Percobaan pendahuluan Tata Cara Penelitian 1.

perhitungan bobot pakan yang dikonsumsi dan perhitungan berat badan tikus. 2 Kelompok 2: peringkat dosis II produk jamu Tikus diberikan pakan hiperlipidemik sejumlah 20 g mulai hari ke- 1 sampai dengan hari ke-7 dan diberi minum ad libtium. Setelah itu, hari ke-8 hingga hari ke-14 tikus diberi pakan biasa AD2 pellet sejumlah 20 g serta dosis jamu 252 mg kgBB. Pemberian dosis jamu dilakukan secara peroral pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang dikonsumsi dan perhitungan berat badan tikus. 3 Kelompok 3: peringkat dosis III produk jamu Tikus diberikan pakan hiperlipidemik sejumlah 20 g mulai hari ke- 1 sampai dengan hari ke-7 dan diberi minum ad libtium. Setelah itu, hari ke-8 hingga hari ke-14 tikus diberi pakan biasa AD2 pellet sejumlah 20 g serta dosis jamu 504 mg kgBB. Pemberian dosis jamu dilakukan secara peroral pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang dikonsumsi dan perhitungan berat badan tikus. 4 Kelompok 4: kelompok kontrol positif simvastatin Tikus diberikan pakan hiperlipidemik sejumlah 20 g mulai hari ke- 1 sampai dengan hari ke-7 dan diberi minum ad libtium. Setelah itu, hari ke-8 hingga hari ke-14 tikus diberi pakan biasa AD2 pellet sejumlah 20 g serta dosis simvastatin 1,8 mg kgBB. Pemberian simvastatin dilakukan secara peroral pada sore hari. Setiap hari dilakukan perhitungan bobot pakan yang dikonsumsi dan perhitungan berat badan tikus. S0hari ke- 0 Pakan Hiperlipid Kuning Telur+ AD2+Lemak Babi 2:1:1 ad libtium Minggu pertama hari ke-0 sampai hari ke-7 S1 hari ke- 7 Pakan AD2 biasa ad libtium disertai perlakuan masing-masing kelompok variasi dosis, kontrol positif Minggu kedua hari ke- 8 sampai hari ke- 14 S2hari ke- 14 Gambar 3. Bagan Alur Penelitian Efek Penurunan kadar Trigliserida Jamu Penurun Lemak Darah Merek “X” Tikus Putih Jantan Hiperlipidemia 1. K1+P1 : kelompok dengan pemberian dosis jamu I sebesar 126 mg kgBB 2. K2+P2 : kelompok dengan pemberian dosis jamu II sebesar 252 mg kgBB 3. K3+P3 : kelompok dengan pemberian dosis jamu III sebesar 504 mg kgBB 4. K+ : pemberian simvastatin 1,8 mg kgBB 5. S0 : penetapan kadar trigliserida hari ke- 0 pemeriksaan awal 20 ekor tikus Wistar jantan Perlakuan Adaptasi 1 hari sebelum hari ke-0 K4+K+ K3+P3 K2+P2 K1+P1 S1-S2 7hari K4 K3 K2 K1 S0-S1 7hari 6. S1 : penetapan kadar trigliserida hari ke- 7 tikus hiperlipidemia 7. S2 : penetapan kadar trigliserida hari ke- 14 setelah pemberian perlakuan dosis variasi jamu, dan kontrol positif 8. Antara S0 sampai S1: merupakan perlakuan pakan hiperlipid kandungan kuningtelur: AD2: lemak babi 2:1:1 selama 7 hari minggu pertama antara hari ke-0 sampai hari ke- 7 9. Antara S1 sampai S2: merupakan perlakuan pakan rendah lemak AD2 biasa ditambahkan perlakuan tambahan sesuai kelompok masing- masing dosis jamu I, II dan III serta kontrol positif selama 7 hari minggu kedua antara hari ke-8 sampai hari ke -14 Keterangan Gambar 3 . 1. Pada hari sebelum hari ke- 0, yaitu awal perlakuan hiperlipid 20 ekor tikus di berikan perlakuan adaptasi terlebih dahulu dihindarkan dari stres dipuasakan. 2. Pada hari ke- 0 dilakukan penetapan kadar trigliserida awal hari- 0 untuk mengetahui kadar awal trigliserida S0 3. Pada minggu pertama antara hari ke-0 hingga hari ke- 7 antara S0-S1 diberikan perlakuan pakan hiperlipid kandungan kuning telur : AD2 : lemak babi 2:1:1 4. Tiap hari dari hari ke- 0 hingga hari ke- 7 dilakukan selama 7 hari diberikan pakan hiperlipid masing-masing tikus 20g dan ditimbang sisa pakan, berat badan , komsumsi pakan kumululatif. 5. Pada hari ke- 7 dilakukan penetapan kadar trigliserida setelah perlakuan pakan hiperlipid dan diharapkan tikus telah mengalami hiperlipidemia. 6. Pada minggu kedua antara hari ke- 8 hingga hari ke- 14 antara S1-S2 diberikan pakan AD2 biasa diet rendah lemak disertai dengan perlakuan masing-masing kelompok variasi dosis jamu, kontrol positif dan kontrol negatif 7. Tiap hari dari hari ke- 8 hingga hari ke- 14 dilakukan selama 7 hari diberikan pakan AD2 biasa untuk masing-masing tikus 20g dan ditimbang sisa pakan, berat badan , komsumsi pakan kumululatif disertai dengan perlakuan masing- masing kelompok variasi dosis jamu, kontrol positif dan kontrol negatif 8. Pada hari ke- 14 dilakukan pengukuran kadar trigliserida untuk mengukur penurunan kadar trigliserida yang terjadi akibat perlakuan masing- masing kelompok.

4. Penetapan kadar trigliserida

Pengambilan serum darah tikus untuk ditetapkan kadar trigliserida dilakukan tiga kali yaitu pada hari ke-0, hari ke-7, serta hari ke-14. Tikus jantan diambil darahnya ± 1 ml melalui sinus orbitalis dengan menggunakan mikrohematokrit. Serum darah kemudian diproses di laboratorium klinik PARAHITA untuk ditetapkan kadar trigliserida pada serum darah tikus.

E. Analisis Hasil

Data kadar trigliserida pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS. Berat badan dan kadar trigliserida serum darah dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data menggunakan uji Saphiro-Wilk, kemudian jika distribusinya normal p 0,05 dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu arah dan post hoc test dengan tingkat kepercayaan 95. Uji ANOVA adalah uji untuk membandingkan mean lebih dari dua kelompok, sedangkan post hoc test membandingkan antar kelompok perlakuan. Syarat untuk uji ANOVA satu arah adalah data dengan distribusi normal p 0,05 dan variansi data homogen p 0,05. Jika nilai berat badan atau kadar trigliserida serum darah tidak terdistribusi normal atau variansi data tidak homogen, maka dilakukan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95 untuk mengetahui perbedaan berat badan dan kadar trigliserida masing-masing perlakuan kelompok. Namun apabila data yang diperoleh terdistribusi normal dan hasil uji ANOVA p 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah melihat kelompok mana saja yang berbeda. Untuk menentukan uji statistik selanjutnya yang digunakan, maka kembali kita lihat tabel Test of Homogeneity of Variances. Bila hasil tes menunjukan varian sama, maka uji selanjutnya yang digunakan adalah Uji Bonferroni. Namun bila hasil tes menunjukan varian tidak sama, maka uji lanjut yang digunakan adalah Uji Games-Howell.