Penetapan kadar trigliserida serum darah tikus
Tabel VIII. Kadar Trigliserida Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X”
Kelompok Kadar Trigliserida mg dLX ± SD
Daya X ± SD Hari7
Hari14 H7-H14
H7-H14 Dosis
104,8 ± 30,04 56,4 ± 15,6
48,4 ± 33,3 55,11 ± 33,93
Jamu I Dosis
150,8 ± 39,97 74,4 ± 17,8
76,4 ± 26,7 87,01 ± 27,20
Jamu II Dosis
146 ± 44,27 63,8 ± 19,17
82,2 ± 36,13 93,62 ± 36,81
Jamu III Kontrol
155,4 ± 45,28 67,6 ± 23,32
87,8 ± 31,51 100 ± 32,10
Positif
Pada tabel VIII. semua perlakuan dosis jamu mengalami kondisi hiperlipid baik dosis 126, 252 dan 504 mg kg BB juga pada kontrol positif simvastatin 1,8
mg kgBB. Rata-rata kadar trigliserida yang diperoleh pada pengukuran kadar awal trigliserida hari ke-0 sebesar 45,95 mg dL dengan SD ± 16,71 dianggap
sebagai acuan kadar normal trigliserida. Terlihat kenaikan kadar trigliserida yang cukup signifikan setelah pemberian pakan hiperlipidemik hasil kadar trigliserida
pada pengukuran hari ke- 7 dibandingkan kadar awal hari ke- 0. Hasil hari ke- 7 dan hari ke- 0 kemudian dibandingkan dengan uji T, berdasarkan uji T nilai p =
0,000 menunjukkan p 0,05 yang berarti bahwa adanya perbedaan bermakna kadar trigliserida hasil hari ke- 7 dibandingkan hari ke- 0.
Tabel VIII. menunjukkan hasil pengukuran trigliserida pada kelompok semua perlakuan variasi dosis jamu dan kontrol positif yang disertai diet rendah
lemak terbukti mampu menurunkan kadar trigliserida dalam darah tikus. Namun, hasil percobaan penelitian ini tidak dapat ditentukan dosis mana yang memiliki
efektifitas persen daya penurunan terbaik, dikarenakan nilai dari standar deviasi yang diperoleh memiliki range cukup besar. Berdasarkan uji ANOVA satu arah
didapatkan nilai p= 0,529 lampiran 21., yang menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara semua kelompok perlakuan jamu dibandingkan simvastatin 1,8
mg kgBB. Pada penelitian kali ini tidak dapat ditentukan efek penurunan kadar
trigliserida dari variasi dosis jamu, karena tidak digunakan kelompok perlakuan kontrol negatif sebagai pembanding. Hasil pengukuran kadar kelompok kontrol
negatif tidak dipakai dikarenakan tidak mengalami kenaikan setelah perlakuan pakan hiperlipidemik. Parameter yang dapat diukur pada penelitian ini adalah
persen daya trigliserida dari variasi dosis jamu yang diberikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Persen daya trigliserida variasi dosis jamu di
dapat dengan membandingkan kadar masing –masing sampel variasi dosis jamu
tiap kelompok perlakuan di bandingkan rata-rata dari kadar trigliserida kelompok kontrol positif selisih hari ke-7 dengan hari ke- 14 lampiran 22..
Gambar 8. Grafik Persen Daya Trigliserida Variasi Dosis Jamu Dibanding Kontrol Simvastatin
Selanjutnya diperoleh rata-rata persen daya penurunan trigliserida dari variasi dosis jamu yang dapat dibandingkan dengan persen daya kontrol positif
simvastatin diasumsikan 100 pada gambar 8.. Persen daya trigliserida yang diperoleh untuk masing- masing variasi dosis jamu, yaitu untuk dosis 126 mg
kgBB sebesar 55,11 ± 33,93 ; untuk dosis jamu 252 mg kgBB sebesar 87,01 ± 27,20 dan dosis 504 mg kgBB sebesar 93,62 ± 36,81 .
Hasilnya kemudian dilakukan uji ANOVA satu arah tingkat kepercayaan 95 untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna persen daya antara
kelompok variasi dosis jamu dibandingkan dengan kelompok kontrol positif simvastatin, dan diperoleh nilai p = 0,256 lampiran 23.. Hal ini berarti bahwa
persen daya antara seluruh kelompok variasi dosis jamu berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol positif simvastatin. Sehingga dapat
disimpulkan semua variasi dosis jamu yang diberikan, baik dosis 126, 252, dan 504 mg kgBB memiliki kemampuan menurunkan kadar trigliserida dibandingkan
kontrol positif simvastatin 1,8 mg kgBB pada penelitian ini. Selain itu juga dimungkinkan karena tablet simvastatin yang merupakan
tablet salut berkurang aktifitasnya dikarenakan pada saat preparasi digerus terlebih dahulu sebelum dilarutkan CMC 1.
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian secara pasti mengenai mekanisme dari kandungan aktif jamu yang mampu menurunkan kadar trigliserida
dalam tubuh. Namun berbagai penelitian terkait dengan kandungan aktif berbagai tanaman yang terkandung pada jamu penurun lemak mampu menurunkan kadar
trigliserida dalam darah. Komposisi utama dari jamu ini yang berperan penting
memberikan pengaruhnya terhadap kadar trigleserida adalah daun jati belanda dan daun salam sebesar 59; daun alpukat 16 dan daun teh 5 dari keseluruhan
kandungan jamu. Sedangkan daun sambiloto lebih dominan terhadap kadar kolesterol sebesar 20 dari keseluruhan jamu.
Kandungan terkait dalam mekanisme penurunan kadar trigliserida dalam kandungan jamu ini diantaranya terkait kandungan kafein pada daun jati belanda
dan daun teh. Dimana kafein ini berfungsi menghambat aktifitas enzim lipase pada pankreas. Enzim ini berfungsi menghidrolisis trigliserida menjadi dua
monotrigliserida dan 2 asam lemak rantai panjang yang kemudian akan ditranspor menuju permukaan mikrovili untuk diserap. Dengan dihambatnya enzim ini maka
penyerapan asam lemak dan monotrigliserida akan berkurang. Kandungan kafein ini terdapat pada daun jati belanda sekaligus pada daun teh. Wijayanti, 2007;
Lin dan Shiau, 2006. Menurut Anggraeni 2007, menyebutkan bahwa pemberian buah alpukat
Persea Americana Mill. dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus hiperlipidemia. Penelitian oleh Handayani 2009 menyebutkan daging buah
alpukat mampu menurunkan rasio kolesterol- LDL HDL tikus putih. Selain itu Haryati 2009 menyatakan asam oleat omega 9 dalam daging buah alpukat
mampu menurunkan kadar kolesterol dan LDL serum darah tikus putih. Al-Dosari 2011 juga menyatakan bahwa buah alpukat mampu mengontrol dislipidemia dan
menurut Perdido 2011, pemberian jus alpukat mampu berperan signifikan terhadap penurunan kadar LDR darah.
Alpukat mengandung bahan aktif yang mampu memproteksi kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, antara lain: asam oleat dan golongan
MUFA Monounsaturated Fatty Acid, PUFA Polyunsaturated fatty Acid Handayani, 2009; Haryanti, 2009, beta sitosterol Berger et.al., 2004, niasin
vitamin B3, beta karoten, asam pantotenat, asam folat, selenium, asam amino, lutein Anggraeni, 2007, vitamin A, vitamin C, vitamin E dan serat Dalimartha,
2005. Sedang pada kandungan daun salam terkandung kuersetin dan polifenol
yang memiliki kemiripan terhadap salah satu mekanisme simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol melalui penghambatan biosintesis kolesterol dalam
tubuh. Selain itu juga terdapat kandungan niasin, serat, tannin dan vitamin C yang diyakini berperan dalam penurunan trigliserida. Niasin merupakan bagian dari B
kompleks yang disebut vitamin B3. Niasin berperan menekan enzim lipoprotein lipase sehingga menurunkan produksi VLDL di dalam hepar dan menghambat
mobilisasi lemak sehingga produksi trigliserida, kolesterol total dan kolesterol LDL dapat turun.
Niasin juga berperan dalam pembentukan prostaglandin I
2,
yaitu hormon yang mencegah pembentukan agregasi trombosit, sehingga memperkecil proses
athereosklerosis pada
akhirnya mengurangi
resiko serangan
jantung. Mengkonsumsi 3-6 g niasin perhari mampu menurunkan kadar kolesterol
sebanyak 15-20; trigliserida 40-50; serta meningkatkan HDL hingga 20. Angka kecukupan gizi niasin sebenarnya relatif kecil pada bayi 6-9 mg; anak-anak
11-18 mg dan pada dewasa 13-19 mg. Namun, umumnya diperlukan dosis niasin 1-1,5 g perhari untuk mempengaruhi pemeriksaan di laboratorium.
Serat terutama yang larut dalam air mampu menghambat absorbsi lemak dan kolesterol dalam usus besar. Sehingga mampu mengurangi kadar kolesterol
dan trigliserida. Di dalam saluran pencernaan serat larut air akan mengikat asam empedu untuk keluar bersama tinja. Dengan semakin banyak konsusmsi serat larut
air maka akan mengikat asam empedu dan lemak dikeluarkan keluar dari tubuh. Dalam mencegah penyakit jantung serat berperan sebagai antioksidan menetralisir
radikal bebas dalam tubuh dan mencegah oksidasi kolesterol jahat LDL. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan dalam perhari untuk diet sebesar 20-30
g. Sementara kerja tanin bekerja dengan protein mukosa dan sel epitel usus
sehingga mencegah penyerapan lemak. Vitamin C asam askorbat merupakan antioksidan alami dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.
Namun tidak berlaku pada kondisi orang dengan kadar kolesterol dan trigliserida normal. Jadi, vitamin C berperan sebagai penjaga keseimbangan homeostasis
jenis lemak di dalam tubuh Hardhani, 2008. Jamu penurun lemak darah ini sudah terbukti mampu menurunkan kadar
trigliserida pada tikus jantan hiperlipidemia. Perlu dilakukan penelitian terkait atau lebih lanjut baik dengan desain berbeda mungkin dengan diinduksi diabetes,
induksi hiperlipid dengan peroral atau mungkin dengan komposisi pakan hiperlipid yang berbeda. Perlu dilakukan uji subkronis mengenai keamanan
pemakaian jamu terhadap jangka panjang dan berulang-ulang, sehingga menjamin keamanannya dikomsumsi oleh masyarakat luas.
55