Kewajiban Membayar Upah Upah Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

“Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi”. Penyusunan struktur dan skala upah dimaksudkan sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat kepastian upah tiap pekerja serta untuk mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan yang bersangkutan. Lebih lanjut mengenai pengaturan tentang struktur dan skala upah dapat dilihat pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.49MEN2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah.

2. Kewajiban Membayar Upah

Dalam Pasal 95 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mengatur bahwa pengusaha yang terlambat membayar upah pekerja yang diakibatkan oleh kesengajaan atau kelalaian pengusaha, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja. Dan yang mengatur pengenaan denda tersebut adalah pemerintah Pasal 95 ayat 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pedoman pengenaan denda diatur dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, yaitu: 1. Mulai hari keempat samapi hari kedelapan terhitung dimana seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah 5 lima persen untuk tiap hari keterlambatan; Universitas Sumatera Utara 2. Setelah lewat hari kedelapan, maka menjadi 1 satu persen untuk tiap hari keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk satu bulan dan tidak boleh melebihi 50 lima puluh persen dari upah yang seharusnya diterima buruh; 3. Jika melebihi satu bulan dan upah masih belum dibayar, maka selain denda pengusaha juga wajib membayar bunga yang ditetapkan oleh bunga bank untuk kredit perusahaan yang bersangkutan. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum dan bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan. Pasal 90 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa: “Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.” Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Bila penangguhan tersebut berakhir, maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku pada saat itu, tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan. Mengenai tata cara penangguhan pelaksanaan upah minimum diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP- Universitas Sumatera Utara 231MEN2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum, yaitu: 1. Permohonan penangguhan diajukan oleh pengusaha kepada gubernur melalui instansi yang membidangi ketenagakerjaan provinsi, paling lambat 10 sepuluh hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum. 2. Permohonan penangguhan didasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dan pekerja buruh atau serikat pekerja serikat buruh yang tercatat. 3. Permohonan penangguhan harus disertai dengan: a. Naskah asli kesepakatan tertulis antara pengusaha dan serikat pekerja serikat buruh atau pekerja buruh perusahaan yang bersangkutan; b. Laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba beserta penjelasan-penjelasan untuk 2 dua tahun terakhir; c. Salinan akta pendirian perusahaan; d. Data upah menurut jabatan pekerja buruh; e. Jumlah pekerja buruh seluruhnya dan jumlah pekerja buruh yang dimohonkan penangguhan pelaksanaan upah minimum; f. Perkembangan produksi dan pemasaran produksi dan pemasaran selama 2 dua tahun terakhir, serta rencana produksi dan pemasaran untuk 2 dua tahun yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 4. Laporan keuangan untuk perusahaan berbadan hukum harus sudah diaudit oleh akuntan publik. 5. Berdasarkan permohonan penangguhan pelaksanaan upah minimum oleh pengusaha, apabila diperlukan gubernur dapat meminta akuntan publik untuk memeriksa keadaan keuangan guna pembuktian ketidakmampuan perusahaan. 6. Berdasarkan permohonan tersebut, gubernur menetapkan penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan upah minimum setelah menerima saran dan pertimbangan dari Dewan Pengupahan provinsi. 7. Persetujuan penangguhan ditetapkan oleh gubernur untuk jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan. 8. Penangguhan diberikan dalam bentuk: a. Membayar upah minimum sesuai dengan upah minimum yang lama; atau b. Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum yang lama, tetapi lebih rendah dari upah minimum baru; atau c. Menaikkan upah minimum secara bertahap. 9. Setelah berakhirnya izin penangguhan, pengusaha wajib melaksanakan ketentuan upah minimum yang baru. 10. Penolakan atau persetujuan atas permohonan penangguhan yang diajukan oleh pengusaha diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 satu bulan sejak diterimanya permohonan penangguhan secara lengkap oleh gubernur. Universitas Sumatera Utara Dalam jangka waktu berakhhir dan belum ada keputusan dari gubernur, maka terhadap permohonan penangguhan yang telah memnuhi persyaratan dianggap telah disetujui. 11. Selama permohonan penangguhan masih dalam proses penyelesaian, pengusaha tetap membayar upah sebesar upah yang biasa diterima pekerja buruh. 12. Apabila permohonan ditolak gubernur, pengusaha wajib membayar upah kepada pekerja minimal sama dengan upah minimum yang berlaku terhitung mulai tanggal berlakunya ketentuan upah minimum yang baru. Selain itu, pengusaha juga berkewajiban membayar upah lembur kepada pekerja. yang telah bekerja melebihi ketentuan waktu kerja yang telah disepakati atas permintaan pengusaha. Upah kerja lembur adalah salah satu dari kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja yang tercantum dalam Pasal 88 ayat 3 huruf b Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Untuk pengaturan lebih lanjut, upah kerja lembur diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-102MEN2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Di dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-102MEN2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur disebutkan bahwa, waktu kerja lembur adalah: “waktu kerja yang melebihi 7 tujuh jam sehari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 Universitas Sumatera Utara satu minggu atau 8 delapan jam sehari, dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.” Pengusaha yang mempekerjakan pekerja buruh melebihi waktu kerja, wajib membayar upah lembur Pasal 4 ayat 1 Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-102MEN2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Upah yang merupakan hak pekerja harus dibayar di tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian atau peraturan perusahaan, jika tidak diatur maka pembayaran upah dilakukan di tempat pekerja biasa bekerja atau di kantor perusahaan. 58

3. Pembayaran Upah bagi Pekerja yang Tidak Bekerja