Analisis hubungan antara persepsi tax amnesty dan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi .Studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang)

Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data primer dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada 100 responden menggunakan metode Convenience Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi rendah dan positif. Hubungan yang rendah dapat disebabkan karena Wajib Pajak yang mengisi kuesioner tidak mengikuti Tax Amnesty atau Wajib Pajak tersebut belum memahami tentang konsep Tax Amnesty.


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION ANALYSIS BETWEEN TAX AMNESTY PERCEPTION AND PERCEPTION OF THE COMPLIANCE OF

INDIVIDUAL TAXPAYER

An empirical study at the Office of Pratama Tax Services, Magelang Lucia Nurmalia Suryandari

Student Number: 132114075 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

This research aimed to analyze the correlation among Tax Amnesty perception and perception of the compliance of individual taxpayer at the Office of Pratama Tax Services, Magelang.

The type of this research was an empirical study. The primary data was collected by distributing questionnaires to a hundred respondents using Convenience Sampling. The data were analyzed using Descriptive Analyzing with Spearman Rank Correlation analysis.

The result of data analysis showed that the relationship between perceptions of Tax Amnesty and perception of compliance of Individual Taxpayer was low and positive. Low relationship can be caused by Taxpayers who fill questionnaires do not follow Tax Amnesty or Taxpayer has not understood about the concept of Tax Amnesty.


(3)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” [Yesaya 41:10]

Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah harapan dan mimpimu. Jangan berpikir tentang frustasimu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi.

Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu coba dan gagal, tapi dengan apa yang masih mungkin bagimu untuk melakukan sesuatu.

[Paus Yohanes XXIII]

Ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Alm. Ibuku Heriberta Sarijah Ayahku Fx. Sukindar dan Ibuku Elisabeth Erna Adikku Monica Candra Dewi Keluarga Besarku


(8)

(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian di Universitas Sanata Dharma kepada penulis.

2. Nicko Kornelius Putra, S.E., M.Sc., selaku pembimbing Skripsi yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Ayah dan Ibu beserta keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi masukan, memberi semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(11)

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Tinjauan Dasar Perpajakan ... 8

2. Wajib Pajak ... 11

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 13

4. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 14

5. Persepsi ... 17

6. Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) ... 17

7. Kepatuhan Wajib Pajak ... 25

8. Kerangka Konsep ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

E. Populasi dan Sampel ... 34

F. Pengukuran Variabel ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36


(13)

I. Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MAGELANG ... 42

A. Sejarah KPP Pratama Magelang ... 42

B. Visi dan Misi KPP Pratama Magelang... 43

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Magelang ... 44

D. Struktur Organisasi ... 46

E. Pembagian Tugas Pokok ... 47

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 51

B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 55

C. Pengujian Instrumen Penelitian... 58

D. Analisis Data ... 62

E. Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan Penelitian ... 66

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang……….... ... 4

Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 38

Tabel 3.3 Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman ... 40

Tabel 4.1 Jumlah SDM di KPP Pratama Magelang ... 47

Tabel 5.1 Jumlah WPOP yang Mengikuti Tax Amnesty ... 50

Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP ... 53

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 54

Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Pendapatan ... 55

Tabel 5.8 Deskriptif Statistik ... 56

Tabel 5.9 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 56

Tabel 5.10 Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 57

Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 58

Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 59

Tabel 5.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Tax Amnesty ... 59

Tabel 5.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kepatuhan WPOP ... 60

Tabel 5.15 Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 5.16 Rekapitulasi Uji Normalitas ... 61


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 29 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Magelang ... 46


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Surat Ijin Penelitian ... 74

LAMPIRAN B Kuesioner Penelitian ... 75

LAMPIRAN C Tabulasi Data Kuesioner ... 82

LAMPIRAN D Hasil Pengolahan Data Responden ... 90

LAMPIRAN E Hasil Pengolahan Data Variabel Penelitian ... 93

LAMPIRAN F Hasil Uji Validitas Variabel ... 95

LAMPIRAN G Hasil Uji Reliabilitas Variabel ... 99

LAMPIRAN H Hasil Uji Normalitas ... 101


(17)

ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang)

Lucia Nurmalia Suryandari NIM: 132114075 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data primer dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada 100 responden menggunakan metode Convenience Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi rendah dan positif. Hubungan yang rendah dapat disebabkan karena Wajib Pajak yang mengisi kuesioner tidak mengikuti Tax Amnesty atau Wajib Pajak tersebut belum memahami tentang konsep Tax Amnesty.


(18)

ABSTRACT

THE CORRELATION ANALYSIS BETWEEN TAX AMNESTY PERCEPTION AND PERCEPTION OF THE COMPLIANCE OF

INDIVIDUAL TAXPAYER

An empirical study at the Office of Pratama Tax Services, Magelang Lucia Nurmalia Suryandari

Student Number: 132114075 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

This research aimed to analyze the correlation among Tax Amnesty perception and perception of the compliance of individual taxpayer at the Office of Pratama Tax Services, Magelang.

The type of this research was an empirical study. The primary data was collected by distributing questionnaires to a hundred respondents using Convenience Sampling. The data were analyzed using Descriptive Analyzing with Spearman Rank Correlation analysis.

The result of data analysis showed that the relationship between perceptions of Tax Amnesty and perception of compliance of Individual Taxpayer was low and positive. Low relationship can be caused by Taxpayers who fill questionnaires do not follow Tax Amnesty or Taxpayer has not understood about the concept of Tax Amnesty.


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang berperan besar terhadap terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar kegiatan negara sulit dilaksanakan tanpa adanya pajak. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai pembangunan, maka penerimaan pajak harus selalu ditingkatkan. Meningkat atau tidaknya suatu penerimaan pajak sangatlah tergantung dari kesadaran Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak patuh membayar pajak dapat menimbulkan masalah-masalah terkait dengan penerimaan pajak.

Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan penerimaan pajak yakni tingginya praktik penghindaran pajak dan masih banyak masyarakat yang tidak mau memenuhi kewajiban pajaknya, atau dengan kata lain masih banyaknya tunggakan pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) untuk melakukan kewajiban pembayaran pajak di Indonesia masih cukup rendah (Huslin dan Ngadiman, 2011: 226). Kementerian Keuangan menyatakan bahwa realisasi penerimaan pajak sampai akhir Mei 2016 mencapai Rp 364.100.000.000.000,00. Jumlah tersebut hanyalah 26,8% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Dibanding periode yang sama pada akhir Mei 2015 dimana penerimaan pajak mencapai


(20)

Rp 377.030.000.000.000,00, jumlah itu merosot 3%. Jebloknya realisasi penerimaan pajak 2016 tak lepas dari rendahnya penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang selama ini menjadi andalan (www.suara.com).

Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang penghapusan sanksi administrasi agar penerimaan negara dapat dimaksimalkan, kebijakan tersebut adalah kebijakan Tax Amnesty. Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak (www.lembagapajak.com).

Kebijakan Tax Amnesty menetapkan tarif tebusan yang cukup kompetitif khususnya pada 3 bulan pertama (periode I: Juli s/d September 2016) sejak berlakunya Undang-Undang Pengampunan Pajak yakni 2% untuk Wajib Pajak yang mendeklarasikan dan mengalihkan harta sekaligus menginvestasikan harta minimal 3 tahun di dalam negeri dan 4% untuk Wajib Pajak yang hanya mendeklarasikan tanpa membawa pulang asetnya. Tax Amnesty sangat diperlukan untuk memaksimalkan APBN (www.suara.com).

Adanya Tax Amnesty tentunya tidak bisa dipungkiri adanya kepentingan asing yang akan muncul ketika pemerintah Indonesia melakukan Tax Amnesty, apalagi cukup banyak repatriasi maka akan ada beberapa negara yang selama ini diuntungkan dengan adanya uang Indonesia


(21)

di luar negeri dan kemudian harus mengalami kerugian atau dampak negatif dari adanya Tax Amnesty. Selain itu, diterapkannya Tax Amnesty tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke kas negara (Ragimun, 2015: 14).

Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang Wiratmoko mengatakan, Tax Amnesty merupakan upaya membenahi persoalan pajak di Indonesia. Tax Amnesty merupakan program pembebasan pajak yang sudah terhutang. Para Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi administrasi maupun pidana perpajakan, caranya dengan menyampaikan harta yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) setahun terakhir (https://pengampunanpajak.com/).

Sebanyak 1.200 Wajib Pajak telah mengikuti Tax Amnesty di KPP Pratama Magelang dengan nilai Rp 142.800.000.000. Pelaksana Harian Kepala KPP Pratama Magelang Isnani mengatakan nilai Tax Amnesty tersebut terhitung sejak Juli 2016 hingga 2 Desember 2016. Isnani mengatakan bahwa tidak ada target untuk daerah karena potensinya berbeda-beda. Target hanya tingkat nasional yaitu sebesar Rp 165.000.000.000.000 (http://jateng.antaranews.com/).

Pemilihan lokasi penelitian di KPP Pratama Magelang untuk mengetahui kepatuhan WPOP di Kabupaten Magelang sebagai salah satu barometer kepatuhan WPOP di Jawa Tengah. Rasio kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang dilihat dari penyampaian SPT ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:


(22)

Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang Tahun 2013-2016

No Tahun

WPOP Realisasi

Penyampaian SPT

Rasio Kepatuhan

(%) Terdaftar Wajib SPT

1 2013 102.240 52.902 48.102 90,93

2 2014 112.122 54.679 51.363 93,94

3 2015 123.570 53.445 52.374 97,99

4 2016 134.078 60.953 53.929 88,48

Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Magelang Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa rasio kepatuhan WPOP dalam pelaporan SPT tiap tahun tidak selalu mencapai target yang ditetapkan KPP Pratama Magelang yaitu sebesar 90%. Selain itu, rasio kepatuhan tiap tahun tidak selalu mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya KPP Pratama Magelang untuk meningkatkan kepatuhan WPOP belum maksimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

Bagaimana hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang?

C. Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:


(23)

WPOP di KPP Pratama Magelang, tidak termasuk laporan WPOP yang mengikuti Tax Amnesty.

2. Kebijakan Tax Amnesty yang diteliti adalah kebijakan yang dikeluarkan sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagi KPP Pratama Magelang

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty dalam meningkatkan kepatuhan WPOP.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan mengenai hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP. 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dibidang perpajakan khususnya mengenai hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP.


(24)

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka konsep.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, pengukuran variabel, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen, dan teknik analisa data.

Bab IV Gambaran Umum KPP Pratama Magelang

Bab ini menguraikan tentang subjek penelitian yaitu sejarah, wilayah kerja, kedudukan, tugas dan fungsi, visi dan misi, dan gambaran umum struktur organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang deskripsi responden, deskripsi variabel, pengujian instrumen penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil data.


(25)

Bab VI Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Tinjauan Dasar Perpajakan a. Pengertian Pajak

Mardiasmo (2011: 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan bagi kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu iuran/kontribusi rakyat kepada negara, dipungut berdasarkan undang-undang, tidak ada kontraprestasi secara langsung, diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran negara secara umum untuk kesejahteraan rakyat.


(27)

b. Fungsi Pajak

Resmi (2011: 3) mengungkapkan bahwa terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regular (pengatur).

1) Fungsi Budgetair

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai negara dan juga sebagai kas negara. Pembiayaan negara baik rutin maupun sebagai pembangunan negara.

2) Fungsi Mengatur (reguler)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Hingga saat ini ada 3 sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan pajak (Purwono, 2010: 12) yaitu:

1) Official Assesment System

Sistem ini mengatur besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jadi, dapat dikatakan bahwa Wajib Pajak bersifat pasif.


(28)

2) Self Assesment System

Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang. 3) Withholding Tax System

Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan melalui pihak ketiga. Sistem ini tercermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

d. Hambatan Pemungutan Pajak

Mardiasmo (2011: 8) menyatakan bahwa dalam usaha untuk memungut pajak terdapat 2 bentuk hambatan yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif ditandai dengan masyarakat yang enggan untuk membayar pajak, hal ini disebabkan oleh perkembangan intelektual dan moral, sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat, dan sistem kontrol tidak terlaksana dengan baik.

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan oleh fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuk perlawanan aktif antara lain:

1) Tax Avoidance, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melakukan perbuatan yang dapat dikenakan pajak. Misalnya:


(29)

memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.

2) Tax Evasion, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). Penggelapan pajak secara umum bersifat melawan hukum (ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan objek pajak secara lengkap dan benar atau perbuatan melanggar hukum lainnya. Contoh Tax Evasion adalah menggelembungkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif.

3) Melalaikan pajak, yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi ketentuan formal yang harus dipenuhi, misalnya dengan cara menghalangi proses penyitaan.

2. Wajib Pajak

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Sebagaimana Telah Diubah Terakhir dengan Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak memiliki beberapa hak dan kewajiban seperti yang dirangkum dalam Mardiasmo (2011: 56).


(30)

Hak yang dimiliki Wajib Pajak antara lain : a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b. Menerima tanda bukti pemasukan Surat Pemberitahuan (SPT). c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP).

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan SKP yang salah.

i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. Kewajiban Wajib Pajak antara lain :

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke KPP dalam batas waktu yang telah ditentukan.


(31)

e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. f. Jika diperiksa wajib :

1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. 2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

3) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan ini ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) a. Pengertian

Undang-Undang KUP pasal 1 ayat 6 mengungkapkan bahwa NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa setiap Wajib Pajak yang telah


(32)

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri di kantor Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP.

b. Pendaftaran NPWP

Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan self assessment system, wajib mendaftarkan diri di kantor Dirjen Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP.

Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang PPh 1984 dan perubahannya. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PPh 1984 dan perubahannya.

4. Surat Pemberitahuan (SPT) a. Pengertian SPT

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan


(33)

objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Pembetulan SPT

1) Pembetulan SPT Sebelum Jangka Waktu 2 Tahun, Sebelum Dilakukan Pemeriksaan

UU KUP pasal 8 ayat 1 mengungkapkan bahwa Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan SPT harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. 2) Pembetulan SPT Setelah Jangka Waktu 2 Tahun

Undang-Undang KUP Pasal 8 ayat 4 menyatakan bahwa Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan dengan syarat Dirjen Pajak belum menerbitkan SKP, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya.


(34)

c. Jenis-Jenis SPT

Mardiasmo (2011: 28) mengungkapkan bahwa jenis SPT dapat dilihat dari dua klasifikasi, yaitu:

1) Berdasarkan Bentuk:

a) SPT berbentuk formulir kertas, dan b) E-SPT

2) Berdasarkan Waktu Pelaporan:

a) SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.

b) SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

d. Batas Waktu Penyampaian SPT dan Penyetoran Pajak

Batas penyampaian SPT yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut:

1) SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak.

2) SPT Tahunan PPh WPOP, paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak.

3) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.


(35)

5. Persepsi

Slameto (2010: 109) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Hariyanto (2015) dalam Purwodarminto (1990: 759) mengungkapkan bahwa persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau objek. Persepsi mempunyai sifat subjektif karena tergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Persepsi merupakan proses perilaku individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut perilaku individu.

6. Tax Amnesty a. Pengertian

Tax Amnesty atau pengampunan pajak adalah program kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya tanpa adanya sanksi administrasi guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan negara


(36)

(Sawyer, 2006: 2). Tax Amnesty diharapkan akan mendorong peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dimasa yang akan datang. Pengampunan pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum atau kurang dibayar, di samping meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena semakin efektifnya pengawasan dan semakin akuratnya informasi mengenai daftar kekayaan Wajib Pajak.

Sawyer (2006: 2) menyebutkan beberapa tipe Tax Amnesty yaitu: 1) Filling Amnesty: pengampunan yang diberikan dengan

menghapuskan sanksi bagi Wajib Pajak yang terdaftar namun tidak pernah mengisi SPT, pengampunan diberikan jika mereka mau mulai untuk mengisi SPT.

2) Record-keeping Amnesty: memberikan penghapusan sanksi untuk kegagalan dalam memelihara dokumen perpajakan dimasa lalu, pengampunan diberikan jika Wajib Pajak untuk selanjutnya dapat memelihara dokumen perpajakannya.

3) Revision Amnesty: merupakan suatu kesempatan untuk memperbaiki SPT dimasa lalu tanpa dikenakan sanksi atau diberikan pengurangan sanksi. Pengampunan ini memungkinkan Wajib Pajak untuk memperbaiki SPT-nya yang terdahulu (yang menyebabkan adanya pajak yang masih harus dibayar) dan membayar pajak yang hilang (missing) atau belum dibayar (outstanding).


(37)

4) Investigation Amnesty: pengampunan yang menjanjikan tidak akan menyelidiki sumber penghasilan yang dilaporkan pada tahun-tahun tertentu dan terdapat sejumlah uang pengampunan (Amnesty Fee) yang harus dibayar. Pengampunan jenis ini juga menjanjikan untuk tidak akan dilakukannya tindakan penyidikan terhadap sumber penghasilan atau jumlah penghasilan yang sebenarnya. Pengampunan ini sering dikenal dengan pengampunan yang erat dengan tindak pencucian (Laundering Amnesty).

5) Prosecution Amnesty: pengampunan yang memberikan penghapusan tindak pidana bagi Wajib Pajak yang melanggar undang-undang, sanksi dihapuskan dengan membayarkan sejumlah kompensasi.

a. Asas dan Tujuan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa pengampunan pajak dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. Tax Amnesty bertujuan untuk:

1) Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi.


(38)

2) Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi.

3) Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

b. Subjek dan Objek Pengampunan Pajak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 pasal 3 mengungkapkan bahwa subjek dan objek pengampunan pajak meliputi:

1) Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak. 2) Pengampunan pajak diberikan kepada Wajib Pajak melalui

pengungkapan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan. 3) Dikecualikan dari ketentuan setiap Wajib Pajak berhak

mendapatkan pengampunan pajak, yaitu Wajib Pajak yang sedang dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan dalam proses peradilan atau menjalani hukuman pidana atas tindak pidana dibidang perpajakan.

4) Pengampunan pajak meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan akhir tahun pajak terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak.

5) Kewajiban perpajakan terdiri atas kewajiban PPh, PPN, dan PPnBM.


(39)

c. Fasilitas Pengampunan Pajak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan fasilitas Tax Amnesty yang diberikan kepada Wajib Pajak yaitu:

1) penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN dan/atauPPn BM), sanksi administrasi dan sanksi pidana yang belum diterbitkan ketetapan pajaknya

2) penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan

3) tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan

4) penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan 5) Penghapusan PPh Final atas pengalihan harta berupa tanah

dan/atau bangunan serta saham.

d. Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan tarif dan cara menghitung uang tebusan yaitu:

1) Tarif uang tebusan atas harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau harta yang berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan


(40)

diinvestasikan di dalam wilayah NKRI dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan sebesar:

a) 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak undang-undang ini mulai berlaku

b) 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak undang-undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016

c) 5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017

2) Tarif uang tebusan atas harta yang berada di luar wilayah NKRI dan tidak dialihkan ke dalam wilayah NKRI adalah sebesar: a) 4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat

Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak undang-undang ini mulai berlaku

b) 6% (enam persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak undang-undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 c) 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian Surat

Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017


(41)

3) Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada tahun pajak terakhir adalah sebesar:

a) 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan

b) 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak undang-undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

e. Tata Cara Penyampaian Surat Pernyataan, Penerbitan Surat Keterangan, dan Pengampunan atas Kewajiban Perpajakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengungkapkan tata cara penyampaian surat pernyataan, penerbitan surat keterangan, dan pengampunan atas kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut: 1) Dalam memperoleh pengampunan pajak, Wajib Pajak harus

menyampaikan Surat Pernyataan kepada menteri.

2) Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh:


(42)

b) pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain yang dipersamakan bagi Wajib Pajak badan c) penerima kuasa, dalam hal pemimpin tertinggi sebagaimana

dimaksud pada huruf b berhalangan

3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) memiliki NPWP

b) membayar uang tebusan

c) melunasi seluruh tunggakan pajak

d) melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan

e) menyampaikan SPT PPh terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh

f) mencabut permohonan

(a) pengembalian kelebihan pembayaran pajak

(b) pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi perpajakan dalam SKP dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP) yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang terutang; (c) pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak

benar; (d) keberatan;


(43)

(e) pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan; (f) banding;

(g) gugatan; dan/atau (h) peninjauan kembali,

(i) dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

7. Kepatuhan Wajib Pajak a. Pengertian

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rahayu (2010: 138) mengemukakan bahwa istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu:

1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 menyatakan bahwa kepatuhan formal Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari:

a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. b) Menyampaikan SPT dengan tepat waktu. c) Membayar pajak dengan tepat waktu.

d) Bebas dari tindakan pidana dibidang perpajakan. e) Bebas dari tunggakan pajak pada semua jenis pajak.


(44)

2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 menyatakan bahwa kepatuhan material Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari:

a) Melaporkan kewajiban pajak dengan jujur. b) Mengisi SPT dengan lengkap dan jelas. c) Membayar pajak dengan jumlah yang benar.

d) Bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas pajak membutuhkan informasi.

Keakuratan laporan menggambarkan kebenaran dari setiap laporan Wajib Pajak yang dapat dibandingkan dengan kegiatan jenis usaha tertentu dan efektivitas tarif pajak yang dibayar berdasarkan penghasilan yang diterima.

Prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di dalam negara. Kepatuhan yang mendasar dari pemenuhan kewajiban pelaporan dan pembayaran oleh Wajib Pajak merupakan salah satu tanda efektifnya kebijakan pajak yang sedang dijalankan.


(45)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Faktor-faktor yang berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak (John, 2007: 325):

1) Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang akan dipatuhi. Salah satu sanksi perpajakan adalah pemberian denda untuk Wajib Pajak yang melanggar.

2) Perlakuan terhadap Wajib Pajak yang Adil

Keadilan Wajib Pajak adalah sifat (perbuatan atau perlakuan) yang tidak sewenang-wenang atau tidak berat sebelah atas sistem perpajakan yang berlaku.

3) Besar Penghasilan

Besar penghasilan perorangan atau badan tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Penghasilan akan ditentukan dari pekerjaan atau usaha, pendidikan, dan lingkungan. Semakin besar penghasilan yang diperoleh maka akan semakin besar pula pajak yang dibayarkan.


(46)

8. Kerangka Konsep

Penelitian ini menjelaskan hubungan antara persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP. Tax Amnesty diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa keberadaan Tax Amnesty memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan WPOP.

Salah satu tujuan dikeluarkannya kebijakan Tax Amnesty adalah untuk meningkatkan penerimaan negara dengan mendorong Wajib Pajak melaporkan semua harta yang dimiliki ke kantor pajak. Wajib Pajak yang ingin mendapatkan Tax Amnesty harus melakukan pembetulan atas SPT Tahunan PPh, menyetorkan pajaknya yang kurang dibayar, dan mengajukan surat permohonan atas keterlambatan penyampaian SPT dan penyetoran pajak. Kebijakan ini dapat mendorong Wajib Pajak lama untuk melakukan pembetulan atas SPT tahun pajak 2015 dan sebelumnya dan menyetorkan kekurangan pajaknya sehingga kepatuhan penyetoran semakin meningkat.

Menganalisis pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi mengenai Tax Amnesty digunakan skala Likert melalui kuesioner yang akan diisi oleh Wajib Pajak, sehingga penelitian ini menggunakan kerangka konsep sebagai berikut:


(47)

Keterangan:

= Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

B. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Tax Amnesty dan kepatuhan WPOP. Huslin dan Ngadiman (2011) dengan judul Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Huslin dan Ngadiman melakukan penelitian di KPP Pratama Jakarta Kembangan dengan sampel 100 WPOP dan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian yaitu bahwa variabel sunset policy tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel Tax Amnesty dan sanksi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan WPOP.

Persepsi Tax Amnesty (X)

Persepsi Kepatuhan WPOP (Y)

Periode I : 1 Juli - 31 Sept 2016 Periode II : 1 Okt - 31 Des 2016 Periode III : 1 Jan - 31 Maret 2017


(48)

Kusuma (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman Peraturan Perpajakan serta Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun 2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak, pemahaman peraturan perpajakan, serta sanksi perpajakan terhadap kepatuhan WPOP dalam membayar pajak di KP2KP Wonosobo. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik, analisis regresi linier sederhana, dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan pajak, pemahaman peraturan perpajakan, dan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap kepatuhan WPOP.

Nuryani (2016) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi Pelayanan, Persepsi Konsultasi, dan Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi pelayanan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan WPOP cukup kuat dan positif. Hubungan antara persepsi konsultasi Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan WPOP juga cukup kuat dan positif. Selain itu, hubungan antara persepsi pengawasan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan WPOP kuat dan positif.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Sugiyono (2013: 1) mengungkapkan bahwa studi empiris merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Data yang diperoleh melalui penelitian ini adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2017 - 18 Februari 2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang lingkup Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang yang terletak di Jalan Veteran Nomor 20 Magelang.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi) yang sifat keadaannya akan diteliti (Amirin, 2009: 1). Subjek


(50)

dari penelitian ini adalah orang yang akan menjadi responden penelitian yang diberikan pernyataan berupa kuesioner guna memberikan data-data kepada peneliti yang dapat digunakan untuk penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di KPP Pratama Magelang.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, ataupun lembaga (organisasi) yang menjadi pusat perhatian atau saran penelitian (Amirin, 2009: 1). Objek dari penelitian ini adalah persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen pada penelitian ini yaitu persepsi Tax Amnesty (X). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu persepsi kepatuhan WPOP (Y). Definisi operasional dari Tax Amnesty dan kepatuhan dijabarkan sebagai berikut:

1. Persepsi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 mengemukakan bahwa Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan. Terdapat beberapa indikator Tax Amnesty yaitu:


(51)

a. Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak (Tax Amnesty)

b. Memberikan kebijakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang c. Membebaskan sanksi administrasi dan sanksi pidana dibidang

perpajakan

d. Diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan

e. Surat Pernyataan mengungkapkan harta, utang, nilai harta bersih, dan pembayaran uang tebusan

f. Dilaksanakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi g. Dilaksanakan untuk meningkatkan penerimaan negara

h. Dilaksanakan untuk mendorong reformasi perpajakan melalui pengalihan harta

2. Persepsi Kepatuhan

Rahayu (2010: 138) mengemukakan bahwa istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Terdapat dua macam kepatuhan yaitu:

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 mengungkapkan bahwa indikator-indikator yang terdapat dalam kepatuhan formal:


(52)

1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tepat waktu. 3) Membayar pajak dengan tepat waktu.

4) Bebas dari tindakan pidana dibidang perpajakan. 5) Bebas dari tunggakan pajak pada semua jenis pajak.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak, kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 mengungkapkan bahwa indikator-indikator yang terdapat dalam kepatuhan material:

1) Melaporkan kewajiban pajak dengan jujur 2) Mengisi SPT dengan lengkap dan jelas 3) Membayar pajak dengan jumlah yang benar

4) Bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas pajak membutuhkan informasi

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar


(53)

jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek tersebut (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Magelang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability dengan metode convenience sampling. Convenience sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Sampel pada penelitian ini yaitu sebagian WPOP di KPP Magelang. Jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Umar, 2003: 78):

2 1 Ne N n   Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = batas toleransi kesalahan (error balance) = 10%

Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Magelang, jumlah WPOP yang terdaftar yaitu 134.078. Berikut perhitungannya:

 

1341,78 99,93 100( )

078 . 134 78 , 1340 1 078 . 134 1 , 0 078 . 134 1 078 . 134

1 Ne2 2 dibulatkan

N

n   

     


(54)

F. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel pada penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan memberikan skala pada setiap instrumen. Kategori dari penilaian skala Likert (Wiyono, 2011: 96):

STS = Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1 TS = Tidak Setuju, diberi skor 2

R = Ragu-ragu, diberi skor 3 S = Setuju, diberi skor 4

SS = Sangat Setuju, diberi skor 5 G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007: 199). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.


(55)

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data tentang persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data deskripsi responden dan data tentang profil KPP Pratama Magelang.

H. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas item kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi Pearson. Validitas item adalah kecermatan suatu item atau instrumen data dalam mengukur apa yang diinginkan (Priyatno, 2012: 138). Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan valid, jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid. Menghitung harga korelasi setiap butir dengan rumus Pearson Product Moment (Wiyono, 2011: 111) sebagai berikut:

2 2 2 2

.

.

.

y

y

n

x

nx

y

x

y

x

n

r

i i i i i i i xy

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi setiap pernyataan


(56)

n = jumlah responden 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran diulang (Priyatno, 2012: 139). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode Cronbach Alpha. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Rumus Cronbach’s Alpha (Wiyono, 2011: 116) sebagai berikut :





1

11

k

k

r

2 2

1

aI

ab

Keterangan : 11

r = reliabilitas instrumen

ab2 = jumlah varian butir 2

aI = varian total

k = banyaknya item pernyataan Tabel 3.2

Kriteria koefisien reliabilitas Nilai Keterangan 11

r < 0,20 Sangat Rendah 0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang 0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat Tinggi

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau


(57)

tidak (Ghozali, 2009: 160). Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Hipotesis yang dirumuskan:

Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal

Uji statistik Kolmogorov Smirnov ini melihat angka probabilitasnya dengan ketentuan:

Nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima Nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Spearman Rank Correlation untuk menjawab rumusan masalah yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji Korelasi

Uji statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Rank Correlation. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan. Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan antar dua variabel atau lebih. Djarwanto (2007: 75) menyatakan bahwa metode ini diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional variance yang tidak diketahui sama. Korelasi ini dipergunakan apabila pengukuran


(58)

kuantitatif secara eksak tidak mungkin/sulit dilakukan. Penafsiran hasil korelasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menganalisis Kekuatan Hubungan Antar Variabel

Kekuatan hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat koefisien korelasi. Koefisien korelasi Spearman dapat dihitung dengan rumus: ) 1 ( 6 1 2 2   

n n di r n s Keterangan :

rs = Koefisien Spearman Rank Correlation

di = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

Nilai koefisien Spearman Rank Correlation (rs) berkisar antara

-1 < rs < 1 tanda negatif/positif oleh Sugiyono (2004: 183) diartikan

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nilai Koefisien Spearman Rank Correlation Interval Koefisien Koefisien

Korelasi Tafsirannya 0,00 - 0,199 + dan - Hubungan sangat rendah 0,20 - 0,399 + dan - Hubungan rendah 0,40 - 0,599 + dan - Hubungan cukup kuat 0,60 - 0,799 + dan - Hubungan kuat 0,80 - 1,000 + dan - Hubungan sangat kuat

b. Menganalisis Arah Hubungan Antar Variabel

Arah hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat koefisien korelasi. Berikut adalah cara menganalisis arah hubungan dari koefisien korelasi Sugiyono (2004: 183):


(59)

1) Jika koefisien korelasi (r) positif (r > 0), berarti terdapat hubungan yang positif atau searah. Artinya jika variabel X hasilnya tinggi maka variabel Y juga akan tinggi.

2) Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila variabel X hasilnya tinggi maka variabel Y rendah, begitu juga sebaliknya jika variabel X hasilnya rendah maka variabel Y tinggi.


(60)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MAGELANG

A. Sejarah

KPP Pratama Magelang berlokasi di Jalan Veteran Nomor 20 Magelang dan dipimpin oleh Ir. Wiratmoko, M.T. Kantor tersebut semula bernama KPP Magelang, kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak berubah menjadi KPP Pratama Magelang yang merupakan gabungan dari KPP dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB).

Tujuan dibentuknya KPP Pratama adalah dalam rangka modernisasi sistem administrasi perpajakan sebagai upaya pelaksanaan “Good Governance” dan meningkatkan penerimaan pajak serta efektifitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Dirjen Pajak. KPP Pratama Magelang mulai beroperasi 30 Oktober 2007 berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007. Semua pelayanan perpajakan pusat menjadi satu yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Wilayah administrasi KPP Pratama Magelang meliputi Kabupaten Magelang dan Kota Magelang.


(61)

B. Visi dan Misi KPP Pratama Magelang 1. Visi

Menjadi institusi penghimpun penerimaan negara terbaik kebanggaan masyarakat Magelang.

2. Misi

Menghimpun penerimaan negara melalui aparatur pajak yang berintegritas, kompeten, dan profesional sehingga membuat masyarakat Magelang bangga membayar pajak.

Selain memiliki visi dan misi, KPP Pratama Magelang juga memiliki motto dan janji layanan.

a. Motto Sinergi: 1) Santun

2) Ikhlas menjalankan

3) Nilai-nilai Kementrian Keuangan secara: a) Efektif

b) Efisien, dan c) Religius b. Janji Layanan

Bertekad menerapkan pelayanan terbaik dan bebas pungutan guna mewujudkan kepuasan Wajib Pajak dalam rangka mencapai penerimaan negara.


(62)

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Magelang 1. Tugas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Dirjen Pajak menyatakan bahwa KPP Pratama Magelang mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Fungsi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 menyatakan bahwa KPP Pratama Magelang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek PBB

b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya

d. penyuluhan perpajakan e. pelayanan perpajakan


(63)

g. pelaksanaan ekstensifikasi

h. penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak i. pelaksanaan pemeriksaan pajak

j. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak k. pelaksanaan konsultasi perpajakan

l. pembetulan ketetapan pajak m. pengurangan PBB


(64)

D. Struktur Organisasi

Kepala Kantor

Kepala KP2KP Muntilan

Kasubag Umum & Kepatuhan Internal Kasi PDI Kasi Pelayanan Kasi Penagihan Pelaksana Kasi Waskon I Kasi Ekstensifikasi & Penyuluhan Kasi Pemeriksaan Kasi Waskon II Kasi Waskon III Kasi Waskon IV Kelompok Fungsional AR Pelaksana Pelaksana Pelaksana

AR Pelaksana

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Magelang

AR Pelaksana AR


(65)

Tabel 4.1

Jumlah Sumber Daya Manusia di KPP Pratama Magelang

No Seksi Jumlah

1. Kepala Kantor 1

2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11

3. KP2KP Muntilan 3

4. Seksi PDI 6

5. Seksi Pelayanan 15

6. Seksi Penagihan 4

7. Seksi Pemeriksaan 4

8. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 8 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 10 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12 11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10 12. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11

13. Kelompok Jabatan Fungsional 8

Jumlah 103

Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Magelang E. Pembagian Tugas Pokok KPP Pratama Magelang

Tugas masing-masing jabatan di KPP Pratama Magelang adalah sebagai berikut:

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai, pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.


(66)

2. KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, konsultasi perpajakan kepada masyarakat, pengamatan potensi perpajakan wilayah, dan pembuatan monografi pajak, serta membantu KPP Pratama dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian PBB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta pengelolaan kinerja organisasi.

4. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, serta pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak. 5. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan

piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan,


(67)

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.

7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak baru, serta penyuluhan perpajakan.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, serta usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. 9. Seksi Waskon II, Seksi Waskon III, dan Seksi Waskon IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

10.Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.


(68)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Magelang, diperoleh data melalui kuesioner yang disebarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Data ini diperoleh dari pernyataan-pernyataan mengenai persepsi Tax Amnesty dan persepsi kepatuhan WPOP. Responden dalam penelitian ini adalah WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Magelang.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 100 responden yang datang ke KPP Pratama Magelang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 23 Januari 2017 sampai 18 Februari 2017 untuk mendapatkan 100 responden. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan ditunggu oleh peneliti sehingga 100 kuesioner dapat kembali. Berdasarkan data dari KPP Pratama Magelang, jumlah WPOP yang mengikuti Tax Amnesty dari 1 Juli 2016 sampai 7 Maret 2017 yaitu:

Tabel 5.1

WPOP yang Mengikuti Tax Amnesty Tahun Pajak Jumlah WPOP

2016 1.557

2017 470

Total 2.027

Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Magelang Berdasarkan tabel tersebut sebanyak 2.027 WPOP mengikuti Tax Amnesty, jumlah tersebut merupakan 1,51% dari 134.078 WPOP terdaftar di KPP Pratama Magelang. Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari frekuensi dan persentase usia, jenis kelamin, pendidikan


(69)

terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, dan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

A. Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 WPOP. Gambaran tentang responden ini diklasifikasikan menurut usia, jenis kelamin, kepemilikan NPWP, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan per bulan.

1. Usia

Deskripsi pada bagian ini memberikan gambaran responden berdasarkan usia. Hasil analisis deskriptif berdasarkan usia dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%)

20 tahun - 30 tahun 35 35,0

31 tahun - 40 tahun 31 31,0

41 tahun - 50 tahun 25 25,0

51 tahun - 60 tahun 8 8,0

61 tahun - 70 tahun 1 1,0

Total 100 100

Sumber: Data diolah 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan usia 20 tahun - 30 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (35%). Jumlah terbanyak selanjutnya yaitu responden dengan usia 31 tahun - 40 tahun sebanyak 31 orang (31%). Responden dengan usia 41


(70)

tahun - 50 tahun sebanyak 25 orang (25%), responden dengan usia 51 tahun - 60 tahun sebanyak 8 orang (8%), dan sisanya 1 orang (1%) dengan usia 61 tahun - 70 tahun.

2. Jenis Kelamin

Deskripsi pada bagian ini memberikan gambaran responden berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis deskriptif berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki 66 66,0

Perempuan 34 34,0

Total 100 100

Sumber: Data diolah 2017

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 66 orang (66%) responden berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 34 orang (34%) responden berjenis kelamin perempuan.

3. Kepemilikan NPWP

Deskripsi yang ketiga adalah deskripsi berdasarkan kepemilikan NPWP. Hasil deskripsi berdasarkan kepemilikan NPWP dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(71)

Tabel 5.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sudah memiliki NPWP 100 100,0

Belum memiliki NPWP 0 0,0

Total 100 100,0

Sumber: Data diolah 2017

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa seluruh responden dalam penelitian ini sudah memiliki NPWP.

4. Pendidikan

Deskripsi yang keempat adalah deskripsi berdasarkan pendidikan terakhir responden. Hasil deskripsi berdasarkan pendidikan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)

SMP 3 3,0

SMA 44 44,0

Diploma 15 15,0

Sarjana 38 38,0

Total 100 100

Sumber: Data diolah 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan pendidikan terakhir SMA merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 44 orang (44%). Jumlah terbanyak selanjutnya yaitu responden dengan pendidikan terakhir Sarjana sebanyak 38 orang (38%). Responden dengan pendidikan terakhir Diploma sebanyak 15 orang (15%) dan sisanya 3 orang (3%) dengan pendidikan terakhir SMP.


(72)

5. Pekerjaan

Deskripsi yang kelima adalah deskripsi berdasarkan pekerjaan responden. Hasil deskripsi berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

PNS 30 30,0

TNI/POLRI 17 17,0

Wirausaha 10 10,0

Pegawai Swasta 38 38,0

Lain-lain 5 5,0

Total 100 100

Sumber: Data diolah 2017

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 38 orang (38%). Jumlah terbanyak selanjutnya yaitu responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 30 orang (30%). Responden dengan pekerjaan sebagai TNI/POLRI sebanyak 17 orang (17%), responden dengan pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 10 orang (10%), dan responden dengan pekerjaan lainnya sebanyak 5 orang (5%).

6. Pendapatan

Deskripsi yang keenam adalah deskripsi berdasarkan pendapatan responden. Hasil deskripsi berdasarkan pendapatan per bulan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(73)

Tabel 5.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan Pendapatan Per Bulan Jumlah Persentase (%)

<Rp 2.500.000 42 42,0

Rp 2.500.000 - Rp 5.000.000 50 50,0

Rp 5.000.000 - Rp 7.500.000 6 6,0

Rp 7.500.000 - Rp 10.000.000 1 1,0

>Rp 10.000.000 1 1,0

Total 100 100

Sumber: Data diolah 2017

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan pendapatan 2,5 juta - 5 juta per bulan merupakan jumlah terbanyak yaitu sebesar 50 orang (50%). Jumlah terbanyak selanjutnya yaitu responden dengan pendapatan di bawah 2,5 juta per bulan sebanyak 42 orang (42%). Responden dengan pendapatan 5 juta - 7,5 juta per bulan sebanyak 6 orang (6%), responden dengan pendapatan 7,5 juta - 10 juta per bulan sebanyak 1 orang (1%), dan responden dengan pendapatan di atas 10 juta sebanyak 1 orang (1%).

B. Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi ini berisi data penelitian atau hasil dari kuesioner yang telah disebarkan tentang variabel yang digunakan. Deskripsi hasil kuesioner memuat data statistik sebagai berikut:


(74)

Tabel 5.8 Deskriptif Statistik Persepsi Tax Amnesty Persepsi Kepatuhan WPOP

N Valid 100 100

Missing 0 0

Mean 36.89 38.64

Median 36 39

Std.

Deviation 4.406 4.046

Minimum 28 30

Maximum 45 45

Sumber: Sumber diolah 2017 Keterangan:

N = Jumlah responden

Minimum = Jumlah total skor terendah dari setiap variabel Maksimum = Jumlah total skor tertinggi dari setiap variabel Mean = Besarnya nilai rata-rata

Standar Deviasi = Besarnya nilai penyimpangan rata-rata 1. Persepsi Tax Amnesty

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persepsi Tax Amnesty atas jawaban dari responden. Berdasarkan hasil penelitian responden terhadap item pernyataan dari variabel persepsi Tax Amnesty dengan menggunakan program SPSS 22, maka dengan perhitungan persentase diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.9

Kategori Skor Jawaban Persepsi Tax Amnesty Persepsi Tax Amnesty

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Rendah < 32,48 14 14%

Sedang 32,48 - 41,30 71 71%


(75)

Sumber: Data diolah 2017

Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa total skor jawaban dari pernyataan untuk variabel persepsi Tax Amnesty sebagian besar berada diantara range 32,48 sampai 41,30. Sebanyak 71 dari 100 responden berada diantara range tersebut dengan persentase 71%, sehingga persepsi Tax Amnesty di KPP Pratama Magelang menurut WPOP dinilai sedang.

2. Kepatuhan WPOP

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persepsi kepatuhan WPOP atas jawaban dari responden. Berdasarkan hasil penelitian responden terhadap item pernyataan dari variabel persepsi kepatuhan WPOP dengan menggunakan program SPSS 22, maka dengan perhitungan persentase diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.10

Kategori Skor Jawaban kepatuhan WPOP Persepsi Kepatuhan WPOP

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Rendah < 34,59 18 18%

Sedang 34,59 - 42,69 64 64%

Tinggi ≥ 42,69 18 18%

Sumber: Data diolah 2017

Hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa total skor jawaban dari pernyataan untuk variabel persepsi kepatuhan WPOP sebagian besar berada di range 34,59 sampai 42,69. Sebanyak 64 dari 100 responden berada diantara


(76)

range tersebut dengan persentase 64%, sehingga kepatuhan WPOP di KPP Pratama Magelang menurut WPOP dinilai sedang.

C. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian dilakukan berdasarkan pada data yang telah diperoleh. Data merupakan gambaran dari variabel yang diteliti dan juga merupakan alat pembuktian hipotesis, oleh karena itu data memegang peranan penting dalam penelitian ini. Sebelum melakukan olah data, instrumen diuji terlebih dahulu dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas agar memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program Pearson Correlation SPSS Versi 22 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.11

Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Tax Amnesty No. Product Moment Product Moment Sig. ≤ α

Keterangan Item > 0,3 > r tabel (α, n-2)

1 0,478 0,3 0,478 0,196 0,000 0,05 Valid 2 0,695 0,3 0,695 0,196 0,000 0,05 Valid 3 0,670 0,3 0,670 0,196 0,000 0,05 Valid 4 0,605 0,3 0,605 0,196 0,000 0,05 Valid 5 0,555 0,3 0,555 0,196 0,000 0,05 Valid 6 0,588 0,3 0,588 0,196 0,000 0,05 Valid 7 0,653 0,3 0,653 0,196 0,000 0,05 Valid 8 0,628 0,3 0,628 0,196 0,000 0,05 Valid 9 0,497 0,3 0,497 0,196 0,000 0,05 Valid


(1)

UJI VALIDITAS KUESIONER PERSEPSI KEPATUHAN WPOP (Y)

Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL

1 Pearson Correlation 1 .705** .426** .470** .502** .685** .124 .155 .557** .685** Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .219 .123 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2 Pearson Correlation .705** 1 .531** .493** .532** .811** .162 .139 .557** .731**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .108 .168 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 3 Pearson Correlation .426** .531** 1 .718** .699** .571** .394** .274** .388** .759**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .006 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 4 Pearson Correlation .470** .493** .718** 1 .728** .593** .233* .179 .480** .719**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .019 .074 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 5 Pearson Correlation .502** .532** .699** .728** 1 .730** .261** .254* .427** .764**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .009 .011 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 6 Pearson Correlation .685** .811** .571** .593** .730** 1 .227* .243* .516** .806**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .023 .015 .000 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100


(2)

Sig. (2-tailed) .219 .108 .000 .019 .009 .023 .000 .012 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 8 Pearson Correlation .155 .139 .274** .179 .254* .243* .624** 1 .175 .590**

Sig. (2-tailed) .123 .168 .006 .074 .011 .015 .000 .081 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 9 Pearson Correlation .557** .557** .388** .480** .427** .516** .251* .175 1 .652**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .012 .081 .000 N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 TOT

AL

Pearson Correlation .685** .731** .759** .719** .764** .806** .602** .590** .652** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000


(3)

LAMPIRAN G

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL

UJI RELIABILITAS VARIABEL PERSEPSI TAX AMNESTY (X)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.775 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

1 4.37 .677 100

2 3.82 1.038 100

3 3.77 1.100 100

4 4.12 .729 100

5 4.09 .698 100

6 4.13 .774 100

7 4.17 .779 100

8 4.16 .813 100


(4)

UJI RELIABILITAS VARIABEL PERSEPSI KEPATUHAN WPOP (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.842 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

1 4.47 .594 100

2 4.41 .621 100

3 4.38 .565 100

4 4.41 .534 100

5 4.44 .519 100

6 4.45 .592 100

7 4.04 .840 100

8 3.73 1.062 100


(5)

LAMPIRAN H

HASIL UJI NORMALITAS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persepsi Tax

Amnesty 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

Persepsi Kepatuhan

WPOP 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persepsi Tax

Amnesty .110 100 .005 .947 100 .001

Persepsi Kepatuhan

WPOP .153 100 .000 .953 100 .001

Persepsi Tax Amnesty


(6)

LAMPIRAN I

HASIL UJI KORELASI

PERSEPSI TAX AMNESTY DAN PERSEPSI KEPATUHAN WPOP

Correlations

Persepsi Tax

Amnesty

Persepsi Kepatuhan

WPOP

Spearman's rho

Persepsi Tax Amnesty Correlation Coefficient 1.000 .385**

Sig. (2-tailed) . .000

N 100 100

Persepsi Kepatuhan WPOP

Correlation Coefficient .385** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .


Dokumen yang terkait

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 0 12

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.

1 3 2

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak dan persepsi kualitas pelayanan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sorong Wilayah kerja kota dan Kabupaten Sorong).

1 0 2

Hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung).

10 41 135

Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

0 0 133

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Yogyakarta.

10 69 135

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

0 9 145

Analisis hubungan antara persepsi tax amnesty dan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi .Studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang

1 1 118

PENGARUH TAX AMNESTY, SANKSI PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANGKA

0 3 21

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK TENTANG KUALITAS PELAYANAN FISKUS, SANKSI PAJAK, TAX AMNESTY, DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PANGKALPINANG

0 0 22