Hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung).

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI PELAYANAN, PERSEPSI KONSULTASI, DAN PERSEPSI PENGAWASAN ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung Nuryani

NIM: 122114125 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi pelayanan Account Representative (AR), persepsi konsultasi Account Representative (AR), dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data primer dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada 100 responden menggunakan metode Convenience Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi pelayanan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi cukup kuat dan positif. Hubungan antara persepsi konsultasi Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi juga cukup kuat dan positif. Selain itu, hubungan antara persepsi pengawasan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi kuat dan positif.

Kata kunci: Account Representative (AR), kepatuhan, konsultasi, pelayanan, pengawasan.


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN SERVICE PERCEPTION , CONSULTANCY PERCEPTION, AND SUPERVISORY PERCEPTION OF THE ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) WITH PERCEPTION OF

THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER

A case study at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung Nuryani

Student Number: 122114125 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aims to analyze the correlation among service perception of the Account Representative, consultancy perception of the Account Representative, and supervisory perception of the Account Representative with perception of the compliance of individual taxpayer.

The type of this research is a case study. The primary data was collected by distributing questionnaires to a hundred respondents using Convenience Sampling. The data were analyzed using Descriptive Analyzing with Spearman Rank Correlation analysis.

The results show that the correlation between the service perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is positive and moderate. The correlation between the consultancy perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is also positive and moderate. Moreover, the correlation between the supervisory perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is also positive and strong. Keywords : Account Representative (AR), compliance, consultancy, service, supervisory.


(3)

HUBUNGAN PERSEPSI PELAYANAN,

PERSEPSI KONSULTASI, DAN PERSEPSI PENGAWASAN

ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DENGAN PERSEPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Nuryani NIM: 122114125

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI PELAYANAN,

PERSEPSI KONSULTASI, DAN PERSEPSI PENGAWASAN

ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DENGAN PERSEPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Nuryani NIM: 122114125

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan”.

QS. Al-Insyirah: 5-6

“Sesungguhnya, bukan halangan yang menjadikan kita terhalangi, tapi ketidak-sediaan untuk bertindak

karena kita merasa kemungkinan berhasil kita kecil. Marilah kita lebih bertindak daripada khawatir.

Harapan adalah do’a dalam tindakan.” Mario Teguh

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Ibu, Ayah, Fani Lestari, dan Fawzi Akbar Suryadani yang kasihnya sungguh luar biasa.


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tapa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Nicko Kornelius Putra, S.E., M.Si., Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si., Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., Drs. Aloysius Triwanggono, M. S., Patrick Vivid Adinata, S.E., M.Si., dan Bunga Putri Gemilang, S.E., yang telah memberikan banyak masukan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Retno Kusumastanti selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Temanggung yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, dan segenap pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Temanggung yang telah membantu dalam melakukan penelitian.


(11)

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Terdahulu ... 27

C. Hubungan Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 29

D. Hubungan Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 30

E. Hubungan Persepsi PengawasanAccount Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 30

F. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Variabel Penelitian ... 35

F. Pengukuran Variabel ... 39

G. Jenis dan Sumber Data ... 40


(13)

x

I. Pengujian Instrumen ... 41

J. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA ... 45

A. Sejarah KPP Pratama Temanggung ... 45

B. Wilayah Kerja KPP Pratama Temanggung ... 46

C. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi KPP Pratama Temanggung ... 47

D. Visi dan Misi KPP Pratama Temanggung ... 48

E. Gambaran Umum Struktur Organisasi KPP Pratama Temanggung ... 49

F. Pembagian Tugas Pokok KPP Pratama Temanggung .... 52

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Responden ... 55

B. Deskripsi Variabel ... 61

C. Pengujian Instrumen Penelitian ... 66

D. Analisis Data ... 69

E. Pembahasan ... 73

BAB VI PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan Penelitian ... 81

C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kepatuhan Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi KPP Pratama

Temanggung Tahun 2012-2015 ... 3

Tabel 2. Aspek dan Indikator Variabel ... 37

Tabel 3. Koefisien Korelasi dan Arti Koefisien Korelasi ... 44

Tabel 4. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 62

Tabel 5. Deskripsi Variabel Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) ... 64

Tabel 6. Deskripsi Variabel Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) ... 64

Tabel 7. Deskripsi Variabel Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) ... 65

Tabel 8. Deskripsi Variabel Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 66

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) ... 67

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) ... 67

Tabel 11. Hasil Uji Validitas Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) ... 67

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 68

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas ... 68

Tabel 14. Hasil Analisis Spearman Rank Correlation Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 69

Tabel 15. Hasil Analisis Spearman Rank Correlation Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 71

Tabel 16. Hasil Analisis Spearman Rank Correlation Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 72


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I. Kerangka Konsep ... 32

Gambar II. Struktur Organisasi KPP Pratama Temanggung ... 51

Gambar III. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Gambar IV. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57

Gambar V. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 58

Gambar VI. Karakteristik Berdasarkan Penghasilan ... 59

Gambar VII. Karakteristik Berdasarkan Memiliki Usaha/Pekerjaan Bebas ... 60


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A: Surat Ijin Penelitian ... 87

Lampiran B: Surat Kesediaan Responden dan Kuesioner ... 88

Lampiran C: Karakteristik Responden ... 98

Lampiran D: Rekapitulasi Jawaban Responden ... 101

Lampiran E: Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden ... 107

Lampiran F: Hasil Statistik Deskriptif Variabel ... 109

Lampiran G: Nilai-Nilai r Product Moment ... 112

Lampiran H: Hasil Uji Validitas ... 113


(17)

xiv ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI PELAYANAN, PERSEPSI KONSULTASI, DAN PERSEPSI PENGAWASAN ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung Nuryani

NIM: 122114125 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi pelayanan Account Representative (AR), persepsi konsultasi Account Representative (AR), dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data primer dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada 100 responden menggunakan metode Convenience Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Deskriptif dengan alat statistik Spearman Rank Correlation.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi pelayanan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi cukup kuat dan positif. Hubungan antara persepsi konsultasi Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi juga cukup kuat dan positif. Selain itu, hubungan antara persepsi pengawasan Account Representative (AR) dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi kuat dan positif.

Kata kunci: Account Representative (AR), kepatuhan, konsultasi, pelayanan, pengawasan.


(18)

xv ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN SERVICE PERCEPTION , CONSULTANCY PERCEPTION, AND SUPERVISORY PERCEPTION OF THE ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) WITH PERCEPTION OF

THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER

A case study at Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung Nuryani

Student Number: 122114125 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aims to analyze the correlation among service perception of the Account Representative, consultancy perception of the Account Representative, and supervisory perception of the Account Representative with perception of the compliance of individual taxpayer.

The type of this research is a case study. The primary data was collected by distributing questionnaires to a hundred respondents using Convenience Sampling. The data were analyzed using Descriptive Analyzing with Spearman Rank Correlation analysis.

The results show that the correlation between the service perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is positive and moderate. The correlation between the consultancy perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is also positive and moderate. Moreover, the correlation between the supervisory perception of the Account Representative and the perception of the compliance of individual taxpayer is also positive and strong. Keywords : Account Representative (AR), compliance, consultancy, service, supervisory.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi maupun pembangunan negara. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, sumber pendapatan dari sektor pajak memberikan kontribusi diatas 60% dari total pendapatan negara (www.kemenkeu.go.id). Peranan pajak yang begitu penting membuat pemerintah harus terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. Selain upaya pemerintah dibutuhkan juga partisipasi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik, karena peningkatan pendapatan pajak tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku badan yang mengelola perpajakan Indonesia telah melakukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, yaitu melakukan reformasi perpajakan yang diwujudkan dengan meluncurkan program modernisasi perpajakan. Modernisasai perpajakan dilakukan dengan melakukan perubahan dalam sistem pelayanan, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan penyempurnaan organisasi. Dalam rangka penyempurnaan organisasi untuk memberikan pelayanan prima dan pengawasan intensif kepada Wajib Pajak, maka dibentuk Account


(20)

2 Representative (AR) di setiap Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern.

Account Representative (AR) berperan sebagai penghubung antara Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Account Representative (AR) mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan/himbauan, konsultasi, analisis, dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Account Representative (AR) terdiri dari Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak, serta Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak. Dari keempat fungsi tersebut, fungsi yang berhubungan langsung dengan Wajib Pajak yaitu pelayanan, konsultasi, dan pengawasan.

Pelayanan yang baik oleh Account Representative (AR) diharapkan dapat memberikan kepuasan, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan membangun citra yang baik bagi aparatur pajak sehingga Wajib Pajak tertarik dan dengan suka rela bersedia melaksanakan kewajiban perpajakannya. Konsultasi oleh Account Representative (AR) diharapkan dapat memberikan masukan, motivasi, dan menyamakan persepsi Wajib Pajak agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Pengawasan merupakan bentuk perhatian Account Representative (AR) kepada Wajib Pajak. Pengawasan sangat penting karena Wajib Pajak akan terus dimonitor secara langsung dan dihimbau mengenai kewajiban perpajakannya.


(21)

Penanganan atas berbagai aspek perpajakan akan menjadi lebih cepat dan dapat dimonitor karena fungsi pelayanan, konsultasi, dan pengawasan dilakukan secara langsung oleh Account Representative (AR). Account Representative (AR) diharapkan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan begitu, maka akan tercapai tujuan awal adanya Account Representative (AR) yaitu intensifikasi perpajakan menjadi lebih baik yang ditandai dengan Wajib Pajak yang semakin patuh serta peningkataan pendapatan negara dari sektor pajak.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung merupakan salah satu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang telah mengimplementasikan organisasi modern sehingga terdapat Account Representative (AR) yang melayani Wajib Pajak. Dalam pelaksanaan modernisasi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung diketahui bahwa rasio kepatuhan yang diharapkan belum mencapai target. Hal itu dapat dilihat dari penyampaian SPT sebagai berikut:

Tabel 1. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi KPP Pratama Temanggung Tahun 2012-2015

No Tahun Wajib Pajak Realisasi Penyampaian

SPT

Rasio Kepatuhan

(%) Terdaftar Wajib

SPT

1 2012 63.367 56.826 35.147 61,85 2 2013 68.931 58.971 35.494 60,19 3 2014 79.370 60.918 34.345 56,38 4 2015 89.888 62.085 41.492 66,83

Sumber: Dokumen Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Temanggung 2016

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rasio kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT di Kantor Pelayanan Pajak


(22)

4 (KPP) Pratama Temanggung tiap tahun belum mencapai target (<70%). Selain itu, rasio kepatuhan tiap tahun tidak selalu mengalami peningkatan, akan tetapi masih fluktuatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa upaya yang dilakukan belum membuahkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian secara mendalam di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung dengan judul “Hubungan Persepsi Pelayanan, Persepsi Konsultasi, dan Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hubungan persepsi pelayanan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

2. Bagaimana hubungan persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

3. Bagaimana hubungan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

C. Batasan Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menetapkan batasan penelitian yaitu fungsi Account Representative (AR) yang diteliti hanya meliputi pelayanan, konsultasi, dan pengawasan. Peneliti tidak membahas fungsi


(23)

penggalian potensi Wajib Pajak yang dijalankan oleh Account Representative (AR).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui hubungan persepsi pelayanan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Mengetahui hubungan persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

3. Mengetahui hubungan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak, diantaranya adalah:

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan program terkait fungsi Account Representative (AR). 2. Bagi Universitas Sanata Dharma (khususnya Prodi Akuntansi, Fakultas

Ekonomi)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih dan bahan bacaan bagi pihak yang ingin mendalami perpajakan khususnya tentang Account Representative (AR).


(24)

6 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dibidang perpajakan selain teori yang dipelajari di bangku kuliah.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka konsep.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, pengukuran variabel, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung

Bab ini menguraikan tentang subjek penelitian yaitu sejarah, wilayah kerja, kedudukan, tugas, dan fungsi, visi dan misi, struktur organisasi, serta pembagian tugas pokok di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung.


(25)

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang deskripsi responden, deskripsi variabel, pengujian instrumen penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB VI Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.


(26)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Dasar Perpajakan a. Pengertian

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., (Sari, 2013) “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiyai public investment”.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 atas perubahan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:


(27)

1) Iuran masyarakat kepada negara, artinya bahwa pajak hanya boleh dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

2) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A.

3) Pemungutan pajak dapat dipaksakan, apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan maka dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4) Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum.

5) Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

b. Fungsi Pajak

Menurut Waluyo (2009), sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu:

1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2) Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.


(28)

10 Menurut Sari (2013) selain dua fungsi di atas, pajak juga memiliki fungsi lain yaitu:

1) Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

2) Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak akan digunakan untuk membiayai kepentingan umum sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3) Fungsi Demokrasi

Pajak yang dipungut merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.

c. Sistem pemungutan pajak

Waluyo (2009), sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.


(29)

Ciri-ciri Official Assessment System antara lain:

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada di tangan fiskus.

b) Wajib Pajak bersifat pasif.

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment system

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3) Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2. Wajib Pajak

Menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 atas perubahan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.


(30)

12 Hak-hak Wajib Pajak yang diatur dalam undang-undang perpajakan adalah sebagai berikut:

a. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus. b. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT).

c. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT).

d. Hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak. e. Hak untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak. f. Hak mengajukan keberatan banding.

g. Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak.

h. Hak untuk pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. i. Hak untuk pembebasan Pajak.

j. Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. k. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah.

l. Hak untuk mendapatkan insentif pajak.

Kewajiban Wajib Pajak yang diatur dalam undang-undang perpajakan adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban untuk mendaftarkan diri.

b. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

c. Kewajiban membayar atau menyetor pajak. d. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan. e. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak.


(31)

f. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak. g. Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, Wajib Pajak wajib:

1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

3) Memberikan keterangan yang diperlukan. 3. Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Pengertian SPT

Menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 1 angka 11, “Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan unruk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

b. Fungsi SPT

Menurut Sari (2013), fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk


(32)

14 melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: 1) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dala 1 (satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak

2) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak

3) Harta dan kewajiban

4) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa Pajak yang ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

c. Jenis SPT

Menurut Mardiasmo (2011), jenis SPT dapat dilihat dari dua klasifikasi,yaitu:

1) Berdasarkan bentuk dibagi dalam dua jenis: a) SPT berbentuk formulir kertas, dan b) E-SPT.

2) Berdasarkan waktu pelaporan dibagi dalam dua jenis:

a) SPT Masa, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.


(33)

b) SPT Tahuan, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

d. Proses atau Prosedur Penyelesaian SPT Tahunan

Dalam menjalankan kewajibannya untuk melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan ada tahapan yang harus dilakukan oleh Wajib pajak, yaitu (Sari, 2013):

1) Mengambil. SPT Tahunan (formulirnya) harus diambil sendiri di tempat yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.

2) Mengisi. Setiap Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak trdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

3) Menandatangai. SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani.

4) Menyampaikan. Menyampaikan SPT yang telah diisi oleh Wajib Pajak dengan benar, jelas, dan lengkap, yang telah ditandatangai, dan disampaikan kepada Dirjen Pajak.


(34)

16 e. Batas Waktu Penyampaian SPT dan Penyetoran Pajak

Batas penyampaian SPT yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pasal 3 ayat 3 adalah sebagai berikut: 1) SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa

Pajak.

2) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak.

3) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

4. Reformasi Perpajakan

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku badan yang mengelola Perpajakan Indonesia, telah melakukan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan merupakan perubahan mendasar yang dilakukan terhadap administrasi perpajakan, peraturan perpajakan, dan pengawasan perpajakan. Tujuan reformasi perpajakan yaitu untuk lebih menegakkan kemandirian masyarakat dalam membiayai pembangunan nasional.

Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983 yaitu diterapkannya sistem pemungutan pajak self assessment system untuk menggantikan official assessment system. Tujuan dari perubahan sistem ini yaitu untuk mengurangi kontak


(35)

langsung antara aparat pajak dengan Wajib Pajak yang dikhawatirkan menimbulkan praktik-praktik ilegal.

Selain hal di atas, pada tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan modernisasi yang merupakan perwujudan dari reformasi perpajakan. Modernisasi perpajakan yang dilakukan yaitu dengan melakukan perubahan dalam sistem pelayanan, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan penyempurnaan organisasi. Sebelum modernisasi pajak, struktur organisasi perpajakan bersifat ganda karena pelayanan dan pemeriksaan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Selain itu, KPP tidak melakukan pelayanan satu atap (one stop service) karena KPP dibagi berdasarkan jenis pajak.

KPP dibentuk berdasarkan jenis pajaknya, antara lain KPP yang menangani Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), KPP Bumi dan Bangunan (KPP PBB) dan Bea Perolehan Hak katas Tanah dab Bangunan (BPHTB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka), serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP-4). Hal itu tidak memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Keadaan seperti itu mendorong Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk melakukan modernisasi dengan membuat KPP Modern (Rachmawati et al., 2014).


(36)

18 Untuk penyempurnaan organisasi, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) diubah, baik level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Untuk memudahkan Wajib Pajak maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (Sari, 2013). Kantor Pelayanan Pajak Modern diawali dengan dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Taxpayer Office – LTO). Tahun 2003 dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Madya (Medium Taxpayer Office MTO). Kemudian dibentuk lagi Kantor Pelayanan Pajak Kecil (Small Taxpayer Office – MTO) yang lebih dikenal dengan sebutan KPP Pratama. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga membentuk Account Representative (AR) di setiap Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern.

5. Account Representative (AR)

a. Pengertian Account Representative (AR)

Account Representative (AR) adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang diberikan wewenang khusus untuk memberikan pelayanan dan mengawasi Wajib Pajak secara langsung (Sari, 2013).


(37)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak, bahwa Account Representative (AR) merupakan salah satu ujung tombak penggalian potensi penerimaan Negara di bidang perpajakan yang mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan/himbauan, konsultasi, analisis, dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Account Representative (AR) berperan sebagai penghubung antara Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/KMK.01/2015 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak, pasal 1 ayat (2) berbunyi, Account Representative (AR) adalah pegawai yang diangkat dan ditetapkan sebagai Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak.

b. Tugas dan Fungsi Account Representative(AR)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Repulik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak, pasal 2 berbunyi Acount Representative (AR) terdiri dari:

1) Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak, dan


(38)

20 2) Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi

pengawasan dan penggalian potensi pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Repulik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 tentang Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak, pasal 3 dan pasal 4 berbunyi, Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak mempunyai tugas:

1) Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak;

2) Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak;

3) Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak; dan

4) Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak mempunyai tugas:

1) Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

2) Menyusun profil Wajib Pajak; 3) Analisis kinerja Wajib Pajak; dan

4) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.


(39)

Dalam peraturan baru ini, untuk meningkatkan kinerja Account Representative (AR) maka dilakukan pemisahan tugas dan fungsi Account Representative (AR). Untuk Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak berada di Seksi Waskon I dan untuk Account Representative (AR) yang menjalankan fungsi Pengawasan dan Penggalian Potensi Wajib Pajak berada di Seksi Waskon II, Waskon III, dan Waskon IV.

6. Persepsi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online (2015), definisi persepsi yaitu:

a. Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;

b. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Hariyanto (2015) mengutip definisi persepsi dari Purwodarminto (1990:759), persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.

Persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau objek (Hariyanto, 2015). Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perilaku individu yaitu pemberian tanggapan, arti,


(40)

22 gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

7. Pelayanan

Menurut Jatmiko (2006), pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Pelayanan yang dilakukan Account Representative (AR) dapat diartikan sebagai cara petugas pajak/ Account Representative (AR) dalam membantu mengurus dan menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang/Wajib Pajak. Dalam hal ini, pelayanan yang dilakukan oleh Account Representative (AR) antara lain menyelesaikan permohonan Wajib Pajak dan menyelesaikan usulan pembetulan ketetapan pajak.

Menurut Devano (2006:112) dalam Purnamasari et al. (2015), kualitas layanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan Wajib Pajak dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundangan, yang bertujuan memberikan kepuasan pada Wajib Pajak sehingga dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kinerja pelayanan yang dikembangkan oleh


(41)

Parasuraman et al. (1988) yang meliputi lima dimensi (Tangkilisan, 2005):

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, penampilan personel, dan sasaran komunikasi;

b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan;

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan yang tanggap;

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh staff; e. Empati, meliputi kemudahan dalam hubungan komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan. 8. Konsultasi

Konsultasi atau konseling menurut Prayitno (2004) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Lewis, dalam Shertzer & Stone (1974) merumuskan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan kepada individu, dilakukan dalam suasana yang menyenangkan klien, konselor memberikan informasi dan reaksi-reaksi yang dapat merangsang klien untuk bertingkah laku secara efektif, berguna bagi diri pribadi dan masyarakat (Prayitno, 2004).


(42)

24 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP), seorang Account Representative (AR) merupakan petugas pajak yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang bertugas memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak secara gratis atau tanpa dipungut biaya apapun. Konsultasi mengacu pada hubungan di antara dua subjek yaitu orang yang mendampingi atau memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan dan orang yang didampingi. Konsultasi yang dilakukan oleh Account Representative (AR) adalah konsultasi untuk memberikan masukan, motivasi, dan menyamakan persepsi Wajib Pajak agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.

Konsultasi yang dilakukan oleh Account Representative (AR) adalah konsultasi mengenai hal-hal yang bersifat teknis di bidang perpajakan seperti tata cara penghitungan pajak terutang dan pengisian SPT. Selain itu, Account Representative (AR) juga memberikan informasi mengenai ketentuan dan peraturan terbaru kepada Wajib Pajak.

9. Pengawasan

Kreitner (1986:533) dalam Harahap (1996) mendefinisikan pengawasan sebagai berikut: proses tindakan koreksi yang dianggap perlu untuk menjamin tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Henry fayol salah seorang perintis ilmu manajemen mengartikan: “Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah semua


(43)

yang terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, instruksi yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan.” (Harahap, 1996).

Pengawasan dimaksudkan untuk melihat kelemahan dan kesalahan dan akhirnya memperbaiki dan mencegah jangan timbul lagi (Harahap, 1996). Pengawasan yang dilakukan Account Representative (AR) yaitu mengawasi tindakan Wajib Pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya apakah sesuai dengan Undang-Undang dan/atau peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskan sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengawasan merupakan bentuk pengamatan dan perhatian Account Representative (AR) terhadap Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya. Fungsi pengawasan ini sangat penting karena Wajib Pajak akan terus dimonitor dan dihimbau serta diingatkan mengenai kewajiban perpajakannya. Melalui pengawasan, diharapkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya telah sesuai dengan undang-undang dan/atau peraturan perpajakan yang berlaku (Boihaqi at al, 2015).

10.Kepatuhan

Prinsip administrasi pajak yang diterima secara luas menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam modernisasi perpajakan adalah kepatuhan sukarela. Menurut Machfud Sidiq, kepatuhan memenuhi


(44)

26 kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung dari sistem self assessment, di mana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut (Devano & Siti, 2006).

Kepatuhan Wajib Pajak juga dikemukakan oleh Norman D. Nowak sebagai “suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana (Devano & Siti, 2006): a. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang pada waktunya.

Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material (Devano & Siti, 2006):

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undangan Perpajakan.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kapatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.


(45)

Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar surat pemberitahuan sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir (Devano & Siti, 2006).

Kriteria Wajib Pajak patuh berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.74/PMK.03/2012 adalah sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalamjangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

B. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Account Representative (AR) dan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Muhammad Fahrian Ramadhan (2015) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan, Pengawasan, dan Konsultasi oleh Account Representative terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi. Muhammad Fahrian Ramadhan melakukan studi kasus di KPP Pratama Maros dengan


(46)

28 sampel 100 Wajib Pajak Orang Pribadi dan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian yaitu bahwa variabel kualitas pelayanan dan pengawasan berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel konsultasi tidak berpengaruh secara signifikan. Secara simultan variabel kualitas pelayanan, pengawasan, dan konsultasi account representative berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dya Putri dan Made Dudy (2015) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pelayanan Prima, Konsultasi Account Representative, dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Formal. Studi kasus dilakukan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sokomanunggal dengan sampel 100 orang Wajib Pajak. Hasil penelitian didapat bahwa variabel kualitas pelayanan prima, efektivitas konsultasi Account Representative, dan kesadaran perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi.

Rachmawati et al. (2014) meneliti tentang pengaruh Account Representative (AR) terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Studi dilakukan di KPP Pratama Kepanjen dengan mengambil 100 responden Wajib Pajak Orang Pribadi. Analisis dengan menggunakan regresi berganda menghasilkan temuan yang menyatakan bahwa edukasi, pendampingan, dan pengawasan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(47)

Penelitian Febri Alfiansyah yang berjudul Pengaruh Account Representative (AR) terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Data dari 50 responden yang dianalisis dengan regresi berganda memberikan temuan yang menguatkan temuan penelitian Rachmawati et al. (2014) yaitu keberadaan Account Representative (AR) berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

C. Hubungan Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pelayanan dalam hal ini yaitu melayani kebutuhan Wajib Pajak berupa penyelesaian proses permohonan Wajib Pajak dan penyelesaian proses usulan ketentuan perpajakan. Pelayanan yang berkualitas yang diberikan oleh Account Representative (AR) diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Devano (2006) dalam Purnamasari at al. (2015) mengungkapkan bahwa kualitas layanan bertujuan memberikan kepuasan pada Wajib Pajak sehingga dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dya Putri dan Made Dudy (2015) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan prima berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi.


(48)

30 D. Hubungan Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) dengan

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Konsultasi mengacu pada hubungan di antara dua subjek yaitu orang yang mendampingi atau memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan dan orang yang didampingi. Konsultasi yang dilakukan oleh Account Representative (AR) adalah konsultasi untuk memberikan masukan, motivasi, dan menyamakan persepsi Wajib Pajak agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Konsultasi diharapkan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada Wajib Pajak karena Wajib Pajak dapat bertanya kepada Account Representative (AR) tentang hal-hal yang kurang dimengerti serta dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi Wajib Pajak atau mencari solusi bersama.

Penelitian yang dilakukan oleh Dya Putri dan Made Dudy (2015) menyatakan bahwa efektivitas konsultasi Account Representative berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi

E. Hubungan Persepsi Pengawasan Account Representative (AR) dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Pengawasan yang dilakukan Account Representative (AR) merupakan pelengkap dari fungsi pelayanan dan konsultasi. Pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskan sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan yaitu mengingatkan kepatuhan Wajib Pajak.


(49)

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati et al. (2014) menghasilkan temuan yang menyatakan bahwa pengawasan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

F. Kerangka Konsep

Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pada landasan teori dijelaskan bahwa Account Representative (AR) berhubungan langsung dengan Wajib Pajak dan diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, serta berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa keberadaan Account Representative (AR) berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal tersebut juga membuat peneliti menduga bahwa persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) berhubungan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sehingga penelitian ini menggunakan kerangka konsep sebagai berikut:


(50)

32

Gambar I. Kerangka Konsep Keterangan:

= hubungan

Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) (X1)

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi (Y) Persepsi Konsultasi Account

Representative (AR) (X2)

Persepsi Pengawasan Account Representative (AR)


(51)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian terhadap objek tertentu, data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis, serta kesimpulan hanya berlaku pada objek yang diteliti saja. Penelitian ini hanya terfokus pada Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung. Kesimpulan atas hasil penelitian juga berlaku untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang lingkup Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung, Jalan Dewi Sartika No. 7 Temanggung 56218.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang akan menjadi responden penelitian yang diberikan pernyataan berupa kuesioner guna memberikan data-data kepada peneliti yang dapat digunakan untuk penelitan. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang


(52)

34 Pribadi yang menyampaikan SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung .

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah data atau informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR), serta persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 62.085 Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini yaitu sebagian Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung yang menggunakan jasa Account Representative (AR). Jumlah sampel ditentukan dengan melihat sifat populasinya. Karena populasinya diketahui, maka jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Umar, 2003):

� = �


(53)

� = + . . � , 2

� = ,

Keterangan: � : ukuran sampel

N : ukuran populasi

� : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 10%.

Dari hasil perhitungan sampel di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100 responden.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan metode convenience sampling.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen pada penelitian ini ada tiga yaitu persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y). Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:


(54)

36 1. Pelayanan

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang) (Jatmiko, 2006).

2. Konsultasi

Konsultasi, atau konseling menurut (Lewis, dalam Shertzer & Stone, 1974) merupakan proses pemberian bantuan kepada individu, dilakukan dalam suasana yang menyenangkan klien, konselor memberikan informasi dan reaksi-reaksi yang dapat merangsang klien untuk bertingkah laku secara efektif, berguna bagi diri pribadi dan masyarakat (Prayitno, 2004).

3. Pengawasan

Kreitner (1986:533) mendefinisikan pengawasan sebagai berikut: proses tindakan koreksi yang dianggap perlu untuk menjamin tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien (Harahap, 1996).

4. Kepatuhan

a) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undangan Perpajakan (Devano & Siti, 2006).

b) Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang


(55)

Perpajakan. Kapatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal (Devano & Siti, 2006).

Sebagai tambahan, berikut disajikan definisi operasional variabel serta tabel aspek dan indikator dari masing-masing variabel:

Tabel 2. Aspek dan Indikator Variabel Variabel

Penelitian

Dimensi Aspek

Persepsi Pelayanan Account Representative (AR) (X1)

Tangibles Fasilitas help desk dan jumlah Account Representative (AR) yang melayani Wajib Pajak sudah memadahi.

Reliability Account Representative (AR) memberikan kepastian waktu dalam melayani.

Responsiv eness

Account Representative (AR) bersedia, cepat, dan tanggap dalam melayani permohonan Wajib Pajak.

Empati Account Representative (AR) mampu berkomunikasi dengan baik.

Account Representative (AR) mengutamakan kepentingan Wajib Pajak. Assurance Account Representative (AR) menunjukkan

sikap adil/tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan.

Account Representative (AR) mampu menanamkan rasa percaya dan memberikan rasa aman kepada Wajib Pajak.

Account Representative (AR) sopan dan ramah dalam memberikan pelayanan. Persepsi

Konsultasi Account Representative (AR) (X2)

Konsultasi Account Representative (AR) menerima konsultasi Wajib Pajak baik secara langsung maupun menggunakan media komunikasi lainnya.

Account Representative (AR) cepat dan tanggap dalam mengatasi masalah Wajib Pajak saat konsultasi.

Account Representative (AR) menguasi permasalahan yang dihadapi oleh Wajib Pajak.

Solusi yang diberikan Account Representative (AR) jelas sehingga mudah dipahami.


(56)

38 Tabel 2. Aspek dan Indikator Variabel (Lanjutan)

Variabel Penelitian

Dimensi Aspek

Persepsi Konsultasi Account Representative (AR) (X2)

Konsultasi Account Representative (AR) memberikan motivasi kepada Wajib Pajak untuk selalu patuh terhadap kewajiban pajaknya.

Konsultasi yang diberikan Account Representative (AR) mempermudah Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Account Representative (AR) memberikan informasi mengenai ketentuan dan peraturan pajak terbaru baik secara langsung atau melalui surat/telepon/media lainnya. Account Representative (AR) memberikan konsultasi mengenai pengisian SPT dan penghitungan pajak. Persepsi

Pengawasan Account Representative (AR) (X3)

Pengawasan Account Representative (AR) mengingatkan Wajib Pajak untuk melakukan pelaporan SPT sebelum jatuh tempo.

Account Representative (AR) membuat nota perhitungan penerbitan surat tagihan pajak.

Account Representative (AR) mengecek ulang kelengkapan berkas SPT beserta lampirannya.

Account Representative (AR) melakukan koreksi terhadap SPT.

Account Representative (AR) memberikan himbauan kepada Wajib Pajak mengenai kewajiban pajaknya.


(57)

Tabel 2. Aspek dan Indikator Variabel (Lanjutan) Variabel

Penelitian

Dimensi Indikator

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)

Kepatuhan Formal

Wajib Pajak tepat waktu dalam menyampaikan SPT.

Wajib Pajak tepat waktu dalam membayar/menyetor pajak.

Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh ijin.

Wajib Pajak tidak pernah dipidana karena melakukakan tindakan pidana dibidang perpajakan.

Kepatuhan Material

Wajib Pajak menghitung dengan benar kewajiban pajaknya.

Wajib Pajak jujur dalam melaporkan kewajiban pajaknya.

Wajib Pajak mengisi SPT dengan lengkap dan jelas.

Sumber: Purnamasari at al. (2015), Rachmawati at al. (2014), dan Muhammad Fahrian Ramadhan (2015) yang dimodifikasi oleh peneliti.

F. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel merupakan tahap awal dalam sebuah pengukuran penelitian. Pengukuran variabel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala likert yang mengukur sikap, dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Kategori dari penilaian skala likert:

SS = Sangat Setuju, diberi skor 5 S = Setuju, diberi skor 4

N = Netral, diberi skor 3 TS = Tidak Setuju, diberi skor 2


(58)

40

G. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data tentang persepsi pelayanan, persepsi konsultasi dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) serta persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tentang profil Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung dan data lain dari sumber berupa dokumen.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini menggunakan instrumen utama berupa kuesioner. Kuesioner yang dibuat terdiri dari dua bagian. Bagian I berisi karakteristik responden, bagian II berisi tentang pernyataan terkait Account Representative (AR) yang terdiri dari pelayanan, konsultasi, dan pengawasan, serta pernyataan terkait kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dipersepsikan oleh Wajib Pajak sebagai responden. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan melalui pencarian pustaka antara lain meminta dokumen pada pegawai pajak di KPP Pratama Temanggung, browsing di internet, buku, serta sumber lainnya.


(59)

I. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2013). Uji validitas item kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi pearson. Validitas item adalah kecermatan suatu item atau instrumen data dalam mengukur apa yang ingin (Priyatno, 2012). Pengujian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan valid, jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran diulang (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode Cronbach Alpha. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > , .

Dalam penelitian ini, pengujian instrumen akan dihitung menggunakan alat bantu SPSS Versi 21.


(60)

42 J. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Responden

Analisis deskripsi responden digunakan untuk memisahkan atau mengelompokkan responden agar diperoleh gambaran mengenai jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, memiliki usaha/pekerjaan bebas, serta pengisian SPT dalam frekuensi (%). 2. Deskripsi Variabel

Analisis deskripsi variabel merupakan gambaran terperinci untuk setiap variabel dalam penelitian. Deskripsi variabel ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, dan rendah (Azwar, 2009). Adapun pengelompokan ketiga kategori tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kategori tinggi : X ≥ Mi + Sdi

Kategori sedang : Mi –Sdi ≤ X < Mi + Sdi Kategori Rendah : X < Mi – Sdi

Keterangan:

X = Skor Total Variabel Mi = Mean Ideal

Sdi = Standar Deviasi Ideal

Pengkategorian tersebut untuk melihat sejauh mana tanggapan responden terhadap masing-masing variabel penelitian. Semakin tinggi skor variabel, maka diartikan semakin positif/baik persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR). Sebaliknya, semakin rendah skor variabel maka dapat diartikan bahwa semakin negatif/buruk persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR). Untuk


(61)

variabel persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, semakin tinggi skor maka diartikan semakin positif/baik persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Sebaliknya, semakin rendah skor maka diartikan semakin negatif/buruk persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 3. Analisis Hubungan Antarvariabel

Pada penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk mencari bentuk hubungan antarvariabel. Menurut Sarwono (2012) korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan (measure of association). Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength) dan arah hubungan-hubungan antar dua variabel atau lebih. Pada penelitian ini pengukuran data menggunakan tipe ordinal, maka uji statistika yang digunakan adalah Spearman Rank Correlation. Penafsiran hasil korelasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menganalisis Kekuatan Hubungan Antarvariabel

Kekuatan hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ± 1. Adapun kriteria pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menggunakan pedoman sebagai berikut:


(62)

44 Tabel 3. Koefisien Korelasi dan Arti Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi

Arti Koefisien Korelasi 0 tidak ada korelasi antara dua variabel > 0 – 0,25 korelasi sangat lemah

> 0,25 – 0,5 korelasi cukup > 0,5 – 0,75 korelasi kuat > 0,75 – 0,99 korelasi sangat kuat 1 korelasi sempurna Sumber: Sarwono (2012)

b. Menganalisis Arah Hubungan Antarvariabel

Arah hubungan antar variabel dapat diketahui dengan melihat koefisien korelasi. Berikut ini adalah cara menganalisis arah hubungan dari koefisien korelasi (Sarwono,2012):

1) Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan yang searah. Artinya jika variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.

2) Koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya.

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan alat bantu SPSS Versi 21.


(63)

45 BAB IV

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA

A. Sejarah KPP Pratama Temanggung

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Nomor 55/PMK.01/2007. Sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tentang Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II (Kanwil DJP Jateng II), serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak jawa Tengah I (Kanwil DJP Jateng I), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak jawa Tengah II (Kanwil DJP Jateng II), dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta (Kanwil DJP DIY), ditetapkan bahwa Sistem Administrasi Modern pada KPP Pratama Temanggung dimulai sejak 3 Oktober 2007.

KPP Pratama Temanggung merupakan pecahan dari KPP Pratama Magelang. Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak tersebut ditandai juga dengan peleburan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (karipka). Jadi, selain merupakan pecahan dari KPP Pratama Magelang, KPP Pratama


(64)

46 Temanggung juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) Temanggung.

B. Wilayah Kerja KPP Pratama Temanggung

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung merupakan Instasi Pemerintah di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mengemban tugas di wilayah kerja yang meliputi dua kabupaten, yaitu mencakup seluruh wilayah Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak diantara 110o23’ 00” dan 110o46’30” Bujur Timur serta 7o14’ 00” dan 7o32’ 35” Lintang Selatan. Sedangkan Kabupaten Wonosobo terletak diantara 7o43’ 13” dan 7o 04’ 40” Lintang Selatan serta 109o 43’ 19” dan 110o 04’ 40” Bujur Timur. Secara administratif wilayah kerja KPP Pratama Temanggung sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.

Kabupaten Temanggung memiliki luas wilayah 870,65 km2 (87.065 Ha) dengan populasi 708.546 jiwa terbagi dalam 20 kecamatan 266 kelurahan. Sedangkan Kabupaten Wonosobo memiliki luas wilayah 984,68 km2 (98.468 Ha) dengan populasi 900.653 jiwa terbagi dalam 15 kecamatan 29 kelurahan 236 desa.


(65)

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KPP Pratama Temanggung 1. Kedudukan

KPP Pratama Temanggung adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah tanggungjawab langsung Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II (Kanwil DJP Jateng II) atau bagian selatan pulau jawa. KPP Pratama Temanggung dikepalai oleh seorang wanita yaitu Ibu Retno Kusumastanti. KPP Pratama Temanggung berada di jalan Dewi Sartika No. 7 Temanggung 56218.

2. Tugas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Temanggung mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Temanggung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:


(66)

48 a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan; b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. penyuluhan perpajakan; e. pelayanan perpajakan;

f. pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak; g. pelaksanaan ekstensifikasi;

h. penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; i. pelaksanaan pemeriksaan pajak;

j. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; k. pelaksanaan konsultasi perpajakan;

l. pembetulan ketetapan pajak;

m. pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; dan n. pelaksanaan administrasi kantor.

D. Visi dan Misi KPP Pratama Temanggung 1. Visi


(1)

Lampiran G:

Nilai-Nilai r Product Moment


(2)

Lampiran H:

Hasil Uji Validitas

Persepsi Wajib Pajak pada Pelayanan Account Representative (AR)

Correlations

Pel1 Pel2 Pel3 Pel4 Pel5 Pel6 Pel7 Pel8 Total

Pel1 Pearson

Correlation 1 .322

** .327** .216* .375** .379** .356** .238* .587**

Sig.

(2-tailed) .001 .001 .031 .000 .000 .000 .017 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel2 Pearson

Correlation .322

** 1 .443** .256* .296** .123 .144 .266** .537**

Sig.

(2-tailed) .001 .000 .010 .003 .221 .154 .007 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel3 Pearson

Correlation .327

** .443** 1 .382** .508** .349** .310** .442** .704**

Sig.

(2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel4 Pearson

Correlation .216

* .256* .382** 1 .505** .451** .310** .390** .658**

Sig.

(2-tailed) .031 .010 .000 .000 .000 .002 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel5 Pearson

Correlation .375

** .296** .508** .505** 1 .438** .527** .415** .777**

Sig.

(2-tailed) .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel6 Pearson

Correlation .379

** .123 .349** .451** .438** 1 .567** .458** .705**

Sig.

(2-tailed) .000 .221 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel7 Pearson

Correlation .356

** .144 .310** .310** .527** .567** 1 .398** .687**

Sig.

(2-tailed) .000 .154 .002 .002 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pel8 Pearson

Correlation .238

* .266** .442** .390** .415** .458** .398** 1 .670**

Sig.

(2-tailed) .017 .007 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Total Pearson

Correlation .587

** .537** .704** .658** .777** .705** .687** .670** 1

Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

Persepsi Wajib Pajak pada Konsultasi Account Representative (AR)

Correlations

Kons1 Kons2 Kons3 Kons4 Kons5 Kons6 Kons7 Kons8 Total

Kons1 Pearson

Correlation 1 .409** .436** .315** .283** .312** .492** .312** .635** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .001 .004 .002 .000 .002 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons2 Pearson

Correlation .409** 1 .574** .546** .385** .569** .348** .448** .756** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons3 Pearson

Correlation .436** .574** 1 .614** .345** .422** .358** .405** .743** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons4 Pearson

Correlation .315** .546** .614** 1 .371** .566** .219* .475** .714** Sig.

(2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .029 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons5 Pearson

Correlation .283** .385** .345** .371** 1 .456** .290** .518** .657** Sig.

(2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons6 Pearson

Correlation .312** .569** .422** .566** .456** 1 .302** .528** .725** Sig.

(2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons7 Pearson

Correlation .492** .348** .358** .219* .290** .302** 1 .434** .638** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .029 .003 .002 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Kons8 Pearson

Correlation .312** .448** .405** .475** .518** .528** .434** 1 .736** Sig.

(2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Total Pearson

Correlation .635** .756** .743** .714** .657** .725** .638** .736** 1 Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(4)

Persepsi Wajib Pajak pada Pengawasan Account Representative (AR)

Correlations

Peng1 Peng2 Peng3 Peng4 Peng5 Total

Peng1 Pearson

Correlation 1 .343** .336** .185 .351** .653** Sig.

(2-tailed) .000 .001 .065 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

Peng2 Pearson

Correlation .343** 1 .477** .241* .276** .656** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .016 .005 .000

N 100 100 100 100 100 100

Peng3 Pearson

Correlation .336** .477** 1 .564** .264** .756** Sig.

(2-tailed) .001 .000 .000 .008 .000

N 100 100 100 100 100 100

Peng4 Pearson

Correlation .185 .241* .564** 1 .585** .726** Sig.

(2-tailed) .065 .016 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

Peng5 Pearson

Correlation .351** .276** .264** .585** 1 .706** Sig.

(2-tailed) .000 .005 .008 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

Total Pearson

Correlation .653** .656** .756** .726** .706** 1 Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Correlations

Kep1 Kep2 Kep3 Kep4 Kep5 Kep6 Kep7 Total

Kep1 Pearson

Correlation 1 .736** .628** .450** .507** .602** .662** .808** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep2 Pearson

Correlation .736** 1 .567** .482** .514** .645** .681** .810** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep3 Pearson

Correlation .628** .567** 1 .552** .615** .628** .557** .812** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep4 Pearson

Correlation .450** .482** .552** 1 .582** .599** .544** .746** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep5 Pearson

Correlation .507** .514** .615** .582** 1 .741** .573** .793** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep6 Pearson

Correlation .602** .645** .628** .599** .741** 1 .725** .869** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Kep7 Pearson

Correlation .662** .681** .557** .544** .573** .725** 1 .833** Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

Total Pearson

Correlation .808** .810** .812** .746** .793** .869** .833** 1 Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 100 100 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)

Lampiran I:

Hasil Uji Reliabilitas

Persepsi Wajib Pajak pada Pelayanan Account Representative (AR)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.821

8

Persepsi Wajib Pajak pada Konsultasi Account Representative (AR)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.848

8

Persepsi Wajib Pajak pada Pengawasan Account Representative (AR)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.737

5

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

.911

7


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh pelayanan konsultasi, dan pengawasan account representative terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris pada kantor pelayanan pajak tangerang dan serpong

3 35 149

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 0 12

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.

1 3 2

Analisis hubungan antara persepsi tax amnesty dan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi .Studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang.

3 35 120

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak dan persepsi kualitas pelayanan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sorong Wilayah kerja kota dan Kabupaten Sorong).

1 0 2

Hubungan persepsi kualitas pelayanan aplikasi pajak online dengan persepsi kepuasan wajib pajak orang pribadi: studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara.

19 104 149

Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

0 0 133

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Yogyakarta.

10 69 135

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

0 9 145

Analisis hubungan antara persepsi tax amnesty dan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi .Studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Magelang

1 1 118