Jumlah konsumsi kumulatif pakan tikus

Gambar 7. Grafik Hubungan antara Konsumsi Pakan g dan Waktu hari Tikus Selama Perlakuan Pada grafik konsumsi pakan kumulatif gambar 7. menunjukkan pemberian dosis jamu yang diberikan tidak dapat menghambat nafsu makan dari tikus. Hal ini juga terlihat dari hasil statistik ANOVA satu arah lampiran 15. dimana antar kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang tidak bermakna p=0,979 dalam jumlah konsumsi pakan kumulatif selama perlakuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Wijayanti 2003 menyatakan pemberian infusa daun jati belanda yang merupakan salah satu komposisi jamu ini dalam jumlah konsumsi pakan kumulatif berbeda tidak nyata dengan kelompok kontrol.

3. Penetapan kadar trigliserida serum darah tikus

Penetapan kadar trigliserida serum darah tikus pada penelitian ini dilakukan pengambilan pada hari ke- 0, hari ke- 7 dan hari ke- 14. Tujuan pengambilan sampel serum darah pengukuran pada hari ke- 0 adalah untuk memastikan bahwa semua sampel tikus pada masing-masing kelompok perlakuan memiliki perbedaan tidak bermakna sebelum dilakukan penelitian. Sedangkan, untuk melihat persen daya kadar trigliserida pada serum darah tikus akibat perlakuan dengan membandingkan selisih hasil pengukuran kadar trigliserida pada hari ke- 7 dengan hari ke- 14 antara masing-masing replikasi variasi dosis jamu dibandingkan dengan rata-rata kadar kontrol simvastatin 1,8 mg kgBB. Pengukuran kadar trigliserida dilakukan di laboratorium klinik PARAHITA. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah, yang dilanjutkan dengan Post Hoc Test jika didapatkan perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan p 0,05. Syarat suatu data dapat dianalisis dengan uji ANOVA satu arah adalah data harus terdistribusi normal p 0,05 dan memiliki variasi data yang homogen p 0,05. Dari analisis statistik lampiran 18. data kadar trigliserida awal memiliki varian yang homogen p=0,108 dan juga terdistribusi normal. Pengukuran kadar trigliserida sebelum perlakuan dimaksudkan agar perbedaan kadar trigliserida antara kelompok perlakuan pada pengukuran kadar trigliserida selanjutnya bukan disebabkan oleh keadaan awal kadar trigliserida yang sudah berbeda diawal, melainkan oleh perbedaan perlakuan antara kelompok perlakuan yang diberikan. Tabel VIII. Kadar Trigliserida Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” Kelompok Kadar Trigliserida mg dLX ± SD Daya X ± SD Hari7 Hari14 H7-H14 H7-H14 Dosis 104,8 ± 30,04 56,4 ± 15,6 48,4 ± 33,3 55,11 ± 33,93 Jamu I Dosis 150,8 ± 39,97 74,4 ± 17,8 76,4 ± 26,7 87,01 ± 27,20 Jamu II Dosis 146 ± 44,27 63,8 ± 19,17 82,2 ± 36,13 93,62 ± 36,81 Jamu III Kontrol 155,4 ± 45,28 67,6 ± 23,32 87,8 ± 31,51 100 ± 32,10 Positif Pada tabel VIII. semua perlakuan dosis jamu mengalami kondisi hiperlipid baik dosis 126, 252 dan 504 mg kg BB juga pada kontrol positif simvastatin 1,8 mg kgBB. Rata-rata kadar trigliserida yang diperoleh pada pengukuran kadar awal trigliserida hari ke-0 sebesar 45,95 mg dL dengan SD ± 16,71 dianggap sebagai acuan kadar normal trigliserida. Terlihat kenaikan kadar trigliserida yang cukup signifikan setelah pemberian pakan hiperlipidemik hasil kadar trigliserida pada pengukuran hari ke- 7 dibandingkan kadar awal hari ke- 0. Hasil hari ke- 7 dan hari ke- 0 kemudian dibandingkan dengan uji T, berdasarkan uji T nilai p = 0,000 menunjukkan p 0,05 yang berarti bahwa adanya perbedaan bermakna kadar trigliserida hasil hari ke- 7 dibandingkan hari ke- 0. Tabel VIII. menunjukkan hasil pengukuran trigliserida pada kelompok semua perlakuan variasi dosis jamu dan kontrol positif yang disertai diet rendah lemak terbukti mampu menurunkan kadar trigliserida dalam darah tikus. Namun, hasil percobaan penelitian ini tidak dapat ditentukan dosis mana yang memiliki efektifitas persen daya penurunan terbaik, dikarenakan nilai dari standar deviasi yang diperoleh memiliki range cukup besar. Berdasarkan uji ANOVA satu arah