Pekerjaan yang Dilarang untuk Pekerja Perempuan

perbuatan yang mubah dan mengabaikan perbuatan wajib, berarti ia telah berbuat maksiat dosa kepada Allah swt. Oleh karena itu tidak layak bagi seorang muslimah mendahulukan bekerja dengan melalaikan tugas pokoknya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Juga tidak layak baginya mengutamakan bekerja sementara ia melalaikan kewajiban-kewajibannya yang lain, seperti mengenakan jilbab jika keluar rumah, sholat lima waktu dan lain-lain. Tidak seperti ajaran Islam yang mengatur alasan mengapa perempuan bekerja, pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak ada mengatur mengenai alasan perempuan untuk bekerja. Hal ini berarti Negara memberikan kebebaskan kepada perempuan untuk bekerja apapun alasannya. Tapi dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa perempuan bekerja karena berbagai alasan, dan salah satu alasannya adalah tuntutan ekonomi yang mendesak.

2. Pekerjaan yang Dilarang untuk Pekerja Perempuan

Ada beberapa pekerjaan yang dilarang oleh Islam untuk digeluti oleh pekerja perempuan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut. 28 a. Jenis pekerjaan yang pada dasarnya haram. Dalam hal ini seperti jenis pekerjaan menjadi pekerja seks komersial PSK, pelayan kafe bar yang mengharuskan tenaga kerja perempuan bergaul dengan yang bukan 28 Ibid. hal. 40 Universitas Sumatera Utara muhrimnya, pekerjaan yang bertujuan untuk penipuan, lintah darat, dan lainnya. b. Jenis pekerjaan yang halal dilakukan tetapi dituntut untuk melanggar aturan Islam. Misalnya, menjadi sekretaris yang mengharuskannya berpakaian tanpa jilbab. Sekretaris adalah jabatan yang halal, tetapi keharusan berpenampilan tanpa jilbab melanggar syariah Islam. c. Hal-hal yang sifatnya pribadi sehingga membuat seorang perempuan tidak bisa bekerja. Misalnya tidak boleh bekerja seperti kemampuan menjaga niat, tidak bisa menjaga pergaulan dengan lain jenis, tidak mendapat izin dari suaminya, dan lain sebagainya. Bagi pekerja perempuan disyaratkan bahwa pekerjaan profesi yang dijalankannya sesuai dengan harkat, martabat dan kodrat perempuan, serta tidak bertentangan dengan akhlak Islami. Namun pada dasarnya perempuan tidak dibolehkan bekerja pada malam hari diluar rumahnya, kecuali apabila tuntutan pekerjaannya mengandung nilai manfaat secara sosial dan bersifat darurat, seperti dokter, perawat, bidan dan sebagainya, terjamin keamanannya baik secara fisik ataupun mental, tidak merusak aqidah maupun akhlak serta tidak mengundang adanya fitnah. 29 Sedangkan, di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak ada mengatur mengenai pekerjaan yang dilarang untuk digeluti oleh pekerja perempuan. Sebenarnya Undang-undang Ketenagakerjaan 29 Taufik, “Wanita Bekerja dalam Pandangan Islam”, http:www.dakwahkampusmalang.comindex.phpJadwawanita-bekerja-dalam-pandangan- islam.html, 29 April 2010. Universitas Sumatera Utara sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 pada Pasal 98 ayat 1 ada mengatur mengenai pekerjaan yang dilarang untuk digeluti oleh pekerja perempuan. Pekerjaan tersebut yaitu: a. di dalam tambang bawah tanah, lubang di bawah permukaan tanah, tempat mengambil mineral logam dan bahan-bahan galian lainnya dalam lubang atau terowongan di bawah tanah termasuk dalam air; b. pada tempat kerja yang dapat membahayakan keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan yang tidak sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat pekerja wanita; c. pada waktu tertentu malam hari. Namun, sejak keluarnya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi, sehingga otomatis ketentuan di dalam ayat tersebut juga tidak berlaku lagi pada saat sekarang. Hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya diskriminasi terhadap pekerja perempuan. Walaupun larangan pekerjaan-pekerjaan yang seperti tersebut dalam Pasal 98 ayat 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 sudah tidak berlaku lagi sekarang. Namun, pengusaha tetap diharuskan memberikan perlindungan yang lebih terhadap pekerja perempuan yang bekerja di bidang-bidang tersebut. Meskipun begitu, terdapat beberapa konvensi yang mengatur mengenai pekerjaan yang dilarang untuk pekerja perempuan. Seperti dalam Konvensi tentang Penggunaan Tenaga Kerja Perempuan dalam Pekerjaan di Bawah Tanah Universitas Sumatera Utara dalam Segala Jenis Pertambangan. Pasal 2 konvensi ini menyebutkan bahwa seorang perempuan berapapun usianya tidak boleh dipekerjakan di bawah tanah dalam pertambangan. Hukum nasional boleh membuat pengecualian terhadap larangan di atas kepada: 30 a. perempuan yang menduduki jabatan manajemen yang tidak melakukan pekerjaan manual; b. perempuan yang dipekerjakan dalam pelayanan kesehatan dan kesejahteraan; c. perempuan yang, sebagai bagian dari pendidikan mereka, menajalani periode latihan di beberapa bagian bawah tanah dari suatu pertambangan; dan d. perempuan lainnya yang pada waktu-waktu tertentu harus memasuki beberapa bagian bawah tanah dari suatu pertambangan untuk melakukan pekerjaan non-manual. Istilah pertambangan dalam Pasal 1 Konvensi ini mencakup segala usaha, baik Negara maupun swasta, untuk melakukan penggalian bahan apapun dari bawah permukaan bumi. Kemudian pada Konvensi mengenai Kerja Malam bagi Perempuan yang Bekerja di Sektor Industri menyebutkan bahwa kaum perempuan berapapun usianya tidak boleh dipekerjakan pada malam hari pada usaha industri publik maupun swasta kecuali di dalam usaha di mana hanya anggota-anggota dari 30 Pasal 3 Konvensi tentang Penggunaan Tenaga Kerja Perempuan dalam Pekerjaan di Bawah Tanah dalam Segala Jenis Pertambangan Universitas Sumatera Utara keluarga yang sama yang dipekerjakan Pasal 3 Konvensi mengenai Kerja Malam bagi Perempuan yang Bekerja di Sektor Industri.

3. Prinsip non-Diskriminasi antara Pekerja Perempuan dan Pekerja Laki-laki