesuaian (Persepsi)

SB B CB KB TB

5. PT. E Harga

Kesesuaian tingkatan harga dengan tingkatan kualitas

Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam


(6)

jumlah tertentu Kelonggaran pembayaran dan pelunasan

Kualitas

Kesesuaian gula murni dengan standar yang berlaku

Penyediaan gula murni tanpa cacat

Konsistensi dalam pemenuhan kualitas

Pengiriman

Kemampuan untuk

mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

Ketepatan/kesesuaian jumlah dalam pengiriman

Pelayanan

Kemudahan untuk dihubungi Kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti

Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan

Garansi

Kesediaan pemasok dalam penggantian produk cacat

Kecepatan respon dalam penggantian produk cacat