sehingga yang dikuasai tidak sadar, patuh, dan menerima begitu saja. Mekanisme seperti ini yang disebut kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik bekerja dengan
menyembunyikan pemaksaan dominasi untuk menjadi sesuatu yang diterima Fashri dalam Anang Santoso. Inilah yang kemudian membuat mereka yang
terdominasi menjadi tidak keberatan untuk dikuasai dan masuk dalam lingkaran dominasi Santoso, 2009:146-147.
2.2.3 Perempuan
Menurut definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah orang manusia yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,
melahirkan anak dan menyusui. Perempuan adalah satu dari dua jenis kelamin manusia. Satunya lagi adalah pria atau laki-laki. Berbeda dengan wanita, istilah
“perempuan” dapat merujuk pada orang yang telah dewasa ataupun anak-anak. Dalam banyak hal, kaum perempuan dihadapkan pada situasi yang sulit.
Disatu sisi perempuan memiliki keinginan untuk maju dalam edukasi dan karir. Demikian pula perempuan banyak dituntut untuk menjaga serta mengurusi sector
domestic. Pada saat dia meraih semua itu sukses non domestik, maka ada semacam invisible hand yang “mewajibkan” perempuan itu kembali mengurusi
sektor domestik. Inilah yang membuat kaum hawa ini menjadi plin-plan, ragu dan selalu cemas. http:www. dunia perempuan.com diakses 11 Maret 2010, 15.15.
Sebuah hasil survei menunjukkan 59,6 perempuan Indonesia menganggap mereka sebagai pembuat keputusan akhir dalam rumah tangganya dan angka
prosentase itu ternyata lebih tinggi dibanding rekan-rekan mereka di Australia dan Singapura. Angka-angka itu diperoleh melalui survei MasterCard Worldwide
Index of Women`s Advancement yang keenam kalinya dilakukan Mastercard www.gatra.com diakses 11 Maret, 15.00.
Laki-laki dan perempuan kini mempunyai peran dan status yang tidak berbeda. Bila dalam zaman yang panjang, paradigma terhadap perempuan
hanyalah sebagai “objek”, maka di era modernisasi semua streotipe bahwa perempuan sebagai kaum yang lemah sudah tidak bisa di pertahankan lagi dalam
jurnal Angelina Sondakh. Dalam masyarakat perkotaan, cara pandang bahwa perempuan hanya berkutat
pada wilyah domestik tanpa memikirkan karir tersebut nyaris sudah usang alias tidak terpakai lagi. Suami yang mencari nafkah, dan istri yang membesarkan anak
di rumah perlahan telah hilang. Sebaliknya, pasangan suami istri di kota justru bahu membahu bekerja sama menafkahi keluarga. Peran istri dan suami di
perkotaan nyaris sama dan tidak ada perbedaannya saat di luar rumah. Nilai-nilai inilah yang harus di apreseasi dan di kembangkan sebagai model kemitraan
positif. Tapi jangan sampai hak-hak azasi yang menjadi tolak ukur kaum perempuan memperoleh kebebasan, salah ditafsirkan menjadi nilai-nilai baru yang
melampaui kodrat perempuan. Dalam organ perempuan, kasih, sayang dan kelembutan sangat dominan pada perempuan.
2.2.4 Dominasi Perempuan di Era Modernisasi