12
3. Aspek-Aspek Harga Diri
Coopersmith 1967 membatasi harga diri sebagai evaluasi yang dibuat seseorang dan bersifat menetap. Dalam analisisnya tentang harga
diri, Coopersmith menjelaskan aspek-aspek yang ada di dalam harga diri, yaitu sebagai berikut:
a Kekuasaan Yang dimaksud kekuasaan adalah kemampuan mengontrol dan
mempengaruhi diri sendiri dan orang lain. Kekuasaan akan tampak apabila orang lain menghargai, mempertimbangkan hak dan pendapat
orang tersebut. b Rasa Keberartian
Rasa keberartian yang ada pada diri seseorang meliputi penerimaan, perhatian dan afeksi dari orang lain. Hal ini ditandai
dengan kehangatan, responsif, dan minat kepada orang lain seperti kepada dirinya sendiri.
c Pemilikan Moral dan Etik Penilaian benar dan salah sehingga individu mampu
bersosialisasi dengan baik sesuai dengan usianya. Orang tua sangat diharapkan untuk memberikan bimbingan yang sesuai dengan tradisi
setempat dan nilai-nilai keagamaan yang ada kepada anak-anak mereka. Indikator positif yang tampak adalah perilaku yang tidak
agresif, tidak mencuri, ketaatan berdoa dan kepatuhan, serta hormat kepada orang tua.
13
d Kompetensi Kompetensi digambarkan sebagai kemampuan individu dalam
mencapai prestasi. Hal ini akan tampak sebagai perilaku spontan serta kemandirian yang memberikan perasaan berharga terhadap segala
sesuatu yang dilakukannya. Selain keempat hal di atas, Coopersmith menambahkan bahwa
harga diri memiliki pengaruh besar terhadap penyesuaian diri yang baik, kebahagiaan personal, dan fungsi afektif baik pada anak-anak maupun
terhadap orang dewasa. Harga diri menunjukkan pengenalan individu terhadap diri sendiri serta sikap mereka terhadap diri sendiri.
4. Penggolongan Harga Diri
Harga diri dapat bersifat positif dan negatif. Rasa harga diri yang positif adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga,
berkemampuan, penuh kasih sayang dan menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam hubungan
dengan orang lain. Orang yang memiliki rasa harga diri positif biasanya juga memiliki rasa percaya diri, dapat membina hubungan yang sehat
dengan orang lain, melihat diri sebagai orang yang berhasil dan memperlakukan orang lain tanpa kekerasan. Sebaliknya rasa harga diri
yang negatif tercermin pada orang-orang yang cenderung memikirkan kegagalan, dan meremehkan kemampuan diri sendiri Berne Savary,
1998.
14
Coopersmith 1967 menggolongkan harga diri menjadi dua golongan, yaitu :
a. Harga Diri
Tinggi Harga diri tinggi adalah penilaian seseorang bahwa dirinya penting dan
berharga. Seseorang yang berharga diri tinggi percaya bahwa mereka adalah pribadi yang berhasil dalam hidup dan menerima diri, bahagia
dan lebih mampu memenuhi harapan lingkungan daripada mereka yang berharga diri sedang dan rendah Coopersmith, 1967. Harga diri
tinggi identik dengan harga diri positif. Harga diri positif merupakan harga diri yang paling sehat apabila seseorang dapat mengenal dan
menerima diri sendiri dengan segala keterbatasannya. Mereka mudah memandang keterbatasannya sehingga menjadi bagian dari realitas diri
Berne Savary, 1998. b. Harga diri rendah
Harga diri rendah adalah penilaian seseorang bahwa dirinya tidak berarti, tidak dibutuhkan dan kurang percaya diri. Harga diri yang
negatif diliputi rasa rendah diri, tampak tidak berharga, tidak mampu, tidak berdaya, tidak dicintai dan selalu membandingkan diri dengan
orang lain Berne Savary, 1998. Jadi dalam perkembangannya harga diri dapat digolongkan
menjadi tingkat tinggi dan rendah. Harga diri tinggi merupakan penilaian seseorang yang memandang bahwa dirinya penting dan berharga. Mereka
mampu menerima dirinya sendiri. Sedangkan orang yang memiliki tingkat
15
harga diri rendah biasanya merasa bahwa dirinya tidak berarti dan tidak berharga yang mengakibatkan kurangnya percaya diri.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan evaluasi seseorang secara global terhadap dirinya sendiri dan tingkah
lakunya, baik evaluasi negatif maupun positif terhadap kemampuan, keberhasilan, keberhargaan serta penerimaan individu yang berasal dari
interaksinya dengan orang lain. Harga diri seseorang tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk seiring dengan pengalaman-pengalaman dalam
kehidupannya. Pembentukan harga diri dipengaruhi oleh adanya penghargaan, pengertian, penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap
dirinya sendiri, psikologis individu, lingkungan keluarga, lingkungan sosial, kondisi fisik seseorang, dan juga adanya prestasi yang dicapainya.
5. Remaja