Syarat-syarat untuk Perempuan Bekerja

4. Syarat-syarat untuk Perempuan Bekerja

Islam menjadikan seorang perempuan bekerja ke luar rumah bukan atas dasar sebuah slogan palsu atau persaingan semu antara perempuan dan laki-laki. Seorang perempuan menjalankan perannya sebagai muslimah karir sangat erat kaitannya dengan kebutuhan individu untuk bekerja menafkahi dirinya sendiri jika tidak ada seorang yang menjalankan urusannya dan membiayai hidupnya, atau menghasilkan harta kekayaan untuk diinfakkan ke lembaga-lembaga sosial. Erat kaitannya pula dengan kebutuhan rumah tangga untuk membantu suami memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, atau menafkahi anak-anaknya jika tidak ada yang membiayai hidup mereka. 35 Perempuan adalah perhiasan dunia yang dilindungi oleh norma dan akhlak, dimuliakan oleh aturan yang sesungguhnya baik untuk dirinya, baik untuk agamanya, dan baik untuk masyarakat di sekitarnya. Demikian halnya dengan kebolehannya bekerja, dalam tataran operasional ada beberapa syarat-syarat untuk bekerja. 36 a. Pekerjaan yang dipilih adalah yang sesuai dengan syariat. Dalam hal ini, perempuan harus pintar memilah pekerjaan, jangan terjebak oleh pekerjaan yang akan menjerumuskannya pada hal yang haram, seperti penyuapan, pengadaan barang-barang yang haram seperti miras, pornografi, judi, atau pekerjaan yang akan menuntutnya untuk melanggar aturan-aturan Islam. 35 Ibid. hlm. 97. 36 Mia Siti Aminah, op. cit. hlm. 41. Universitas Sumatera Utara b. Tetap teguh dengan identitasnya sebagai muslimah dengan cara tetap memenuhi adab muslimah dalam hal bergaul, berpakaian, berbicara, dan bertingkah laku. c. Jika sudah menikah harus mendapatkan izin dari suami. Segenting apapun urusan istri, tanpa izin suami tidak boleh dilaksanakan apalagi harus ke luar rumah. d. Tidak mengabaikan tugas utama sebagai istri dan ibu. Anak-anak selalu membutuhkan ibunya. Seorang pekerja perempuanharus meminta izin wali jika hendak bekerja, baik wali itu suaminya jika sudah menikah, atau ayah dan saudara laki-lakinya jika belum menikah. Sebab seorang wali adalah pemimpin, dan penanggung jawab seorang perempuan di hadapan Allah swt. Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidak boleh keluar dari rumah, kecuali dengan izin suami.” HR. Al-Baihaqi. 37 “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain perempuan, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka….” An-Nisa’: 34. Firman Allah swt: 37 Asyraf Muhammad Dawabah, op. cit. hlm. 103. Universitas Sumatera Utara Jadi, kepemimpinan seorang laki-laki atas seorang perempuan bukanlah didasarkan atas kelebihan yang ada pada dirinya, melainkan sebab kepemimpinan tersebut didasarkan atas pembagian peran dalam rumah tangga dengan system yang mampu menciptakan stabilitas dan keharmonisan rumah tangga, menyebarkan semangat saling menerima di antara masing-masing pihak. 38 Syarat kedua yang dapat kita temukan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah bagi pekerja perempuan yang bekerja di malam hari yang tidak boleh kurang dari delapan belas tahun Pasal 76 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tanpa pengecualian. Dan yang bertanggung jawab atas pelanggaran ayat ini adalah pengusaha. Syarat-syarat untuk perempuan bekerja di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak diatur secara jelas. Bisa kita lihat pada Pasal 68 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi, “Pengusaha dilarang mempekerjakan anak”. Pasal itu adalah satu syarat untuk perempuan bekerja, yaitu bukan anak-anak tidak boleh berusia di bawah delapan belas tahun. Namun, hal ini diberi pengecualian untuk anak yang berusia tiga belas tahun hingga lima belas tahun untuk melakukan pekerjaan ringan selama tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial, serta mendapatkan izin tertulis dari orang tua atau wali si anak Pasal 69 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 38 Ibid, hlm. 104. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan