Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang berperan besar terhadap terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar kegiatan negara sulit dilaksanakan tanpa adanya pajak. Pembangunan sarana umum seperti jalan- jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai pembangunan, maka penerimaan pajak harus selalu ditingkatkan. Meningkat atau tidaknya suatu penerimaan pajak sangatlah tergantung dari kesadaran Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak patuh membayar pajak dapat menimbulkan masalah-masalah terkait dengan penerimaan pajak. Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan penerimaan pajak yakni tingginya praktik penghindaran pajak dan masih banyak masyarakat yang tidak mau memenuhi kewajiban pajaknya, atau dengan kata lain masih banyaknya tunggakan pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi WPOP untuk melakukan kewajiban pembayaran pajak di Indonesia masih cukup rendah Huslin dan Ngadiman, 2011: 226. Kementerian Keuangan menyatakan bahwa realisasi penerimaan pajak sampai akhir Mei 2016 mencapai Rp 364.100.000.000.000,00. Jumlah tersebut hanyalah 26,8 dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN 2016. Dibanding periode yang sama pada akhir Mei 2015 dimana penerimaan pajak mencapai Rp 377.030.000.000.000,00, jumlah itu merosot 3. Jebloknya realisasi penerimaan pajak 2016 tak lepas dari rendahnya penerimaan Pajak Penghasilan PPh orang pribadi yang selama ini menjadi andalan www.suara.com. Direktorat Jenderal Dirjen Pajak mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang penghapusan sanksi administrasi agar penerimaan negara dapat dimaksimalkan, kebijakan tersebut adalah kebijakan Tax Amnesty. Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang t ebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak www.lembagapajak.com. Kebijakan Tax Amnesty menetapkan tarif tebusan yang cukup kompetitif khususnya pada 3 bulan pertama periode I: Juli sd September 2016 sejak berlakunya Undang-Undang Pengampunan Pajak yakni 2 untuk Wajib Pajak yang mendeklarasikan dan mengalihkan harta sekaligus menginvestasikan harta minimal 3 tahun di dalam negeri dan 4 untuk Wajib Pajak yang hanya mendeklarasikan tanpa membawa pulang asetnya. Tax Amnesty sangat diperlukan untuk memaksimalkan APBN www.suara.com. Adanya Tax Amnesty tentunya tidak bisa dipungkiri adanya kepentingan asing yang akan muncul ketika pemerintah Indonesia melakukan Tax Amnesty, apalagi cukup banyak repatriasi maka akan ada beberapa negara yang selama ini diuntungkan dengan adanya uang Indonesia di luar negeri dan kemudian harus mengalami kerugian atau dampak negatif dari adanya Tax Amnesty. Selain itu, diterapkannya Tax Amnesty tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara Ragimun, 2015: 14. Kepala Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Magelang Wiratmoko mengatakan, Tax Amnesty merupakan upaya membenahi persoalan pajak di Indonesia. Tax Amnesty merupakan program pembebasan pajak yang sudah terhutang. Para Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi administrasi maupun pidana perpajakan, caranya dengan menyampaikan harta yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT setahun terakhir https:pengampunanpajak.com. Sebanyak 1.200 Wajib Pajak telah mengikuti Tax Amnesty di KPP Pratama Magelang dengan nilai Rp 142.800.000.000. Pelaksana Harian Kepala KPP Pratama Magelang Isnani mengatakan nilai Tax Amnesty tersebut terhitung sejak Juli 2016 hingga 2 Desember 2016. Isnani mengatakan bahwa tidak ada target untuk daerah karena potensinya berbeda-beda. Target hanya tingkat nasional yaitu sebesar Rp 165.000.000.000.000 http:jateng.antaranews.com. Pemilihan lokasi penelitian di KPP Pratama Magelang untuk mengetahui kepatuhan WPOP di Kabupaten Magelang sebagai salah satu barometer kepatuhan WPOP di Jawa Tengah. Rasio kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang dilihat dari penyampaian SPT ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang Tahun 2013- 2016 No Tahun WPOP Realisasi Penyampaian SPT Rasio Kepatuhan Terdaftar Wajib SPT 1 2013 102.240 52.902 48.102 90,93 2 2014 112.122 54.679 51.363 93,94 3 2015 123.570 53.445 52.374 97,99 4 2016 134.078 60.953 53.929 88,48 Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Magelang Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa rasio kepatuhan WPOP dalam pelaporan SPT tiap tahun tidak selalu mencapai target yang ditetapkan KPP Pratama Magelang yaitu sebesar 90. Selain itu, rasio kepatuhan tiap tahun tidak selalu mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya KPP Pratama Magelang untuk meningkatkan kepatuhan WPOP belum maksimal.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 0 12

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.

1 3 2

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak dan persepsi kualitas pelayanan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sorong Wilayah kerja kota dan Kabupaten Sorong).

1 0 2

Hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung).

10 41 135

Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

0 0 133

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Yogyakarta.

10 69 135

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

0 9 145

Analisis hubungan antara persepsi tax amnesty dan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi .Studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang

1 1 118

PENGARUH TAX AMNESTY, SANKSI PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANGKA

0 3 21

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK TENTANG KUALITAS PELAYANAN FISKUS, SANKSI PAJAK, TAX AMNESTY, DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PANGKALPINANG

0 0 22