Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

(1)

xv

PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

Happy Kurniasari NIM : 122114071 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.Hal ini dapat dilihat pada jumlah Wajib Pajak terdaftar Wajib SPT tahun 2015 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014.Masalah kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus.Teknik pengambilan sampel menggunakanConvenience Sampling.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil uji korelasi Spearman Rankmenunjukkanbahwa ada hubungan yang positif persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.


(2)

xvi

THE SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERCEPTIONS OF SOCIALIZATION TAXATION, LEVEL OF EDUCATION PERCEPTION WITH THE

PERCEPTION INDIVIDUALTAXPAYER COMPLIANCE A Case Study at the Office of Pratama Tax Services, Surakarta

Happy Kurniasari Student Number : 122114071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Registered taxpayers continue to experience increased from year to year, but the increase of the number of registered taxpayers was not offset by taxpayer compliance in paying taxes. This can be seen in the number of registered taxpayers obligated to SPT 2015 which experience a decrease when compared to the year 2014. The compliance problems become obstacles in maximizing tax revenues. This research aims to know the relationship of perception of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance in the Office of Pratama Tax Services Surakarta.

This type of research is a case study. Sampling technique is Convenience Sampling. The data collection was done by distributing the questionnaire to the private Taxpayer KPP Pratama Surakarta. Data analysis technique is Spearman Rank correlations.

Spearman Rank correlation showed that there was a positive relationship perceptions of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance at the Office of Pratama Tax Services Surakarta.


(3)

HUBUNGANPERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM,PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Happy Kurniasari NIM : 122114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016

HUBUNGANPERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM,PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Happy Kurniasari NIM : 122114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016

HUBUNGANPERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM,PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Happy Kurniasari NIM : 122114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Happy Kurniasari NIM : 122114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

Skripsi

HUBUNGAN PERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI

SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

Oleh: Happy Kurniasari

NIM: 122] 14071

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

M.Trisnawati R, S.E.,M.Si., Ak.,QIA

ii


(6)

Skripsi

HUBUNGAN PERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUBAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Happy Kurniasari

NIM: 122114071

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 08 Juni 2016

dan dinyatakan memenuhi syarat

Tanda Tangan Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap

Anggota Trisnawati Rahayu., S.E., M.Si., Ak., QIA., C.A.

Anggota YFM. Gien Agustinawansari, Dra, M.M., Ak., c.A. Ketua Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.,Si., Ak., c.A.

Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., c.A.

Anggota Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., c.A.


(7)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”

Yesaya 40: 29

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Papaku Bambang Irianto dan Mamaku Bernadetha Murtini

Kakakku Soni Kurnianto dan Adekku Dimas Kurniawan Keluarga besarku


(8)

UNIVERSITAS SANATADHARMA FAKULTAS EKONOMI

lURUSAN AKUNTANSI- PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDlKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 8 luni 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesunggulmya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dana tau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengajamaupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya temyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah dibelikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 29 lull 2016 Yang membuat pemyataan,

Happy Kumiasari


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Happy Kumiasari

NIM : 122114071

Demi pengembangan i1mu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI

SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDlKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, mempublikasikannya di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 29 Juli 2016

Happy Kumiasari


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Univeritas Sanata Dharma.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Univeritas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian di Universitas Sanata Dharma kepada penulis.

2. M.Trisnawati R., S.E., M,SI., Ak., QIA selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt., selaku dosen yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.

5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(11)

viii

6. Papa dan mama beserta keluarga besar yang selalu memperhatikan, memberi masukan, memberi semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Benediktus Bima Kencana Wiraubhaya, yang selalu memberi semangat, senyuman, doa dan bersedia menemani perjalanan hidup berproses bersama sampai saat ini.

8. Tesa, Karin, Arisna, dan Shindy sahabat seperjuangan yang banyak membantu, menemani, dan memberi dukungan.

9. Teman-teman seperjuangan MPAT Kelas E, Akuntansi 2012 yang sudah berdinamika bersama selama perkuliahan.

10.Seluruh Responden, atas waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner ini. Penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan para Responden.


(12)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk

penulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Juli 2016

~~

Happy Kumiasari


(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pajak ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Fungsi Pajak ... 7

3. Syarat Pemungutan ... 8

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 9

B. Wajib Pajak ... 10

1. Pengertian Wajib Pajak ... 10

2. Wajib Pajak Patuh ... 10

3. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 10

C. Pajak Penghasilan ... 12

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 12

2. Subjek Pajak Penghasilan ... 12

3. Objek Pajak ... 13

D. Self Assessment System ... 13

E. Sosialisasi Perpajakan ... 15

1. Pengertian Sosialisasi Perpajakan ... 15

2. Indikator Sosialisasi Perpajakan ... 16

F. Tingkat Pendidikan ... 17

G. Kepatuhan Wajib Pajak ... 19

1. Pengertian Kepatuhan Pajak ... 19

2. Kriteria Wajib Pajak Patuh ... 19

H. Persepsi ... 21

I. Penelitian Terdahulu ... 23


(14)

xi

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 26

D. Penetapan Populasi dan Sampel ... 26

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 27

G. Variabel Penelitian ... 28

H. Instrumen Penelitian ... 36

I. Teknik Pengolahan Data ... 37

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 38

K. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 42

A. Gambaran KPP Pratama Surakarta ... 42

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 53

B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

C. Pengujian Instumen Penelitian ... 61

1. Uji Validitas ... 61

2. Uji Reliabilitas ... 63

D. Analisis Data ... 66

E. Pembahasan ... 69

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan Penelitian ... 76

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Statistik Kepatuhan Wajib Pajak ... 2

Tabel 3.1 Skala Likert ... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 3.3 Nilai (score) Jawaban ... 38

Tabel 3.4 Batasan Skor Reliabilitas Alpa Cronbach ... 40

Tabel 3.5 Sifat Hubungan Korelasi Berdasarkan Nilai r... 41

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 55

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan perbulan... 56

Tabel 5.6 Deskriptif Statistika... 57

Tabel 5.7 Kategori Skor Jawaban Persepsi Self Assessment System ... 57

Tabel 5.8 Kategori Skor Jawaban Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 59

Tabel 5.9 Kategori Skor Jawaban Persepsi Tingkat Pendidikan... 60

Tabel 5.10 Kategori Skor Jawaban Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak ... 61

Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Self Assessment System ... 62

Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 62

Tabel 5.13 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Tingkat Pendidikan ... 63

Tabel 5.14 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak ... 63

Tabel 5.15 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Self Assessment System ... 64

Tabel 5.16 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 64

Tabel 5.17 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Tingkat Pendidikan ... 65

Tabel 5.18 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak... 65

Tabel 5.19 Uji Korelasi Spearman Persepsi Self Assessment System dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 66

Tabel 5.20 Uji Korelasi Spearman Persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 67

Tabel 5.21 Uji Korelasi Spearman Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 68


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Penelitian ... 24 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta ... 50


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 83

LAMPIRAN 2 Kuesioner ... 84

LAMPIRAN 3 Tabulasi ... 93

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 103

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Korelasi ... 109

LAMPIRAN 6 Hasil Pengolahan Data Responden ... 110

LAMPIRAN 7 Hasil Pengolahan Variabel ... 112


(18)

xv ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

Happy Kurniasari NIM : 122114071 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hal ini dapat dilihat pada jumlah Wajib Pajak terdaftar Wajib SPT tahun 2015 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014. Masalah kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Convenience Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.


(19)

xvi ABSTRACK

RELATIONSHIP OF PERCEPTION OF

THE SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERCEPTIONS OF SOCIALIZATION TAXATION, LEVEL OF EDUCATION

PERCEPTION WITH THE PERCEPTION INDIVIDUAL TAXPAYER COMPLIANCE

A Case Study at the Office of Pratama Tax Services, Surakarta

Happy Kurniasari Student Number : 122114071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Registered taxpayers continue to experience increased from year to year, but the increase of the number of registered taxpayers was not offset by taxpayer compliance in paying taxes. This can be seen in the number of registered taxpayers obligated to SPT 2015 which experience a decrease when compared to the year 2014. The compliance problems become obstacles in maximizing tax revenues. This research aims to know the relationship of perception of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance in the Office of Pratama Tax Services Surakarta.

This type of research is a case study. Sampling technique is Convenience Sampling. The data collection was done by distributing the questionnaire to the private Taxpayer KPP Pratama Surakarta. Data analysis technique is Spearman Rank correlations.

Spearman Rank correlation showed that there was a positive relationship perceptions of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance at the Office of Pratama Tax Services Surakarta.


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional salah satunya adalah pajak. Penerimaan pajak secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pajak merupakan aspek penting bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai perkembangan masyarakat dan negara, baik dalam bidang kenegaraan maupun dalam bidang sosial dan ekonomi. Pemungutan pajak merupakan suatu bentuk kewajiban warga negara selaku Wajib Pajak serta peran aktif untuk membiayai berbagai keperluan negara yaitu berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

Perubahan sistem pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System, merupakan salah satu sistem pemerintah yang melibatkan masyarakat atau Wajib Pajak untuk meningkatkan kemandirian dan kejujuran dalam menghitung dan menetapkan pajak. Self Assessment System yang dianut undang-undang perpajakan Indonesia memberikan kepercayaan penuh terhadap Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban


(21)

perpajakannya, atau dengan kata lain bahwa Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Pelaksanaan Self Assessment System dalam Wajib Pajak tidak terlaksana sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak, terlihat dari tingkat penyampaian SPT Tahunan. Berdasarkan data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Tabel 1.1

Statistik Kepatuhan Wajib Pajak

2012 2013 2014 2015 WP Terdaftar 80.545 85.085 93.861 100.079 WP Terdaftar Wajib SPT 64.023 63.705 63.400 59.955 Realisasi SPT Tahunan 36.909 41.245 42.860 42.756 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat realisasi SPT Tahunan pajak di KPP Pratama Surakarta mengalami penurunan dari tahun ke tahun sebesar 42.756 pada tahun 2015. Hal tersebut menyatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT tahunan masih rendah dan jauh dari target yang diinginkan.

Beberapa hal yang memicu rendahnya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak di KPP Pratama Surakarta salah satunya adalah sosialisasi perpajakan. Kurangnya sosialisasi perpajakan dapat berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam


(22)

melaporkan SPT. Selain kurangnya sosialisasi perpajakan, hal lain yang dapat memicu rendahnya tingkat penyampaian SPT Tahunan adalah tingkat pendidikan. Wajib Pajak yang berpendidikan tinggi diharapkan bisa lebih mengerti dan lebih paham tentang pentingnya kesadaran dalam membayar pajak sebagai salah satu kewajiban dibandingkan dengan Wajib Pajak yang berpendidikan rendah. Apabila tingkat pendidikan Wajib Pajak tinggi maka sudah sewajarnya tingkat kepatuhan untuk melaporkan SPT Tahunan juga tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan persepsi Self Assessment System dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

2. Bagaimana hubungan persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

3. Bagaimana hubungan persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(23)

2. Untuk mengetahui hubungan persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

3. Untuk mengetahui hubungan persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pihak-pihak yang terkait dalam hal penyelesaian penelitian dan penulisan ini yaitu antara lain :

1. Penulis

Penelitian diharapkan mampu memberikan jawaban atas banyaknya pertanyaan terkait dengan penulisan skripsi juga sebagai media untuk menambah wawasan dalam bidang perpajakan yang diminati penulis. 2. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin lebih menggali bidang perpajakan, juga sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan, selain itu juga dapat menjadi referensi yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian sejenis pada waktu yang akan datang.

3. Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menyumbangkan pemikiran dan sarana-sarana terhadap kualitas pelayanan yang telah dilakukan sehingga menimbulkan kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar Pajak Penghasilan.


(24)

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori pendukung, dan perumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik analisis data dan uji hipotesis.

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai sejarah, visi dan misi, serta struktur organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasannya.

Bab IV Penutup

Bab ini berisi tentang simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.


(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.“

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang berlangsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Berdasarkan pengertian pajak di atas terdapat beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan, yaitu :

a. Berdasarkan Undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

b. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditujuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanya negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).


(26)

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

The Four R adalah istilah populer yang mengacu pada fungsi pajak yang dipungut oleh negara, yaitu (Purwono, 2010: 8-10):

a. Penerimaan (Revenue)

Fungsi penerimaan atau dikenal pula dengan istilah Fungsi Anggaran (Budgetir) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak. Partisipasi dominan pajak sebagai penyokong pembiayaan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja rutin pemerintah, belanja pembangunan, belanja untuk keperluan legislasi dan yudikasi, serta pembiayaan lainnya.

b. Pemerataan (Redistribution)

Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara.

c. Pengaturan Harga (Repricing)

Fungsi ini sama pengertiannya dengan Fungsi Regulerent (mengatur) yang lebih sering digunakan dalam literatur perpajakan. Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan tertentu dibidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.


(27)

d. Legalitas Pemerintah (Representation)

Slogan revolusioner di Inggris yang menyerukan “no taxation without representation”, mengimplikasikan bahwa pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak oleh penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat melalui perwakilannya diparlemen).

3. Syarat Pemungutan

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Purwono, 2010: 14) :

a. Syarat Keadilan

Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi pelaksanaannya.

b. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang yang ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya. c. Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menghambat ekonomi rakyat, artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.


(28)

d. Syarat Finansial

Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.

e. Syarat Sederhana

Sistem pemungutan pajak harus di rancang sesederhana mungkin untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak. 4. Sistem Pemungutan Pajak

a) Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.

b) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan atau menghitung sendiri beban pajak terutang.

c) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(29)

B. Wajib Pajak

1. Pengertian Wajib Pajak

UU No. 16 tahun 2000 pasal 1 ayat 1 tentang KUP disebutkan bahwa “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan”.

2. Wajib Pajak Patuh

Menurut Abimanyu, yang dikutip oleh Gardina (2006) Wajib Pajak patuh berarti Wajib Pajak tersebut telah sadar yaitu memahami akan hak dan kewajiban pajaknya serta melaksanakan hak dan kewajiban perpajakkan dengan benar.

3. Hak dan Kewajiban Wajib pajak A. Kewajiban Wajib Pajak

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan

memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. f. Jika diperiksa wajib:


(30)

1) Memperlihatkan dan meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

B. Hak-hak Wajib Pajak

a. Mengajukan surat keterangan keberatan dan surat banding. b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaiaan SPT. e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran

pembayaran pajak.

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak.


(31)

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah. i. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan

kewajiban pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. k. Mengajukan keberatan dan banding.

C. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak (Casavera, 2009: 78).

2. Subjek Pajak Penghasilan

a. Orang Pribadi dan Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

b. Badan terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya.


(32)

3. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia ataupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

D. Self Assessment System

Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Selanjutnya dalam mengefektifkan pemungutan pajak secara maksimal dibutuhkan sistem yang tepat, dimana dalam sistem ini diharapkan jumlah penerimaan pajak meningkat.

Menurut Dania (2009: 1)“Self Assesmentt System adalah sistem pemungutan pajak memberikan wewenang, kepercayaan, tangguang jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.

Sistem pemungutan ini baru dikenalkan pada saat terjadinya reformasi perpajakan yaitu sejak tanggal 1 Januari 1984 sebagai pengganti sistem official assesment yang berlaku sebelumnya (Purwono, 2010: 12).

Dianutnya Self Assessment System diharapkan membawa misi dan konsekuensi adanya perubahan sikap kesadaran warga masyarakat untuk membayar pajak secara suka rela, karena dari sisi administrasi dan


(33)

pengawasan maka semakin besar tingkat kepatuhan sukarela (valuntari compiance) semakin kecil pula kebutuhan untuk mengawasinya.

Tata cara pemungutakan pajak dengan Self Assessment System akan berhasil dengan baik apabila masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri Self Assessment System adalah kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaanya, lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.

Menurut Rimsky K. Judisseno selanjutnya dikutip oleh Rahayu (2010: 102), menjelaskan bahwa:

Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib Pajak). Ciri-ciri Self Assessment System menurut Mardiasmo (2011: 7) :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri;

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang;


(34)

E. Sosialisasi Perpajakan

1. Pengertian Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan Sosialisasi Perpajakan diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No: Per-03/PJ/2013 tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan. Istilah Sosialisasi tidak digunakan dalam peraturan tersebut, istilah yang digunakan adalah istilah yang mempunyai arti sama yaitu penyuluhan. Dalam peraturan tersebut disebutkan mengenai pengertian Penyuluhan Perpajakan yaitu “Penyuluhan Perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia, dan lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan” [Pasal 1 ayat (1)].

Beberapa ahli juga menyebutkan pengertian sosialisasi yaitu:

Menurut Mustafa (2005: 10), sosialisasi adalah satu konsep umum dimaknakan sebagai proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Menurut Basalamah (2004: 196), sosisalisasi adalah suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi efektif.


(35)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk memberikan informasi, pemahaman dan pembinaan kepada masyarakat pada umunya dan Wajib Pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Indikator Sosialisai Perpajakan

Indikator sosialisasi oleh Dirjen Pajak adalah kegiatan sadar dan peduli pajak serta memodifikasi program pengembangan pelayanan perpajakan yaitu:

1. Penyuluhan

Bentuk sosisalisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pajak melalui berbagai media, baik media elektronik maupun media massa lainnya bahkan terkadang sampai mengadakan penyuluhan secara langsung ke tempat (daerah) tertentu yang dianggap potensial pajaknya tinggi dan membutuhkan informasi yang lengkap dan terjamin kebenarannya.

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat

Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak yang lebih menekankan pada komunikasi dua arah baik dari segi petugas pajak maupun masyarakat khususnya Wajib Pajak yang dianggap memiliki pengaruh atau dipandang oleh masyarakat


(36)

sekitarnya sehingga diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak

Bentuk penyampaian informasi yang diperoleh secara langsung oleh Wajib Pajak dari petugas yang bersangkutan (fiskus) mengenai perpajakan.

4. Pemasangan billboard

Pemasangan billboard dan atau spanduk dipinggir jalan atau di tempat-tempat lainnya yang strategis dan mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi pesan singkat, bisa berupa pertanyaan, kutipan perkataan maupun slogan yang mudah dimengerti dan menarik sehingga mampu menyampaikan tujuannya dengan baik.

5. Website Dirjen Pajak

Media sosialisasi (dalam menyampaikan informasi) yang dapat diakses internet setiap saat dengan cepat dan mudah serta informasi yang diberikanpun sangat lengkap, akurat, terjamin kebenarannya dan up to date.

F. Tingkat Pendidikan

Pendidikan Wajib Pajak merupakan dasar pengetahuan Wajib Pajak dalam merespon segala informasi tentang hakekat dan makna pembayaran pajak bagi kepentingan pembangunan nasional. Pada dasarnya pendidikan adalah perbuatan mendidik, sedangkan mendidik itu


(37)

sendiri berarti membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dengan sengaja agar menjadi seseorang yang dewasa, bertingkah laku baik dan berbudi pekerti yang luhur sehingga timbul kesadarannya guna berbakti kepada orang tua, bangsa dan tanah air (Riyono, 2011). Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang, boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu dipengaruhi oleh orang lain, karena pada hakekatnya kelakuan manusia hampir semua bersifat sosial.

Menurut Rustiyaningsih, 2011 dalam Ernawati, 2014

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan dimungkinkan seseorang itu akan lebih bertanggung jawab, lebih mengerti, lebih banyak menyerap pengetahuan, keterampilan, kecakapan, pengalaman, serta lebih sadar akan hak dan kewajibannya baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat. Pendidikan juga dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat, makin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka makin besar harapan untuk mencapai tujuan tersebut (Johanes, 2011 dalam Ernawati, 2014).

Apabila dikaitkan dengan pembayaran pajak maka sudah sewajarnyalah jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, kesadaran untuk membayar pajak tersebut juga akan lebih baik dibandingkan mereka yang


(38)

berpendidikan lebih rendah. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi tentunya lebih mengerti dan lebih paham tentang pentingnya membayar pajak sebagai salah satu kewajiban sebagai warga negara (Johanes, 2011 dalam Ernawati, 2014).

G. Kepatuhan Wajib Pajak 1. Pengertian Kepatuhan Pajak

Menurut Kamus Umum bahasa Indonesia (2008: 1013), istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan.

Menurut Gunardi (2005: 4) pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah “bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan - aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi”.

2. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2000 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan 74/PMK.03/2012


(39)

tentang penentuan Wajib Pajak patuh, kriteria Wajib Pajak Patuh adalah :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, meliputi:

1) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga) tahun terkahir.

2) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

3) Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November telah disampaikan.

4) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Tidak mempunyai tunggakan pajak yang dimaksud adalah keadaan Wajib Pajak pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak Patuh.


(40)

b. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

f. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai ukuran hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Dengan demikian Wajib Pajak yang tidak dapat memenuhi kriteria tersebut dapat digolongkan menjadi Wajib Pajak tidak patuh (Handayani, 2009 dalam Miladia, 2010).

H. Persepsi

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 1061) persepsi adalah : 1. Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.

2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Menurut Slameto (2010: 109) menyatakn bahwa :

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otam manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut sensoris stimulus merupakan salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan factor-faktor yang


(41)

berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa factor menurut Walgito (2010: 101) yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan responden diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.


(42)

I. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang Self Assessment System telah dilakukan oleh peneliti. Sumpena (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan Self Assessment System dan Pengetahuan Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak survey di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial Self Assessment System dan pengetahuan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Diani, Astuti, dan Heru (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh sosialisasi, motivasi, dan pemahaman Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial sosialisasi terhadap kepatuhan Wajib Pajak sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, khususnya pada PKP di KPP Pratama Malang Utara.

Ernawati (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.


(43)

J. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Desain Penelitian = memiliki hubungan

Persepsi Self Assessment System

Persepsi Sosialisasi Perpajakan

Persepsi Tingkat Pendidikan

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak


(44)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini studi kasus yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara menarik sampel dari unit sampel tertentu yang berhubungan dan dipelajari secara lebih mendalam (Wiyono, 2011: 135). Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang terletak di Jalan Kyai H. Agus Salim No1, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016.


(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Penetapan Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Nanang, 2010: 75). Populasi dalam penelitian ini adalah 100.079 Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang miliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti dan dianggap bias mewakili keseluruhan populasi (Nanang, 2010: 75). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.


(46)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Menurut Siregar (2010: 148) convenience sampling yaitu merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat saja. Peneliti akan mengambil sebanyak 100 responden sebagai sampel percobaan. Hasil tersebut didapatkan oleh peneliti dengan menggunakan rumus Slovin.

Keterangan :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance) = 10%

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data secara langsung pada subyek sebagai sumber informasi untuk data yang dicari (Wiyono, 2011: 131). Kuesioner diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi aktif yang terdaftar


(47)

di KPP Pratama Surakarta. Kuisioner terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua berisi pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian. Kuisioner yang dibagikan berisi identitas responden dan pertanyaan yang bersifat tertutup.

2. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif (Wiyono, 2011: 133). Selain itu ada data yang diperoleh melalui data dokumen, kepustakaan dan sumber tertulis lainnya berupa literatur dan peraturan yang memiliki hubungan dengan pokok bahasan yang diteliti.

G. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen

Variabel Bebas (Independent variable) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu (Nanang, 2014: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut persepsi Self Assessment System (X1),

persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2), dan persepsi Tingkat Pendidikan

(X3) yang dinyatakan dalam skor total hasil pengukuran pernyataan

responden mengenai ketiga variabel bebas tersebut yang akan dilaksanakan di ruang lingkup KPP Pratama Surakarta.


(48)

a. Persepsi Self Assessment System (X1)

Menurut Dania (2009: 1)“Self Assesmnet System adalah sistem pemungutan pajak memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”. Indikator dari Self Assessment System meliputi:

1. Mendaftar sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamat Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak.

2. Menghitung sendiri oleh Wajib Pajak

Wajib Pajak menghitung sendiri pajak terutangnya. Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak.

3. Menyetor atau membayar pajak sendiri oleh Wajib Pajak Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran sendiri dengan mudah yang telah disediakan oleh pemerintah melalui bank


(49)

swasta maupun bank pemerintah dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

4. Melapor sendiri oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak dalam melporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak sebenarnya yang terutang. Surat Pemberitahuan berfungsi untuk pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilkukan oleh pihak ketiga.

b. Persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2)

Menurut Mustafa (2005: 10), sosialisasi adalah satu konsep umum diartikan sebagai proses untuk belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Indikator sosialisasi oleh Direktorat Jendral Pajak adalah kegiatan sadar dan peduli pajak serta memodifikasi program pengembangan pelayanan perpajakan yaitu:

1. Penyuluhan

Bentuk sosisalisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pajak melalui berbagai media, baik media elektronik maupun media massa lainnya bahkan terkadang sampai mengadakan


(50)

penyuluhan secara langsung ke tempat (daerah) tertentu yang dianggap potensial pajaknya tinggi dan membutuhkan informasi yang lengkap dan terjamin kebenarannya.

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat

Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak yang lebih menekankan pada komunikasi dua arah baik dari segi petugas pajak maupun masyarakat khususnya Wajib Pajak yang dianggap memiliki pengaruh atau dipandang oleh masyarakat sekitarnya sehingga diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak

Bentuk penyampaian informasi yang diperoleh secara langsung oleh Wajib Pajak dari petugas yang bersangkutan (fiskus) mengenai perpajakan.

4. Pemasangan billboard

Pemasangan billboard dan atau spanduk dipinggir jalan atau di tempat-tempat lainnya yang strategis dan mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi pesan singkat, bisa berupa pertanyaan, kutipan perkataan maupun slogan yang mudah dimengerti dan menarik sehingga mampu menyampaikan tujuannya dengan baik.


(51)

5. Website Dirjen Pajak

Media sosialisasi (dalam menyampaikan informasi) yang dapat diakses internet setiap saat dengan cepat dan mudah serta informasi yang diberikanpun sangat lengkap, akurat, terjamin kebenarannya dan up to date.

c. Persepsi Tingkat Pendidikan (X3)

Menurut Rustiyaningsih, 2011 dalam Ernawati, 2014 Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur variabel tingkat pendidikan adalah:

1. Pemahaman Wajib Pajak.

Wajib Pajak memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Kemampuan dalam mengisi SPT.

Kemampuan dalam pengisian SPT oleh Wajib Pajak dapat menentukan seberapa paham dan mengerti Wajib Pajak akan pengetahuan dan menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara terlebih dalam kejujuran perhitungan pajak.


(52)

3. Pemahaman pengertian penyelundupan pajak.

Pemahaman mengenai penyelundupan di maksudkan untuk mengetahui seberapa paham Wajib Pajak tentang peraturan dan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

4. Minimnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki pendidikan rendah berpeluang enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

5. Tingginya tingkat pendidikan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dianggap sudah mengerti akan tanggungjawab, hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik terutama dalam tanggungjawaban sebagai Wajib Pajak.

2. Variabel Dependen

Variabel Terikat (dependent variable), yaitu variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Nanang, 2014: 61). Variabel dalam penelitian ini yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y). Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai berikut:


(53)

1. Tepat Waktu Penyampaian SPT

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak harus sesuai dengan ketentuan dan tata cara perpajakan yaitu menyampaikan SPT dengan tepat waktu.

2. Kebenaran Perhitungan Pajak

Wajib Pajak yang memahami dan mengerti akan tanggungjawab sebagai Wajib Pajak akan melakukan perhitungan dengan jujur dan tanpa kecurangan.

3. Tepat Waktu Membayar Pajak

Wajib Pajak membayar sendiri pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan dan tata cara perpajakan.

4. Tidak Memiliki Tunggakan Pajak

Wajib Pajak dikatakan patuh apabila tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

5. Tidak Melanggar Peraturan Perpajakan

Wajib Pajak dapat dinyatakan patuh jika tidak melanggar peraturan yang telah berlaku dan mentaati setiap peraturan yang telah dibuat.


(54)

6. Hasil Audit Laporan Keuangan

Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dengan menggunakan skala Likert yaitu metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ke tidak setujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu (Indiriantoro dan Supomo, 1999: 104). Adapun nilai kuantitatif yang dikomposisikan digunakan dengan menggunakan skala Likert. Responden diminta menyatakan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan. Variabel persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak menggunakan pengukuran dengan memberikan skala pada masing-masing poin jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Likert

Keterangan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Hasil presentase dari variabel X dan Y dapat menunjukkan tinggi atau tidaknya Self Assessment System, sosialisasi perpajakan, tingkat pendidikan dan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi menurut responden.


(55)

Untuk dapat menilai hasil persentase variabel tersebut, maka diperlukan batas-batas skor untuk masing-masing kategori.

Menurut Anzwar (2009: 109) perhitungan dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

Kategori tinggi : X ≥ Mi + Sdi

Kategori sedang : Mi –Sdi ≤ X ˂ Mi + Sdi Kategori rendah : X ˂ Mi – Sdi

Keterangan:

X = Skor Total Variabel Mi = Mean Ideal

Sdi = Standar Deviasi Ideal

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2007: 146). Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kuesioner untuk variabel persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan, dan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(56)

Tabel 3.2

Kisi-kisi/Matrik Instrumen Penelitian Variabel

Penelitian

Indikator No. Butir Instrumen Self

Assssment System

1. Mendaftar Sendiri ke KPP 1,2 2. Menghitung Sendiri oleh WP 3,4 3. Menyetor Sendiri oleh WP 5,6 4. Melapor Sendiri oleh WP 7,8

Sosialisasi Perpajakan

1. Penyuluhan 1,2

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan

tokoh masyarakat 3

3. Informasi Langsung dari petugas

ke Wajib Pajak 4

4. Pemasangan billboard 5

5. Website Dirjen Pajak 6

Tingkat Pendidikan

1. Pemahaman Wajib Pajak 1 2. Kemampuan dalam mengisi SPT 2 3. Pemahaman pengertian

penyelundupan pajak 3

4. Minimnya tingkat pengetahuan

Wajib Pajak 4

5. Tingginya tingkat pendidikan

Wajib Pajak 5

Kepatuhan Wajib Pajak

1. Tepat Waktu Penyampaian SPT 1 2. Kebenaran Perhitungan Pajak 2 3. Tepat Waktu Membayar Pajak 3 4. Tidak Memiliki Tunggakan Pajak 4 5. Tidak Melanggar Peraturan

Perpajakan 5

6. Hasil Audit Laporan Keuangan 6 Sumber : Data diolah

I. Teknik Pengolahan Data

Terdapat tiga langkah dalam pengolahan data penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan oleh Siregar (2010: 206) sebagai berikut:


(57)

a. Editing

Editing adalah proses pengecekan atau pemeriksaan data yang telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.

b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode terutama pada tiap-tiap data yang termasuk kategori yang sama. Coding yang dilakukan adalah pemberian nilai (score) pada setiap jawaban yang terhimpun

Tabel 3.3 Nilai (score) Jawaban

Keterangan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

c. Tabulating

Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.

J. Teknik Pengujian Instrumen 1) Uji Validitas

Uji validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012: 46). Pengujian Validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item – item


(58)

pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap item pertanyaan dengan nilai total setiap variabel dilakukan dengan teknik korelasi yaitu Person Product moment dengan taraf signifikansi 5%. Menurut Siregar (2013: 47) mengatakan bahwa suatu instrument dikatakan valid apabila:

a. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 (Soegiyono, 1999).

b. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n-2), n= jumlah sampel

c. Nilai Sig. ≤ α . 2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan Cronbach Alpha. Metode Cronbach Alpha digunakan untuk menghitung reabilitas suatu test yang tidak mempunyai pilihan „benar‟ atau „salah‟ maupun „ya‟ atau „tidak‟, melainkan digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku (Siregar, 2013). Skala pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas jika angka Cronbach Alpha positif dan ≥ 0,6 (Sarwono, 2007: 86).


(59)

Tabel 3.4

Batasan Skor Reliabilitas Alpha Cronbach

Skor Reliabilitas

<0,50 Rendah

0,50 – 0,60 Cukup

0,70 – 0,80 Tinggi Sumber : Jogiyanto (2008: 52)

K. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Karakteristik Responden

Analisis deskriptif responden digunakan untuk memisahkan atau mengelompokkan responden agar diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan pendapatan per bulan.

2. Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan banyaknya variasi untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 3. Uji Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman)

Teknik analisis data yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan masalah adalah analisis asosiatif. Menurut Siregar (2010: 213) “analisis asosiatif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji ada tidaknya hubungan keberadaan variabel dari dua kelompok data atau lebih.” Selain itu dikarenakan penelitian ini


(60)

menggunakan tingkat pengukuran data ordinal, maka menurut Somantri dan Ali (2006: 217) uji statistik pada analisis asosiatif yang tepat untuk penelitian ini adalah Spearman Rank Correlation.

Spearman Rank Correlation adalah suatu perhitungan yang digunakan untuk menunjukkan ada hubungan antar variabel, dan untuk melihat derajat keeratan kedua variabel yang dicari hubungannya. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ± 1 (artinya paling tinggi ± 1 dan paling rendah 0). Peneliti menggunakan alat bantu SPSS untuk melakukan uji korelasi peringkat Spearman Rank Correlation tersebut.

Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan liniear dan arah hubungan dua variabel. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi. Sebaliknya, jika koefisien negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah (dan sebaliknya).

Tabel 3.5

Sifat Hubungan Korelasi Berdasarkan Nilai r Interval r Sifat Hubungan

0,000 – 0,199 Sangat lemah 0,200 – 0,399 Lemah 0,400 – 0,599 Cukup kuat

0,600 – 0,799 Mendekati sempurna 0,800 – 1,000 Sempurna


(61)

42 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta

1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayana Pajak (KPP) Pratama Surakarta KPP Pratama Surakarta sudah ada sejak lama dengan berbagai nama dan istilah. Sebelumnya tahun 1966, KPP Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Yogyakarta. Tahun 1966 karena semakin banyak jumlah Wajib Pajak dan jumlah penerimaan pajak, KDL Tk. I Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantara KDL Tk. I Klaten dan pada akhir tahun 1966 KIK Surakarta berganti istilah menjadi KIK Surakarta A.

Tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja DJP, KPP Surakarta dipecah menjadi:

a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Surakarta.

b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah meliputi Kota Administrasi Klaten, Kota Boyolali, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri.


(62)

c. Unit Pemeriksa dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta Tipe B, dengan wilayah kerja se-eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi Pajak Surakarta).

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Oraganisasi dan Tata Kerja Direktorat Jendral Pajak (DJP), wilayah kerja KPP Surakarta meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karangayar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten serta Kantor Pelayanan Pajak (Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di Sragen.

Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 yang ditandai dengan terbentuknya Kanwil dan KPPWP Besar. Pmebentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (Kanwil DJP).

Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan DJP, KPP Surakarta telah berubah menjadi KPP Pratama Suurakarta. KPP Pratama Surakarta dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kanwil DJP Jawa


(63)

Tengah I, Kanwil DJP Jawa Tengah II, Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. KPP Pratama Surakarta mulai beroperasi tanggal 30 Oktober 2007 dan sampai saat in wilayah KPP Pratama Surakarta sudah meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, dan Banjarsari.

Pembentukan KPP Pratama diseluruh Indonesia berlangsung dalam periode tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi dan komunikasi, sarana dan prasarana, serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam sturktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya Account Represntative untuk pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang di awasi oleh Komite Kode Etik Pegawai, dan system penggajian yang lebih baik.

KPP Pratama merupakan penggabungan 3 (tiga) jenis unit kantor yang berbeda, yakni Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan masing-masing seksi ke dalam seksi-seksi yang baru sebagai berikut:

a. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

Berdasarkan wilayah di Kota Surakarta, maka seksi waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 (empat), dengan pembagian wilayah sebagai berikut Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan, Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres, Waskon III untuk


(64)

wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon, dan Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan e. Seksi Pemerikasaan

f. Seksi Penagihan g. Sub Bagian Umum

2. Lokasi KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim No.1 Surakarta 57417, Telepon (0271) 717522/718400/720821, Faksimili (0271) 728436, Homepage DJP : www.pajak.go.id.

3. Fasilitas KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta dilengkapi dengan:

a. Aula yang terletak berdektan dengan taman berseri KPP Pratama Surakarta.

b. Poli klinik yang dibuka setiap hari Senin dan Kamis, yang dilayani oleh 1 (satu) orang dokter.

c. Lapangan tenis outdoor dihalaman belakang kantor.

d. Ruangan rapat khusus yang digunkana untuk pertemuan-pertemuan khusus.


(65)

f. Mushola yang terletak dibelakang kantor sebagai sarana tempat beribadah bagi pegawai yang beragama Islam.

4. Peran KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta, berperan untuk mengamankan dan meningkatkan penerimaan Negara dari pajak serta non pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri guna membiayai tugas pemerintah dan pembangunan. Selain itu, KPP Pratama juga berperan ikut serta dalam pembangunan dunia usaha dan industri dalam negeri dengan jalan memberikan fasilitas kebijakan fiskal.

5. Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta a. Tugas Pokok KPP Pratama Surakarta

Tugas pokok dari KPP Pratama Surakarta yaitu melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap WP dalam bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi KPP Pratama Surakarta

Beberapa fungsi yang dijalankan oleh KPP Pratama Surakarta diantaranya sebagai berikut:


(66)

1. Melakukan pengumpulan dan pengelolaan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Melakukan penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa, serta berkas Wajib Pajak. 3. Melakukan pengawasan pembayaran masa PPh, PPN dan PPnBM

dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

4. Melakukan penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi PPh, PPN dan PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

5. Melakukan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak.

7. Melakukan pembetulan Surat Ketetapan Pajak. 8. Menghitung pengurangan sanksi pajak.

9. Melakukan penyuluhan dan konsultasi perpajaka serta Pelaksanaan administrasi KPP Pratama Surakarta.

c. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta 1) Visi

KPP Pratama Surakarta selalu mengacu pada visi DJP dalam menjalankan tugas-tugasnya yaitu “ Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern


(67)

yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.

2) Misi

Misi KPP Pratama Surakarta yaitu “ Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

3) Nilai

a) Integritas

“Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan adil”.

b) Profesionalisme

“Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika, dan sosial”.

c) Inovasi

“Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku”.


(68)

d) Teamwork

“Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang atau pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan”.

6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi digunakan untuk menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu juga digunakan untuk menunjukan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.


(69)

50 Sumber : Sub Bagian Umum

Gambar 4.1

Struktur Organisasi di KPP Pratama Surakarta

Kepala Sub Bag Umum

Pelaksana Kepala Seksi Waskon I Kepala Seksi Ekstensifikasi Kepala Seksi PDI Kepala Seksi Pelayanan

Pelaksana Pelaksana Pelaksana AR

Kepala Seksi Waskon I Kepala Seksi Waskon I Kepala Seksi Pemeriksaan Kepala Seksi Penagihan Kepala Seksi Waskon I Pelaksana Pelaksana

AR AR AR Juru Sita

Pelaksana Pelaksana

Pelaksana Pelaksana


(1)

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Korelasi

PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM DENGAN PERSEPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Correlations Persepsi Self Assessment System Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Spearman's rho Persepsi Self Assessment System Correlation

Coefficient 1.000 .427

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 100 100

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak

Correlation

Coefficient .427

**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN DENGAN PERSEPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Correlations Persepsi Sosialisasi Perpajakan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Spearman's rho Persepsi Sosialisasi Perpajakan

Correlation Coefficient 1.000 .331**

Sig. (2-tailed) . .001

N 100 100

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak

Correlation Coefficient .331** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Correlations Persepsi Tingkat Pendidikan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Spearman's rho Persepsi Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient 1.000 .591**

Sig. (2-tailed) . .000

N 100 100

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak

Correlation Coefficient .591** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 100 100


(2)

LAMPITRAN 6 Hasil Pengolahan Data Responden

Frequencies

Statistics

Jenis_Kelamin

Usia

Pendidikan

terakhir

Pekerjaan

Penghasilan

Per bulan

N

Valid

100

100

100

100

100

Missing

0

0

0

0

0

Frequency Table

Jenis_Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Pria

41

41.0

41.0

41.0

Wanita

59

59.0

59.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Usia

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

antara 20-30

tahun

46

46.0

46.0

46.0

antara 31-40

tahun

38

38.0

38.0

84.0

antara 41-50

tahun

16

16.0

16.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Pendidikan_terakhir

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

D1 - D3

50

50.0

50.0

50.0

Pasca Sarjana

10

10.0

10.0

60.0

S1

33

33.0

33.0

93.0

SMA

7

7.0

7.0

100.0


(3)

Pekerjaan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Dan

lain-lain

35

35.0

35.0

35.0

Jasa

47

47.0

47.0

82.0

Pedagang

10

10.0

10.0

92.0

PNS

8

8.0

8.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Penghasilan_Perbulan

Frequency

Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

< Rp 2.000.000

29

29.0

29.0

29.0

> Rp. 10.000.000

4

4.0

4.0

33.0

Rp. 2.000.000 - Rp.

5.000.000

52

52.0

52.0

85.0

Rp. 6.000.000 - Rp.

10.000.000

15

15.0

15.0

100.0


(4)

LAMPIRAN 7 Hasil Pengolahan Variabel

Persepsi Self Assessment System

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

21 1 1.0 1.0 1.0

23 1 1.0 1.0 2.0

25 3 3.0 3.0 5.0

26 1 1.0 1.0 6.0

27 4 4.0 4.0 10.0

29 8 8.0 8.0 18.0

30 10 10.0 10.0 28.0

31 12 12.0 12.0 40.0

32 11 11.0 11.0 51.0

33 14 14.0 14.0 65.0

34 11 11.0 11.0 76.0

35 6 6.0 6.0 82.0

36 7 7.0 7.0 89.0

37 2 2.0 2.0 91.0

38 3 3.0 3.0 94.0

39 5 5.0 5.0 99.0

40 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Persepsi Sosialisasi Perpajakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

16 1 1.0 1.0 1.0

17 1 1.0 1.0 2.0

18 1 1.0 1.0 3.0

19 5 5.0 5.0 8.0

20 3 3.0 3.0 11.0

21 5 5.0 5.0 16.0

22 7 7.0 7.0 23.0

23 10 10.0 10.0 33.0

24 18 18.0 18.0 51.0

25 17 17.0 17.0 68.0

26 12 12.0 12.0 80.0

27 7 7.0 7.0 87.0

28 7 7.0 7.0 94.0

29 5 5.0 5.0 99.0

30 1 1.0 1.0 100.0


(5)

Persepsi Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

14 1 1.0 1.0 1.0

15 1 1.0 1.0 2.0

17 5 5.0 5.0 7.0

18 9 9.0 9.0 16.0

19 12 12.0 12.0 28.0

20 19 19.0 19.0 47.0

21 15 15.0 15.0 62.0

22 14 14.0 14.0 76.0

23 12 12.0 12.0 88.0

24 8 8.0 8.0 96.0

25 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

21 1 1.0 1.0 1.0

22 5 5.0 5.0 6.0

23 10 10.0 10.0 16.0

24 25 25.0 25.0 41.0

25 19 19.0 19.0 60.0

26 10 10.0 10.0 70.0

27 9 9.0 9.0 79.0

28 6 6.0 6.0 85.0

29 6 6.0 6.0 91.0

30 9 9.0 9.0 100.0


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi

4 112 92

Analisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan

1 11 132

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPA

2 7 15

PENDAHULUAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

0 4 18

LANDASAN TEORI PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

1 14 22

Analisis hubungan persepsi pengetahuan perpajakan, persepsi kualitas pelayanan dan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi motivasi wajib pajak dalam membayar pajak. Studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo.

0 2 159

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.

1 3 2

Hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung).

10 41 135

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Yogyakarta.

10 69 135

Hubungan persepsi pengetahuan wajib pajak, persepsi kemudahan pengisian SPT, persepsi kesadaran wajib pajak, persepsi kegunaan e-filing dengan persepsi kepatuhan penyampaian SPT tahunan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 5 168