Gaya-gaya Manajemen Konflik Manajemen Konflik 1. Konflik

4 Teknik menghindar avoiding Salah satu strategi dalam pengendalian konflik dengan cara menghindari suatu permasalahan. Pihak yang menghindar dari konflik tidak menempatkan suatu nilai pada diri sendiri atau orang lain. Gaya menghindar berarti menghindar dari tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu konflik, menghindar dengan lawan konfliknya, menekan konflik yang terjadi. Aspek negatif dari gaya ini adalah melemparkan masalah pada orang lain, atau mengesampingkan masalah. 5 Gaya penyelesaian konflik dengan cara kompromi compromising Gaya ini dikategorikan efektif bila isu konflik mempunyai kekuatan yang berimbang. Teknik kompromi dapat menjalin pilihan bila metode lain gagal dan kedua pihak mencari jalan tengah. Pada kompromi masing-masing pihak rela memberikan sebagian kepentingannya win-win solution. Kompromi dapat berarti membagi perbedaan atau bertukar sesuatu, masing-masing bersedia mengorbankan sesuatu agar tercapai penyelesaian. Dalam gaya ini dibutuhkan keahlian untuk bernegosiasi dan tawar- menawar. Jika digambarkan maka, lima gaya manajemen konflik yaitu Menghindar, Dominasi, Membantu, Kompromi, dan Mempersatukan menurut William Hendricks 1992 tersebut adalah sebagai berikut: Diagram 1. Gaya Manajemen Konflik menurut William Hendrick 1992 Sedangkan startegi manajemen konflik menurut Johnson Johnson 1994 dibedakan menjadi lima macam strategi yang sealnjutnya akan disebut gaya, yang berdasarkan pada seberapa penting hubungan baik itu bagi seseorang. Adapun kelima gaya tersebut adalah: 1 ″The Turtle″ atau ″Withdrawing″ Orang yang menggunakan gaya manajemen konflik ini selalu berusaha bersembunyi untuk menghindari konflik. Mereka menyerahkan tujuan pribadinya dan hubungan baiknya. Mereka tetap menjauh dari permasalahan yang menjadi konflik dan menjauh dari orang yang berkonflik dengannya. 2 ″The Shark″ atau ″Forcing″ Orang dengan gaya manajemen konflik ini mencoba untuk melawan menggunakan kekuatan penuh dengan cara mengancam sebagai solusi konflik yang mereka hadapi. Tujuan pribadi sangatlah penting baginya dan hubungan baik tidaklah penting baginya.. Mereka berpendapat bahwa konflik hanya dapat dimenangkan oleh salah satu pihak dan pihak yang lain harus kalah. Kemenangan bagi mereka memberikan rasa kebanggaan dan keberhasilan, sedangkan kekalahan akan memberikan rasa kelemahan dan kegagalan serta tidak puas. Mereka selalu mencoba untuk menyerang, menunjukkan kekuasaan, dan mengintimidasi menekan orang lain. 3 ″Teddy Bear″ atau ″Smoothing″ Bagi orang yang menggunakan gaya ″Teddy Bear″ hubungan baik adalah kepentingan yang utama, kemudian mengenai tujuan mereka sendiri tidaklah begitu penting baginya. Orang dengan gaya ini ingin diterima dan disukai orang lain. Mereka berpikir bahwa konflik seharusnya dihindari demi anugerah keharmonisan dan percaya bahwa konflik dapat didiskusikan tanpa merusak hubungan baik. Mereka takut bahwa jika konflik berlanjut akan mengakibatkan salah satu terluka dan menyebabkan hancurnya hubungan baik. Mereka menyerahkan tujuan mereka demi menjaga hubungan baik, juga ingin mencoba meluluhkan ketegangan akibat konflk tanpa merusak hubungan orang lain. Mereka menyatakan atau menyerahkan tujuannya dan membiarkan orang lain akan menyukai dirinya. Mereka hanya ingin membuat konflik mereda, karena mereka takut kalau-kalau nanti konflik ini akan merugikan hubungan baik. 4 ″The Fox″ atau ″Compromising″ Orang dengan gaya manajemen konflik ini senang memperhatikan tujuannya dan juga hubungan baik mereka dengan orang lain. Mereka selalu mencoba untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memecahkan masalah akibat konflik. Mereka menyerahkan sebagian tujuan mereka dan membujuk orang lain menyerahkan sebagian tujuannya juga. Mereka juga mencoba solusi konflik dimana semua pihak mendapatkan sesuatu dan berada di tengah- tengah di antara dua posisi ekstrem kanan-kiri. Mereka berkeinginan untuk mengorbankan sebagian tujuan mereka dan hubungan baik mereka, tapi sisi lain demi menemukan persetujuan bersama yang berakibat baik bagi semua pihak. 5 ″The Owl″ atau ″Confronting″ Kelompok orang dengan gaya manajemen konflik ″The Owl″ lebih menghargai tujuan mereka sendiri dan hubungan baik mereka. Mereka memandang konflik sebagai permasalahan yang harus diselesaikan dan dicarikan solusi yang berguna bagi tujuan mereka sendiri dan orang lain, demi memperbaiki hubungan baik. Mereka mencoba untuk mulai berdiskusi, meneliti tentang konflik yang menjadi permasalahan dengan mencoba solusi yang memuaskan bagi semua pihak demi hubungan baik. Mereka merasa tidak puas sampai solusi terbaik ditemukan demi mencapai tujuan mereka dan orang lain. Selain itu mereka tidak akan puas sampai ketegangan dan perasaan buruk ditenangkan kembali. Penelitian ini akan menggunakan gaya manajemen konflik yang dikemukakan oleh William Hendricks 1992 yang menampilkan lima gaya manajemen konflik yaitu: mempersatukan, membantu, dominasi, kompromi, dan menghindar. Dengan melihat kecenderungan para suami dan istri dalam menggunakan manajemen konflik diharapkan dari hasil penelitian akan mengetahui apakah ada perbedaan manajemen konflik antara suami dan istri.

B. Perbedaan Manajemen Konflik Suami-Istri

Laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk mengikatkan diri menjadi satu kesatuan guna membentuk suatu keluarga yang baru dan menjadi sepasang suami istri. Masing-masing, baik suami dan istri memiliki perbedaan dalam beberapa hal diantaranya perbedaan sifat, latar belakang kehidupan, tugas dan tanggung jawab, dan masih banyak lagi. Istri lebih ekspresif dan berperasaan daripada suami dalam pernikahan Blumstein Schwart, 983. Istri lebih terbuka mengenai segala sesuatu yang sedang dia alami. Perempuan akan cenderung lebih mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan daripada pasangan mereka. Selain itu juga terdapat perbedaan gender yang kuat dalam hal pekerjaan rumah. Istri biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI banyak daripada suami Warner, 1986 . sebagian besar istri melakukan pekerjaan rumah tangga dua atau tiga kali lipat dari yang dilakukan oleh suami. Bahkan hanya 10 suami yang melakukan pekerjaan rumah tangga sebanyak istri mereka. Suami lebih banyak menghabiskan waktu mereka di tempat kerja. Dalam kehidupan rumah tangga suami dan istri saling mendorong dan saling mengisi dalam menangani berbagai pekerjaan sehinga suatu pekerjaan itu nampak bukan sebagai beban. Tetapi ketika terjadi perubahan, pertentangan emosional, sosial, semangat dan kemunduran ekonomi maka dapat menimbulkan permasalahan Save M Dagun, 1990. Untuk membina hubungan akrab antara suami dan istri diperlukan tekad baik dan derajad toleransi yang tinggi untuk dapat mengatasi berbagai masalah. Permasalahan yang timbul biasanya disebabkan karena masing- masing suami dan istri saling bertentangan. Misalnya saja ayah atau suami harus selalu mengikuti dan menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi di tempat ia bekerja untuk mempertahankan kedudukan dan posisinya. Suami mengalami suatu proses hidup psikis yang lebih dinamis, yang akhirnya tidak sesuai lagi dengan hidup psikis istri, karena istri hanya tinggal di rumah dan kurang mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar rumah. Perbedaan perkembangan tersebut membuat jarak makin membesar sehingga membentuk jurang yang tidak memungkinkan kontak psikis lagi. Jika hal ini berlarut akan menimbulkan masalah yang pelik dalam keluarga Astuti dalam Miniatrix, 2003. Ibu yang memutuskan untuk menjadi perempuan karier dengan alasan untuk menopang keuangan keluarga juga memiliki kebimbangan di mana ia harus menentukan seberapa banyak ia harus meluangkan waktu bersama anak dan keluarga disamping ia juga harus menyisihkan waktu untuk pekerjaannya. Sebagai seorang suami jika istri bekerja sering merasa diremehkan. Ia merasa istrinya tidak puas dengan penghasilan keluarga yang otomatis meremehkan dirinya sebagai pencari nafkah. Selain itu anak- anak juga kekurangan kasih sayang dan rumah kurang terawat Slameto, 2003. Konflik yang terjadi antara suami dan istri harus segera dicari jalan keluarnya, dan sebisa mungkin jangan menunda penyelesaian konflik. Jika konflik hanya didiamkan saja dan tidak dicari jalan keluarnya maka konflik akan meruncing dan semakin sulit untuk mengatasinya. Untuk mencegah terjadinya permasalahan yang berlarut-larut yang akhirnya menuju pada perceraian, masing-masing individu harus memilki manajemen konflik yang tepat. Berbeda orang menggunakan manajemen konflik dengan cara yang berbeda pula. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk menggunakan berbagai macam gaya manajemen konflik, tetapi tetap saja mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu gaya manajemen konflik David. A. Decenzo, 1992. Tidak ada satupun gaya manajemen konflik yang efektif untuk semua situasi Peg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI