Semua aliran feminisme yang berbeda mempunyai perhatian yang sama yaitu ketimpangan posisi perempuan.
2.2.1.1 Feminisme Liberal
Aliran feminisme liberal berasal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi
kebebasan untuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalam masyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap
kebebasan individu yang terjadi melalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisa dicapai melalui pembaruan peraturan atau
hukum, dan proses pendidikan. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.
Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu,
mereka menuntut persamaan kesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum melalui
desakan 30 kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi para feminis liberal.
Teori ini dicetus oleh Naomi Wolf, menyatakan bahwa Feminisme Kekuatan merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari
segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan
haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki Sumiarni, 2004:62-64.
2.2.1.2 Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki sistem yang berpusat pada laki-laki. Mereka
memandang bahwa patriarki merupakan sistem kekuasaan, yang menganggap laki-laki memiliki superioritas atas perempuan. Kelemahan di hadapan laki-laki
adalah karena struktur biologis fisiknya, dimana perempuan harus mengalami haid, menopause, hamil, sakit haid dan melahirkan, menyusui, mengasuh anak,
dan sebagainya. Semua itu membuat perempuan tergantungt pada laki-laki.
Perbedaan fungsi reproduksi inilah yang menyebabkan pembagian kerja atas dasar seks yang terjadi di masyarakat. Feminisme radikal mempermasalahkan,
antara lain, tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas termasuk lesbianisme, seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki. Mereka berjuang agar perbedaan-
perbedaan seksual laki-laki dan perempuan dihapuskan. Bentuknya dapat berupa pemberian kesempatan pada perempuan untuk memilih melahirkan sendiri, atau
melahirkan anak secara buatan, atau bahkan tidak melahirkan sama sekali. Begitu juga ketergantungan anak kepada ibunya, dan sebaliknya harus diganti
dengan ketergantungan singkat terhadap sekelompok orang dari kedua jenis kelamin.Aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya
terkait fungsi biologis tubuh perempuan. Mereka mencemooh perkawinan,
menghalalkan aborsi, menyerukan lesbianisme, dan revolusi seks. Bagi para feminis radikal, menjadi seorang istri sama saja dengan disandera. Tinggal
bersama suami dianggap sama dengan musuh Sumiarni, 2004:73-76.
2.2.2 Dominasi Dominasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penguasaan oleh