ada  catatan  akuntansi  lain  lagi  sesudah  data  akuntansi  diringkas dan  digolongkan  dalam  rekening  buku  besar  dan  buku  pembantu.
Proses  selanjutnya  adalah  penyajian  laporan  keuangan,  bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.
e. Laporan
Hasil proses akhir akuntansi adalah laporan keuangan yang berupa neraca,  laporan  laba  rugi,  laporan  perubahan  modal,  laporan  laba
ditahan,  laporan  harga  pokok  produksi,  laporan  harga  pokok penjualan  dan  lainnya.  Laporan  berisi  informasi  yang  merupakan
keluaran  sistem  akuntansi.  Laporan  dapat  berbentuk  hasil  cetak komputer dan dapat berupa tampilan pada layar monitor komputer.
3. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi
Menurut  Mulyadi  1993:  19-20,  tujuan  umum  pengembangan  sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Untuk  menyediakan  informasi  bagi  pengelolaan  kegiatan  usaha
baru. Sistem  Akuntansi  dibutuhkan  tidak  hanya  bagi  perusahaan
yang  baru  saja  didirikan  tapi  juga  perusahaan  lama  yang mendirikan  usaha  baru.  Perusahaan  baru  biasanya  memerlukan
sistem  akuntansi  lengkap  sedangkan  perusahaan  lama  yang membuka  usaha  baru  tidak  memerlukan  Sistem  Akuntansi  secara
lengkap  karena  sudah  didukung  oleh  usaha  lama  yang  sudah dijalankan.
b. Untuk  memperbaiki  informasi  yang  dihasilkan  oleh  sistem  yang
sudah ada. Terkadang  sistem  akuntansi  yang  berlaku  tidak  memenuhi
kebutuhan  manajemen,  baik  dalam  hal  mutu,  ketepatan  penyajian maupun  struktur  informasi  yang  terdapat  dalam  laporan.  Oleh
karena  itu  Sistem  Akuntansi  dituntut  untuk  dikembangkan  agar dapat  menghasilkan  laporan  dengan  mutu  informasi  yang  lebih
baik dan tepat penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan manajemen.
c. Untuk  memperbaiki  pengendalian  akuntansi  dan  pengecekan
intern. Yaitu  untuk  memperbaiki  tingkat  keandalan  informasi
akuntansi  dan  untuk  menyediakan  catatan  lengkap  mengenai pertanggungjawaban  dan  perlindungan  kekayaan  perusahaan.
Sistem  Akuntansi  dapat  juga  ditujukan  untuk  memperbaiki pengecekan  intern  agar  informasi  yang  dihasilkan  oleh  sistem
dapat dipercaya. d.
Untuk  mengurangi  biaya  klerikal  dalam  penyelenggaraan  catatan akuntansi.
Sistem  akuntansi  terkadang  dibuat  dan  dikembangkan untuk  menghemat  biaya.  Untuk  memperoleh  informasi  diperlukan
pengorbanan  sumber  ekonomi  yang  lain.  dalam  menghasilkan informasi perlu dipertimbangkan antara besar pengorbanan dengan
manfaatnya.  Jika  pengorbanan  lebih  besar  dari  manfaat,  sistem perlu dirancang kembali untuk mengurangi pengorbanan tersebut.
D. Sistem Akuntansi Persediaan Barang Dagangan
1. Deskripsi Persediaan Barang Dagangan
Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli
untuk  tujuan  dijual  kembali.  Menurut  Hastoni  2004:  14  persediaan barang  dagangan  tersebut  dikonversikan  ke  dalam  siklus  operasi
perusahaan  dan  dianggap  sebagai  aktiva  lancar.  Hastoni  juga menyatakan  bahwa  persediaan  barang  dagangan  memiliki  pengaruh
langsung terhadap profitabilitas kegiatan perusahaan.
2. Fungsi yang terkait
Fungsi  yang  terkait  dengan  sistem  akuntansi  persediaan  barang dagangan, antara lain:
Mulyadi, 2001: 569-580 a.
Fungsi Gudang Fungsi  gudang  bertanggungjawab  untuk  menyimpan  barang  yang
telah  diterima  oleh  fungsi  penerimaan  dan  menyiapkan  barang yang  dipesan  serta  menyerahkan  barang  ke  fungsi  pengiriman.
Selain  itu  fungsi  ini  juga  bertanggungjawab  untuk  mengajukan permintaan pembelian persediaan.
b. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan
bertanggungjawab untuk
melakukan penerimaan  barang  dari  pemasok  sekaligus  melaksanakan
pemeriksaan  terhadap  jenis,  mutu  dan  kuantitas  barang  yang diterima  untuk  menentukan  dapat  atau  tidaknya  barang  tersebut
diterima  oleh  perusahaan.  Selain  itu  juga  bertanggungjawab  atas penerimaan barang dari fungsi pembelian.
c. Fungsi Pengiriman
Fungsi pengiriman bertanggungjawab untuk mengirimkan kembali barang  kepada  pemasok  maupun  mengirimkan  barang  kepada
pelanggan.  Fungsi  ini  menjamin  tidak  ada  barang  yang  keluar tanpa otorisasi dari yang berwenang.
d. Fungsi Pembelian
Fungsi  pembelian  bertanggungjawab  memperoleh  informasi  harga barang,  menentukan  pemasok  yang  dipilih  dalam  pengadaan
barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok  yang dipilih.
e. Fungsi Penjualan
Fungsi  penjualan  bertanggungjawab  melayani  kebutuhan  barang pelanggan,  yang  memungkinkan  fungsi  gudang  dan  fungsi
pengiriman melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan. f.
Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi bertanggungjawab untuk membuat catatan setiap
jenis  bahan  baku  yang  disimpan  di  gudang  dan  operasi  lain  di perusahaan.
g. Panitia Penghitungan Fisik Persediaan
Panitia penghitungan
fisik persediaan
bertanggungjawab melaksanakan  penghitungan  fisik  persediaan  dan  menyerahkan
hasilnya  ke  Bagian  Kartu  Persediaan  untuk  digunakan  sebagai dasar  penyesuaian  terhadap  catatan  persediaan  dalam  kartu
persediaan. Tiap bagian mendapat tugas yang jelas mengenai jenis persediaan  yang  menjadi  tanggungjawabnya,  saat  melakukan
penghitungan,  harus  dilakukan  perhitungan  kedua  oleh  orang  lain pemeriksa intern secara independen.
3. Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
4. Dokumen  Formulir yang Digunakan
a. Laporan Penerimaan Barang
Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat  kuantitas  produk  jadi  yang  diterima  dari  konsumen
maupun hasil pembelian ke dalam kartu gudang. b.
Memo Kredit Diterima dari Bagian Order Penjualan dan  digunakan oleh Bagian
Kartu  Persediaan  untuk  mencatat  kuantitas  dan  harga  pokok produk  jadi  yang  dikembalikan  oleh  pembeli  ke  dalam  kartu
persediaan.
c. Bukti Kas Keluar
Dilampiri  dengan  laporan  penerimaan  barang,  surat  order pembelian, dan faktur dari pemasok lalu dipakai sebagai dokumen
sumber  dalam  pencatatan  harga  pokok  persediaan  yang  dibeli dalam  register  bukti  kas  keluar.  Bukti  kas  keluar  juga  dipakai
sebagai  dasar  pencatatan  tambahan  kuantitas  dan  harga  pokok persediaan ke dalam kartu persediaan.
d. Laporan pengiriman Barang
Digunakan  oleh  Bagian  Gudang  untuk  mencatat  kuantitas persediaan  yang  dikirimkan  kembali  kepada  pemasok  ke  dalam
kartu gudang. e.
Memo Debit Memo ini diterima dari Bagian Pembelian, digunakan oleh Bagian
Kartu  Persediaan  untuk  mencatat  kuantitas  dan  harga  pokok persediaan  yang  dikembalikan  kepada  pemasok  ke  dalam  kartu
persediaan. f.
Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan
persediaan  karena  pemakaian  intern.  Bukti  ini  digunakan  oleh Bagian  Kartu  Persediaan  untuk  mencatat  berkurangnya  kuantitas
dan  harga  pokok  persediaan  karena  pemakaian  intern.  Bukti  ini juga  digunakan  sebagai  dokumen  sumber  dalam  pencatatan
pemakaian persediaan ke dalam jurnal umum.
g. Bukti Pengembalian Barang Gudang
Dokumen  ini  digunakan  oleh  Bagian  Gudang  untuk  mencatat tambahan  kuantitas  persediaan  ke  dalam  kartu  gudang.  Dokumen
ini  juga  dipakai  oleh  Bagian  Kartu  Persediaan  untuk  mencatat tambahan  kuantitas  dan  harga  pokok  persediaan  ke  dalam  kartu
persediaan,  untuk  mencatat  berkurangnya  biaya  dan  mencatat pengembalian barang gudang ke dalam jurnal umum.
h. Kartu Perhitungan Fisik
Dokumen  ini  digunakan  untuk  merekam  hasil  penghitungan  fisik persediaan.  Dalam  penghitungan  fisik  persediaan,  setiap  jenis
persediaan  dihitung  dua  kali  secara  independen  oleh  penghitung counter dan pengecek checker. Kartu penghitungan fisik dibagi
menjadi tiga bagian, yang tiap bagiannya dapat dipisah dengan cara menyobeknya saat penghitungan fisik dilaksanakan. Bagian ketiga
kartu  penghitungan  fisik  disediakan  untuk  merekam  data  hasil penghitungan  oleh  penghitung  pertama.  Bagian  kedua  digunakan
untuk  merekam  hasil  penghitungan  yang  dilakukan  oleh penghitung  kedua  pengecek.  Bagian  pertama  digunakan  untuk
memberi  tanda  jenis  persediaan  yang  telah  dihitung  dengan  cara menggantungkannya
pada tempat
penyimpanan yang
bersangkutan.  Setelah  data  yang  direkam  dalam  bagian  kedua dicocokkan dengan bagian ketiga, data bagian kedua dicatat dalam
daftar hasil penghitungan fisik.
i. Daftar Hasil Penghitungan Fisik
Dokumen ini digunakan untuk meringkas data  yang telah direkam dalam  bagian  kedua  kartu  penghitungan  fisik.  Data  yang  disalin
dari  bagian  kedua  kartu  penghitungan  fisik  adalah:  nomor  kartu penghitungan  fisik,  nomor  kode  persediaan,  nama  persediaan,
kuantitas  dan  satuan.  Daftar  hasil  penghitungan  fisik  yang  telah selesai  diproses  kemudian  ditandatangani  oleh  Ketua  Panitia
Penghitungan  Penghitungan  Fisik  dan  diotorisasi  oleh  Direktur Utama.  Daftar  ini  digunakan  untuk  meminta  pertanggungjawaban
dari  Bagian  Gudang  mengenai  pelaksanaan  fungsi  penyimpanan barang  gudang  dan  pertanggungjawaban  dari  Bagian  Kartu
Persediaan mengenai
keandalaan penyelenggaraan
catatan akuntansi persediaan.
j. Laporan Produk Selesai
Digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi dalam kartu gudang.
k. Bukti Memorial
Digunakan  untuk  mencatat  tambahan  kuantitas  dan  harga  pokok persediaan  produk  jadi  dalam  kartu  persediaan  dan  digunakan
sebagai  dokumen  sumber  dalam  mencatat  transaksi  selesainya produk jadi dalam jurnal umum.
l. Surat Order Pengiriman
Surat  order  pengiriman  diterima  oleh  bagian  gudang  dari  bagian order  penjualan.  Setelah  bagian  gudang  mengisi  surat  order
pengiriman tersebut dengan kuantitas produk jadi yang diserahkan kepada  bagian  pengiriman,  atas  dasar  surat  order  pengiriman
tersebut,  bagian  gudang  mencatat  kuantitas  yang  diserahkan  ke bagian pengiriman dalam kartu gudang.
m. Faktur Penjualan
Tembusan  faktur  ini  digunakan  untuk  dijadikan  dasar  mencatat harga pokok produk yang dijual oleh Bagian Kartu Persediaan.
Berikut adalah gambar-gambar dokumen yang digunakan:
Gambar 1. Surat Permintaan Pembelian Sumber: Mulyadi 1993: 306
Gambar 2. Surat Order Pembelian yang Dikirim ke Bagian Penerimaan Sumber: Mulyadi 1993: 90
Gambar 3. Laporan Penerimaan Barang Sumber: Mulyadi 1993: 236
Gambar 4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 421
Gambar 5. Bukti Pengembalian Barang Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 422
Gambar 6. Kartu Penghitungan Fisik Sumber: Mulyadi 1993: 579
Gambar 7. Daftar Hasil Penghitungan Fisik Sumber: Mulyadi 1993: 580
Gambar 8. Bukti Kas Keluar
Sumber: Mulyadi 1993: 311
Gambar 9. Laporan Pengiriman Barang Sumber: Mulyadi 1989: 333
Gambar 10. Surat Order Pengiriman Sumber: Mulyadi 1989: 218
Gambar 11. Faktur Penjualan Sumber: Mulyadi 1989: 220
5. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan akuntansi  yang digunakan dalam  Sistem akuntansi persediaan
barang dagangan antara lain:
a. Kartu Gudang
Catatan ini digunakan untuk mencatat adjustment terhadap data
persediaan yang
tercantum dalam
kartu gudang
yang diselenggarakan
oleh Bagian
Gudang berdasarkan
hasil penghitungan  fisik  persediaan.  Catatan  ini  berisi  data  kuantitas
barang yang disimpan di gudang beserta mutasinya. b.
Kartu Persediaan Catatan  akuntansi  ini  digunakan  untuk  mencatat  adjustment
terhadap  data  persediaan  yang  tercantum  dalam  kartu  persediaan oleh Bagian Kartu Persediaan berdasarkan hasil penghitungan fisik
persediaan.  Kartu  persediaan  berisi  informasi  mengenai  kuantitas maupun harga pokok persediaan. Kartu persediaan juga digunakan
untuk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis persediaan. c.
Jurnal Umum Jurnal  umum  digunakan  untuk  mencatat  adjustment  rekening
persediaan.  Jurnal  ini  digunakan  untuk  menampung  transaksi penjualan, pembelian dan pengeluaran kas dan transaksi lainnya.
Berikut  adalah  gambar-gambar  catatan  akuntansi  yang  digunakan  dalam  sistem akuntansi persediaan barang dagangan:
Gambar 12. Kartu Persediaan Sumber: Mulyadi 1993: 142
Gambar 13. Kartu Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 211
6. Prosedur yang Membentuk Sistem
Sistem dan prosedur yang membentuk sistem akuntansi persediaan barang dagangan adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya  produksi.  Dalam  prosedur  ini,  dicatat  harga  pokok  produk
jadi  yang  didebitkan  ke  dalam  rekening  Persediaan  Produk  Jadi dan  dikreditkan  ke  dalam  rekening  Barang  Dalam  Proses.
Dokumen  sumber  yang  digunakan  adalah  laporan  produk  selesai dan  bukti  memorial.  Catatan  akuntansi  yang  digunakan  adalah
kartu gudang, kartu persediaan dan jurnal umum. b.
Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual. Prosedur  ini  merupakan  salah  satu  prosedur  dalam  sistem
penjualan.  Dokumen  sumber  yang  digunakan  untuk  mencatat transaksi penjualan produk jadi adalah surat order pengiriman dan
faktur  penjualan.  Catatan  akuntansi  yang  digunakan  dalam prosedur ini adalah kartu gudang, kartu persediaan, jurnal umum.
c. Prosedur  pencatatan  harga  pokok  produk  yang  dikembalikan  oleh
pembeli. Prosedur  ini  mempengaruhi  persediaan  produk  jadi,  yaitu
menambah  kuantitas  produk  jadi  dalam  kartu  gudang  yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan
harga pokok produk jadi yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan
dalam kartu persediaan produk jadi. Prosedur ini merupakan salah satu  prosedur  yang  membentuk  sistem  retur  penjualan.  Dokumen
yang  digunakan  adalah  laporan  penerimaan  barang  dan  memo kredit. Catatan akuntansi yang digunakan antara lain, kartu gudang,
kartu persediaan dan jurnal umum. d.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses. Umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir periode, pada saat
dibuat  laporan  keuangan  bulanan  dan  laporan  keuangan  tahunan. Dokumen yang digunakan adalah bukti memorial.
e. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem  pembelian.  Dalam  prosedur  ini  dicatat  harga  pokok
persediaan  yang  dibeli.  Dokumen  sumber  yang  digunakan  adalah laporan penerimaan barang dan bukti kas keluar.
f. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan ke
pemasok. Prosedur ini mengurangi kuantitas persediaan dalam  kartu gudang
yang  diselenggarakan  oleh  Bagian  Gudang  dan  mengurangi kuantitas  dan  harga  pokok  persediaan  yang  dicatat  oleh  bagian
kartu  persediaan  dalam  kartu  persediaan  yang  bersangkutan. Dokumen  yang  digunakan  adalah  laporan  pengiriman  barang  dan
memo debit.
g. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Prosedur  ini  merupakan  salah  satu  prosedur  yang  membentuk sistem akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga
pokok persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis  pakai pabrik dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan
non  produksi.  Dokumen  yang  digunakan  adalah  bukti  permintaan dan pengeluaran barang gudang.
h. Prosedur  pencatatan  tambahan  harga  pokok  persediaan  karena
pengembalian barang gudang. Prosedur  ini  mengurangi  biaya  dan  menambah  persediaan  barang
di  gudang.  Dokumen  yang  digunakan  adalah  bukti  pengembalian barang gudang.
i. Prosedur penghitungan fisik persediaan.
Prosedur  ini  dilaksanakan  oleh  perusahaan  untuk  menghitung secara  fisik  persediaan  yang  disimpan  di  gudang.  Dokumen  yang
digunakan  adalah  kartu  penghitungan  fisik,  daftar  hasil penghitungan  fisik  dan  bukti  memorial.  Catatan  akuntansi  yang
digunakan adalah kartu persediaan, kartu gudang dan jurnal umum.
7. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern dalam sistem penghitungan fisik persediaan digolongkan kedalam tiga kelompok
a. Organisasi
1 Penghitungan  Fisik  Persediaan  Harus  Dilakukan  oleh  Panitia
yang  Terdiri  dari Fungsi Pemegang Kartu Penghitungan  Fisik, Fungsi Penghitung dan Fungsi Pengecek.
Hal ini dilakukan untuk menjamin ketelitian dan keandalan data  yang  dihasilkan  dari  kegiatan  penghitungan  fisik
persediaan.  Fungsi-fungsi  ini  dilaksanakan  agar  setiap  barang dihitung  lebih  dari  satu  kali  secara  independen,  hasil
penghitungan kemudian dicek ketelitiannya oleh pengecek. 2
Panitia  harus  terdiri  dari  karyawan  selain  karyawan  fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan.
Agar  data  yang  dihasilkan  dari  penghitungan  fisik persediaan  dijamin  ketelitian  dan  keandalannya,  maka  panitia
yang  dibentuk  untuk  melaksanakan  kegiatan  tersebut  harus bukan
karyawan dari
kedua fungsi
yang dimintai
pertanggungjawaban. b.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan 1
Daftar  Hasil  Penghitungan  Fisik  Persediaan  Ditandatangani oleh Ketua Panitia Penghitungan Fisik Persediaan.
Daftar  ini  berisi  informasi  mengenai  hasil  penghitungan fisik persediaan. Oleh karena itu daftar hasil penghitungan fisik
merupakan  dokumen  penting  untuk  memperbaharui  catatan akuntansi  dan  diberikan  tandatangan  oleh  pihak  yang
bertanggungjawab  untuk  memastikan  bahwa  informasi  yang ada di dalam daftar ini memang benar.
2 Pencatatan  Hasil  Penghitungan  Fisik  Persediaan  Didasarkan
atas Kartu
Penghitungan Fisik
yang Telah
Diteliti Kebenarannya oleh Pemegang Kartu Penghitungan Fisik.
Pencatatan  ke  dalam  daftar  hasil  penghitungan  fisik  harus didasarkan  atas  dokumen  sumber  yang  telah  diteliti
kebenarannya.  Hal  ini  dimaksudkan  agar  setiap  dokumen sumber dibuat atas dasar data yang dijamin ketelitiannya.
3 Harga  Satuan  yang  Dicantumkan  dalam  Daftar  Hasil
Penghitungan  Fisik  Berasal  dari  Kartu  Persediaan  yang Bersangkutan.
Harga  satuan  yang  dicantumkan  dalam  daftar  hasil penghitungan  fisik  diambilkan  dari  kartu  persediaan  yang
bersangkutan dalam prosedur penetapan harga. 4
Adjustment  terhadap  Kartu  Persediaan  Didasarkan  pada Informasi Tiap Jenis Persediaan yang Tercantum dalam Daftar
Penghitungan Fisik. Setelah  kuantitas  tiap  jenis  persediaan  yang  dihitung
dicantumkan  dalam  daftar  hasil  penghitungan  fisik,  kemudian ditentukan  harga  pokok  per  unitnya  dan  jumlah  harga  pokok
tiap jenis persediaan, untuk dasar adjustment data yang dicatat dalam kartu persediaan yang bersangkutan.
c. Praktik yang Sehat
1 Kartu  Penghitungan  Fisik  Bernomor  Urut  Tercetak  dan
Penggunaannya Dipertanggungjawabkan
oleh Fungsi
Pemegang Kartu Penghitungan Fisik. Untuk  menghindari  tidak  dicatatnya  hasil  penghitungan
fisik  persediaan,  dokumen  yang  dipakai  sebagai  alat  untuk merekam  hasil  penghitungan  fisik  persediaan,  dokumen  yang
dipakai  sebagai  alat  untuk  merekam  hasil  penghitungan  fisik harus  bernomor  urut  tercetak  dan  pemakaian  nomor  urut
tersebut  harus  dipertanggungjawabkan  oleh  pemegang  kartu penghitungan fisik.
2 Penghitungan  Fisik  Setiap  Jenis  Persediaan  Dilakukan  Dua
Kali  Secara  Independen,  Pertama  Kali  oleh  Penghitung  dan Kedua Kali Oleh Pengecek.
Penghitungan  tiap  persediaan  harus  dilakukan  dua  kali untuk  menjamin  ketelitian  penghitungan  fisik  persediaan.
Penghitungan pertama dilakukan oleh penghitung dan hasilnya direkam  dalam  kartu  penghitungan  fisik  bagian  ketiga.  Hasil
penghitungan  fisik  ini  kemudian  dicek  kebenarannya  oleh pengecek  dengan  cara  melakukan  penghitungan  kedua  secara
independen. Hasil penghitungan kedua ini direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian kedua.
3 Kuantitas  dan  Data  Persediaan  Lain  yang  Tercantum  dalam
Bagian  Ketiga  dan  Bagian  Kedua  Kartu  Penghitungan  Fisik dicocokkan oleh Pemegang Kartu Penghitungan Fisik Sebelum
Data yang Tercantum dalam Bagian Kedua Kartu Penghitungan Fisik Dicatat dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik.
Kartu  penghitungan  fisik  bagian  kedua  harus  dicocokkan dengan kartu penghitungan fisik bagian ketiga oleh pihak yang
bebas  dari  kegiatan  penghitungan  fisik.  Untuk  membuktikan ketelitian data yang direkam dalam kartu tersebut.
4 Peralatan  dan  Metode  yang  Digunakan  untuk  Mengukur  dan
Menghitung Kuantitas
Persediaan Harus
Dijamin Ketelitiannya.
Ada persediaan  yang memerlukan alat tertentu dan metode tertentu untuk  menghitung kuantitasnya. Peralatan dan metode
yang  digunakan  untuk  mengukur  menghitung  kuantitas persediaan harus dijamin ketelitiannya agar hasil penghitungan
fisik persediaan teliti dan handal.
8. Bagan Alir Dokumen flowchart
Bagan alir dokumen adalah gambaran proses kegiatan dalam suatu organisasi  secara  manual.  Bagan  alir  dokumen  digunakan  dalam
merancang dan mendokumentasikan proses. Bagan alir dokumen dapat membantu perancang dalam memvisualisasikan apa yang terjadi dalam
proses kegiatan operasi perusahaan dan membantu pemakai memahami
proses tersebut. Penggambaran bagan alir harus menggunakan cara dan ketentuan  sistem  akuntansi,  sehingga  mempermudah  gambaran  dan
menyelaraskan  pemahaman  pengguna  bagan  alir.  Sistem  akuntansi dijelaskan  dengan  menggunakan  bagan  alir  dokumen.  Dalam  bagan
alir  dokumen  terdapat  banyak  simbol-simbol  standar  yang  digunakan oleh  analis  sistem  untuk  membuat  bagan  alir  dokumen  dalam  sistem
tertentu.  Dalam  bagan  alir  dokumen,  arus  dokumen  digambarkan berjalan  dari  kiri  ke  kanan  dan  dari  atas  ke  bawah.  Arah  perjalanan
dokumen  ini  dapat  diikuti  dengan  melihat  nomor  dalam  simbol penghubung pada halaman yang sama on page connector atau nomor
dalam  simbol  pada  halaman  yang  berbeda  off  page  connector. Penggunaan  bagan  alir  dokumen  lebih  bermanfaat  dibandingkan
dengan penjelasan secara tertulis dalam menggambarkan suatu sistem.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gambaran  sistem  secara  menyeluruh  lebih  mudah  diperoleh
dengan menggunakan bagan alir. b.
Perubahan sistem lebih mudah digambarkan dengan menggunakan bagan alir.
c. Kelemahan-kelemahan  dalam  sistem  dan  identifikasi  bidang-
bidang yang memerlukan perbaikan lebih mudah ditemukan dalam bagan alir.
d. Dokumentasi  sistem  akuntansi  dilakukan  dengan  menggunakan
bagan alir.
Berikut ini simbol-simbol standar dengan maknanya masing-masing:
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen
Dokumen: Simbol  ini  digunakan  untuk  menggambarkan  semua
jenis  dokumen,  yang  merupakan  formulir  yang digunakan  untuk  merekam  data  terjadinya  suatu
transaksi. Dokumen dan tembusannya:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli  dan  tembusannya.  Nomor  lembar  dokumen
dicantumkan di sudut kanan atas. Berbagai dokumen:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis  dokumen  yang  digabungkan  bersama  di  dalam
satu paket. Catatan:
Simbol  ini  digunakan  untuk  menggambarkan  catatan akuntansi  yang  digunakan  untuk  mencatat  data  yang
direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.
2 Faktur       1
Surat muat  2 SOP
1 Faktur        3
penjualan
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Kegiatan manual: Simbol ini digunakan untuk menggambarkan kegiatan
manual.  Uraian  singkat  kegiatan  manual  organisasi dicantumkan dalam simbol ini.
Penghubung pada halaman yang sama: Simbol  ini  adalah  simbol  penghubung  untuk
memungkinkan  aliran  dokumen  berhenti  di  suatu lokasi  di  halaman  tertentu  dan  kembali  berjalan  ke
lokasi  lain  pada  halaman  yang  sama.  Dengan memperhatikan  nomor  yang  tercantum  di  dalam
simbol  penghubung  pada  halaman  yang  sama,  dapat diketahui aliran dokumen dalam sistem akuntansi yang
digambarkan dalam bagan alir. Akhir  arus  dokumen  dan  mengarahkan  pembaca  ke
simbol  penghubung  halaman  yang  sama  yang bernomor  seperti  yang  tercantum  di  dalam  simbol
tersebut. Awal  arus  dokumen  yang  berasal  dari  simbol
penghubung  halaman  yang  sama,  yang  bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.
1
1
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Keterangan, komentar: Simbol  ini  memungkinkan  ahli  sistem  menambahkan
keterangan untuk
memperjelas pesan
yang disampaikan dalam bagan alir.
Penghubung pada halaman yang berbeda: Simbol ini digunakan untuk menunjukkan kemana dan
bagaimana bagan alir terkait satu dengan yang lainnya. Nomor  yang  tercantum  di  dalam  simbol  penghubung
menunjukkan  bagaimana  bagan  alir  yang  tercantum pada  halaman  tertentu  terkait  dengan  bagan  alir  yang
tercantum pada halaman yang lain. Arsip sementara:
Simbol  ini  digunakan  untuk  menunjukkan  tempat penyimpanan  dokumen.  Arsip  sementara  adalah
tempat  penyimpanan dokumen dan dokumennya akan diambil  kembali  dari  arsip  tersebut  untuk  keperluan
pengolahan  lebih  lanjut  terhadap  dokumen  tersebut. Untuk  menunjukkan  urutan  pengarsipan  dokumen
digunakan simbol sebagai berikut: A = menurut abjad.
N = menurut nomor urut. T  = kronologis, menurut tanggal
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Keying typing, verifying: Simbol ini menggambarkan pemasukan data ke dalam
komputer melalui on line terminal. Arsip permanen:
Simbol  ini  digunakan  untuk  menggambarkan  arsip permanen  yang  merupakan  tempat  penyimpanan
dokumen  yang  tidak  akan  diproses  lagi  dalam  sistem akuntansi yang bersangkutan.
On line computer access: Simbol  ini  menggambarkan  pengolahan  data  dengan
komputer  secara  on  line.  Nama  program  ditulis  di dalam simbol.
Pita magnetik: Simbol  ini  menggambarkan  arsip  komputer  yang
berbentuk  pita  magnetik.  Nama  arsip  ditulis  di  dalam simbol.
On line storage: Simbol  ini  menggambarkan  arsip  komputer  yang
berbentuk on line di dalam memori komputer
Ke sistem penjualan Keluar ke sistem lain:
Simbol  yang  menggambarkan  kegiatan  yang  ke  luar sistem.
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Ya
tidak Keputusan:
Menggambarkan  keputusan  yang  harus  dibuat dalam  proses  pengolahan  data.  Keputusan  yang
dibuat, ditulis di dalam simbol ini. Garis alir:
Simbol ini
menggambarkan arah
proses pengolahan data. Anak panah digambarkan hanya
jika dokumen mengalir ke atas atau ke kiri. Persimpangan garis alir:
Untuk  garis  yang  bersimpangan,  salah  satu  garis dibuat
sedikit melengkung
tepat pada
persimpangan ke dua garis tersebut. Pertemuan garis alir:
Simbol  ini  digunakan  jika  dua  garis  alir  bertemu dan salah satu garis mengikuti arus garis lainnya.
Mulai  berakhir: Menggambarkan  awal  dan  akhir  suatu  sistem
akuntansi. Dari pemasok
Masuk ke sistem: Kegiatan luar sistem yang masuk ke dalam sistem,
yang digambarkan dalam bagan alir. Sumber: Mulyadi 1993: 60-63
Gambar 14. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli
Sumber: Mulyadi 1993: 572
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli
Bagian Penerimaan
Mulai Dari Bag.
Pembelian SOP              3
Dari pemasok
SP
Menerima barang dari pemasok,
disertai surat pengantar
Memeriksa barang yang
diterima Membuat laporan
penerimaan barang
SP SOP              3
3 2
LPB              1 N
1
Dikirim ke Bagian Gudang
bersamaan dengan barang
2
Bagian Utang
1 Dari Bag.
Pembelian Dari pemasok via
Bagian Pembelian Faktur
LPB               1 SOP              4
Membandingkan faktur dari
pemasok dg SOP  LPB
Membuat bukti kas
keluar Faktur
LPB               1 SOP              4
3 2
Bukti Kas      1 Keluar
Register Bukti Kas
Keluar T
3
Arsip bukti kas keluar
belum dibayar
Keterangan: LPB  : Laporan Penerimaan Barang
SP    : Surat Pengantar SOP : Surat Order Pembelian
Gambar 14. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 572
Bagian Kartu Persediaan
3
Bukti Kas      2 Keluar
Kartu Persediaan
N
Selesai
Bagian Gudang
2
LPB             2
Kartu Gudang
N
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok
Bagian Gudang
Mulai
Diterima dari Bagian
Pembelian
4 Memo Debit  3
Menyerahkan barang kpd.
Bagian Pengiriman
4 Memo Debit  3
Kartu Gudang 1
Bagian Pengiriman
1 4
Memo Debit  3
Mengirimkan barang kpd.
pemasok Membuat
laporan pengiriman
barang
4 Memo Debit  3
2 LPB              1
Dikirim ke pemasok
sbg. Packing
Slip
N 2
Keterangan: LPB    : Laporan Penerimaan Barang
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
2
Bagian Utang
Diterima dari Bagian Pembelian
2 Memo Debit  1
LPB              1
Membandingkan jenis dan
kuantitas barang LPB               1
2 Memo Debit  1
Dikirim ke pemasok
3 5
LPB               1 Memo Debit  2
T Arsip bukti kas
keluar yang belum dibayar
Selesai
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
Bagian Kartu Persediaan
3
LPB               1 Memo Debit  2
Mengisi harga pokok satuan
harga pokok total pada
memo debit
LPB               1 Memo Debit  2
Kartu Persediaan
4
Bagian Jurnal
4
LPB               1 Memo Debit  2
5 Jurnal retur
penjualan
Gambar 16. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Diterima Kembali dari Pembeli
Sumber: Mulyadi 1993: 568
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Diterima Kembali dari Pembeli
Bagian Gudang
Mulai
Diterima dari Bagian
Penerimaan
LPB               2
Kartu Gudang
N
Bagian Kartu Persediaan
Dari Bagian Penerimaan via
Bagian Piutang
LPB             1 Memo           2
Kredit
Mengisi harga pokok barang
pada memo kredit
LPB             1 Memo           2
Kredit
Kartu Persediaan
1 Keterangan:
LPB    : Laporan Penerimaan Barang
Gambar 16. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Diterima Kembali dari Pembeli Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 568
Bagian Jurnal
1
LPB             1 Memo           2
Kredit
N
Jurnal Retur
Penjualan Selesai
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Pemegang Kartu Penghitungan Fisik
Mulai
Membagikan KPF kepada
penghitung KPF
4
KPF bagian  1 KPF bagian   2
Membandingkan KPF bagian 1
KPF bagian 2
Cocok Ya
Mencatat KPF bagian 2 ke
dalam DHPF Menghitung
kembali
Prosedur kompilasi
5 Keterangan:
KPF       : Kartu Penghitungan Fisik DHPF    : Daftar Hasil Penghitungan Fisik
2
1
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN
KPF
2 DHPF            1
Tidak
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Penghitung Counter
KPF
Melakukan penghitungan
fisik persediaan
Mengisi KPF bagian 3 dan menyobek
KPF bagian 3 tsb
KPF bagian 3 KPF bagian 2
KPF bagian 1
N N
Digantung pada tempat penyimpanan barang
bersama dengan KPF bagian 3
Digantungkan pada tempat penyimpanan
barang sebagai tanda bahwa persediaan
yang bersangkutan telah dihitung
Pengecek Checker
3
KPF bagian 2 KPF bagian 1
Melakukan penghitungan
fisik persediaan kedua
Mengisi data hasil penghitungan pd.
kartu penghitungan fisik
bag. ke 2 KPF bagian 2
KPF bagian 1
4 Digantungkan pd.
tempat penyimpanan brg. gudang sebagai
tanda barang telah dihitung
Diterima dari bagian
produksi 2
1
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Bagian Kartu Persediaan
5
2 DHPF            1
Mengisi harga pokok per unit
menghitung harga pokok total
Meminta otorisasi
atas DHPF Membuat
bukti memorial
2 DHPF            1
Bukti memorial
6 Prosedur
adjustment
Kartu Persediaan
T Prosedur
penentuan harga pokok
pricing procedure
Bagian Jurnal
6
Bukti memorial
Jurnal umum
N
7
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Bagian Gudang
7
DHPF            2
Kartu Gudang
T
Selesai
E. Penghitungan Fisik Persediaan
Penghitungan  fisik  persediaan  meliputi  pekerjaan  menghitung, menimbang,  atau  mengukur  tiap-tiap  jenis  barang  yang  berada  dalam
persediaan. Penghitungan persediaan seringkali dilakukan saat perusahaan sedang  tidak  beroperasi,  atau  tidak  begitu  sibuk,  terkadang  perusahaan
juga  harus  ditutup  untuk  sementara  agar  penghitungan  persediaan  dapat berjalan  dengan  lebih  efektif.  Untuk  mengurangi  terjadinya  kesalahan,
perusahaan dapat menerapkan prosedur-prosedur berikut: a.
Penghitungan  harus  dilakukan  oleh  orang-orang  yang  tidak ditugasi menyimpan barang pembagian tugas.
b. Tiap bagian mendapat tugas  yang jelas mengenai jenis persediaan
yang menjadi tanggungjawabnya penetapan tanggungjawab. c.
Harus  dilakukan  perhitungan  kedua  oleh  orang  lain  pemeriksaan secara independen.
d. Harus  digunakan  kartu  persediaan  yang  bernomor  urut  tercetak,
dan kartu tersebut diawasi pemakaiannya prosedur dokumentansi. e.
Harus  ditunjuk  pengawas  yang  bertugas  untuk  menentukan  pada akhir  penghitungan  bahwa  semua  jenis  persediaan  diberi  kartu
yang tidak ada satu jenis persediaan pun yang diberi lebih dari satu kartu pemeriksaan secara independen.
Penghitungan kuantitas persediaan dapat dihitung secara perpetual dan fisik,  masing-masing  sistem  penghitungan  ini  memiliki  tujuan  yang
berbeda  dimana  sistem  perpetual  dilakukan  untuk  mengecek  keakuratan
catatan  persediaan  dan  menghitung  jumlah  rugi  terkait  persediaan pemborosan  bahan  baku,  pencurian  oleh  konsumen  atau  oleh  karyawan
yang  selalu  ada  kemungkinan  dapat  terjadi.  Sedangkan  jika  perusahaan memilih  penghitungan  secara  fisik,  perusahaan  menggunakan  sistem
penghitungan  ini  untuk  menghitung  jumlah  persediaan  yang  tersisa  dan menghitung kos barang terjual selama satu periode.
Kepemilikan barang merupakan salah satu hal penting ketika akan melakukan  penghitungan  persediaan.  Jangan  sampai  perusahaan  salah
mengakui  hak  milik  karena  akan  dapat  menimbulkan  kesalahan  saat menentukan jumlah total  persediaan  yang dimiliki perusahaan. Hak milik
ditentukan  oleh  syarat  penjualan  yang  disepakati  oleh  pihak  penjual  dan pembeli, pembeli baru boleh mengakui persediaan jika sudah memiliki hak
secara hukum atas barang. Terdapat dua syarat penjualan, yaitu: a.
FOB Free On Board Shipping point Jika  menggunakan  syarat  ini,  maka  kepemilikan  barang  akan
beralih ke pembeli ketika jasa pengangkut barang sudah menerima barang tersebut dari penjual.
b. FOB Destination
Jika menggunakan syarat ini, maka kepemilikan barang akan tetap berada di pihak penjual hingga barang tersebut sampai ke pembeli,
atau dengan kata lain, pembeli berhak mengakui barang jika barang tersebut sudah sampai padanya.
Perusahaan  juga  kadang-kadang  menjualkan  barang  pihak  lain  yang menitipkan  barang  pada  perusahaan.  Barang  titipan  ini  lebih  dikenal
dengan nama barang konsinyasi. Perusahaan berhak mendapat komisi atas penjualan barang tapi tanpa memiliki barang tersebut.
F. Metoda Harga Perolehan
1. First-in, First-out FIFO
Metoda  FIFO  menganggap  bahwa  barang  yang  lebih  dahulu  dibeli akan  dijual  lebih  dahulu.  Harga  perolehan  barang  yang  lebih  dulu
dibeli dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu juga.
2. Rata-rata
Metoda rata-rata didasarkan pada harga perolehan rata-rata tertimbang, harga perolehan HP rata-rata tertimbang ini dihitung dengan rumus:
Total HP : jumlah unit tersedia = rata-rata tertimbang per unit.
G. Review Penelitian
Penelitian  sebelumnya  dengan  judul  “Evaluasi  Sistem  Akuntansi Persediaan, Studi Kasus pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara,
Kalasan” yang dilakukan oleh Alberta Pungky Febriana, NIM: 052114038 memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah  sistem  akuntasi  persediaan  yang  telah  dilaksanakan  di  Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara sesuai dengan teori?
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu:
Sistem  akuntansi  persediaan  yang  dijalankan  di  Instalasi  Farmasi  Rumah Sakit Bhayangkara belum sesuai teori. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang dijalankan, seperti dalam hal pemisahan  tanggung  jawab  fungsional  yang  masih  perlu  ditingkatkan
dengan  mengacu  pada  prinsip  pemisahan  fungsi  operasi,  penyimpanan aktiva  dan  pencatatan.  Dalam  Instalasi  Farmasi  juga  terdapat  kekurangan
beberapa  dokumen  dan  catatan  akuntansi,  pelaksanaan  perhitungan persediaan  yang  kurang  sesuai  dan  pemberian  nomor  urut  tercetak  pada
formulir  yang  digunakan.  Penel itian  sebelumnya  dengan  judul  “Evaluasi
Sistem  Akuntansi  Persediaan,  Studi  Kasus  pada  Instalasi  Farmasi  Rumah Sakit  Bhayangkara,  Kalasan”  ini  juga    membahas  mengenai  sistem
akuntansi  persediaan  dan  membandingkan  apakah  sistem  akuntansi persediaan  tersebut  sudah  sesuai  dengan  teori  ataukah  belum.  Penelitian
ini  memiliki  rumusan  masalah  penelitian  yang  sama  dengan  penelitian yang saya lakukan.
Penelitian  sebelumnya  lainnya dengan  judul  “Evaluasi  Sistem
Akuntansi  Persediaan  Bahan  Baku,  Studi  Kasus  pada  PT.  Aseli  Dagadu Djokdja” yang dikerjakan oleh Lucia Anna Novitasari, NIM: 012114023
memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Apakah  sistem  akuntansi  persediaan  bahan  baku  pada  PT.  Aseli  Dagadu
Djokdja telah sesuai dengan teori? Hasil penelitian yang diperoleh yaitu:
Sistem  akuntansi  persediaan  bahan  baku  yang  dijalankan  oleh  Aseli
Dagadu Djokdja tidak semuanya sesuai dengan teori. Unsur-unsur  yang  telah  sesuai  dengan  teori  adalah  unsur-unsur  yang
terdapat pada sistem akuntansi persediaan bahan baku, antara lain: 1.
Dokumen-dokumen yang digunakan. 2.
Fungsi-fungsi dalam unit organisasi yang terkait. 3.
Catatan akuntansi yang digunakan. 4.
Prosedur yang dijalankan. Sedangkan  unsur-unsur  yang  belum  sesuai  teori  adalah  unsur-unsur  yang
berkaitan  dengan  pengendalian  intern  bagi  sistem  akuntansi  persediaan bahan baku, antara lain:
1. Fungsi penerimaan dirangkap dengan fungsi pembelian.
2. Bagian gudang bahan baku melakukan permintaan secara lisan.
3. Dokumen yang digunakan bernomor urut tidak tercetak.
4. Bukti kas keluar tidak dicap “lunas”.
Penelitian terdahulu yang berjudul “Evaluasi Sistem Akuntansi Persediaan
Bahan  Baku,  Studi  Kasus  pada  PT.  Aseli  Dagadu  Djokdja”  juga membandingkan praktek dengan teori yang ada. Praktek yang sudah sesuai
dengan  teori  juga  ikut  dipaparkan,  tidak  hanya  yang  tidak  sesuai  dengan teori  saja.  Penelitian  terdahulu  ini  juga  membandingkan  unsur-unsur
sistem  akuntansi  yang  ada  di  teori  dengan  praktek  yang  dijalankan  di perusahaan.
63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dan deskriptif analitis. 1.
Studi  kasus,  merupakan  penelitian  dengan  karakteristik  masalah  yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang
diteliti.  Subyek  yang  diteliti  merupakan  suatu  badan  yang  dibentuk oleh kumpulan dokter gigi.
2. Deskriptif  analitis  merupakan  penyajian  konsep  teoritis  yang  akan
digunakan  untuk  menilai  obyek  yang  diteliti,  lalu  menganalisis  hasil penelitian  dengan  mengacu  pada  konsep  teoritis  untuk  diambil  suatu
kesimpulan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
: PT. GRHA PRIMA DENTA 2.
Waktu penelitian : Maret
– April 2013
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian:
a. Bagian Gudang
b. Bagian Pembelian
c. Bagian Penjualan
d. Bagian Akuntansi