82 Penghitungan validitas seluruh item instrumen angket dibantu dengan
aplikasi SPSS Statistic versi 20. Pengambilan keputusan uji validitas dilakukan menggunakan batasan r
tabel
dengan signifikansi 0,05 dan uji dua sisi. Untuk batasan r
tabel
dengan jumlah n = 28, yaitu sebesar 0,413 Priyatno 2010: 115. Artinya, apabila r
hitung
0,413 maka item soal tersebut dianggap valid, sedangkan apabila r
hitung
0,413 maka item soal tersebut dianggap tidak valid Priyatno 2010: 91. Pengujian tersebut menghasilkan item soal yang memenuhi kriteria
valid sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1. Secara lengkap hasil perhitungan SPSS versi 20 dapat dilihat pada lampiran 24.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Soal
Keterangan Soal Valid
Soal Tidak
Valid Nomor Soal
2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38,
39, 40 1, 3, 5, 7, 20, 25, 28, 34,
36
Jumlah 31 butir soal
9 butir soal
4.1.1.2 Uji Realibilitas
Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument. Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataannya, maka berapa
kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Uji reliabilitas ini dilakukan hanya pada soal yang sudah dinyatakan valid. Berdasarkan uji validitas, ada 31 soal yang dinyatakan valid maka hanya 31
83 soal tersebut akan yang akan diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas instrumen
ini menggunakan teknik konsistensi internal dengan uji Cronbach’s Alpha. Untuk penghitungannya secara lengkap menggunakan SPSS versi 20. Berdasarkan uji
reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS versi 20 dapat disimpulkan nilai reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha dari
31 butir soal yang diujikan yakni sebesar 0,957. Hasil perhitungan uji reliabilitas
dapat dilihat pada lampiran 25. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha N of Items
.957 31
Uji reliabilitas biasanya menggunakan batas tertentu untuk menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen. Dengan melihat nilai Alpha pada kolom
Cronbach’s Alpha, kita dapat menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen. Menurut Sekaran 1992 dalam Priyatno 2010: 98, reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas keseluruhan dari
instrumen yang diujikan Alpha adalah 0,957 maka berarti instrumen yang
diujikan terbukti reliabel dan masuk dalam kategori sangat baik. 4.1.1.3 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk memperoleh soal yang baik yakni jumlah antara soal dengan kriteria mudah, sedang, dan sukar proporsional.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar, soal
84 yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya, dan begitu juga sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa serta tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya Arikunto 2006: 207. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, soal diujicobakan terlebih dahulu, kemudian
dianalisis lalu dihitung menggunakan rumus tingkat kesukaran soal. Soal yang dianalisis merupakan soal yang telah terbukti valid. Untuk menganalisis tingkat
kesukarankesulitan butir soal digunakan rumus di bawah ini:
Keterangan: P : Tingkat kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab benar Js : Jumlah seluruh peserta tes.
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: 0,00 - 0,30 berarti sukar
0,31 - 0,70 berarti sedang 0,71 - 1,00 berarti mudah Arikunto 2007: 208
Agar lebih mudah menganalisis tingkat kesukarankesulitan peneliti menggunakan aplikasi AnatesV4 sehingga dihasilkan banyaknya butir soal mudah
ada 27, butir soal sedang ada 8, dan butir soal sukar ada 5. Hasil perhitungan dengan aplikasi AnatesV4 dapat dilihat pada tabel 4.3. Hasil perhitungan tingkat
kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran 26.
85 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
Kategori Mudah Sedang Sukar
Nomor Soal 1, 3, 4, 10, 11, 12, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22 , 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40 2, 5, 6, 13, 14,
23, 26, 27 7, 8, 9, 24, 25
Jumlah 27 8
5 Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar yang peneliti gunakan
yakni 3:5:2. Artinya 30 soal kategori mudah, 50 soal kategori sedang, dan
20 soal kategori sukar Sudjana 2012: 136. 4.1.1.4 Analisis Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh
berkemampuan rendah Arikunto 2006: 211. Daya pembeda butir soal untuk
soal pilihan ganda dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelas atas
J
B
= banyaknya peserta kelas bawah
B
A =
banyaknya peserta kelas atas yang menjawab soal itu dengan benar
B
B=
banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= = proporsi peserta kelas atas yang menjawab dengan benar
P
B
= = proporsi peserta kelas bawah yang menjawab dengan benar
86
Arikunto 2007: 214 Klasifikasi daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut yaitu:
D = 0,00 – 0,20 = jelek poor. D = 0,21 – 0,40 = cukup satifactory.
D = 0,41 – 0,70 = baik good. D = 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent
D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak dipakai. Arikunto 2007: 218
Hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi AnatesV4 menghasilkan
perbandingan tingkat kesukaran sebagai berikut:
Tabel 4.4 Tabel Hasil Perhitungan Daya Beda Soal No Soal
P P
D Kriteria 1 8 7 0,12
Jelek 2 8 3 0,62
Baik 3 8 8 0
Jelek 4 8 4 0,50
Baik 5 8 8 0
Jelek 6 6 1 0,62
Baik 7 1 0 0,12
Jelek 8 8 4 0,50
Baik 9 8 3 0,62
Baik 10 8 6 0,25
Cukup 11 8 6 0,25
Cukup 12 8 6 0,25
Cukup 13 6 1 0,62
Baik 14 7 0 0,87
Baik 15 8 3 0,62
Baik 16 8 2 0,75
Baik 17 8 4 0,50
Baik 18 8 5 0,37
Cukup 19 6 2 0,50
Baik 20 8 6 0,25
Cukup 21 7 1 0,75
Baik 22 6 0 0,75
Baik
87 23 6 0 0,75
Baik 24 8 2 0,75
Baik 25 0 1 -0,12
Negatif 26 6 0 0,75
Baik 27 8 4 0,50
Baik 28 8 8 0 Baik
29 8 3 0,62 Jelek
30 8 3 0,62 Baik
31 8 3 0,62 Baik
32 6 0 0,75 Baik
33 6 1 0,62 Baik
34 8 6 0,25 Cukup
35 8 4 0,50 Baik
36 8 8 0 Jelek 37 8 6 0,25
Cukup 38 8 2 0,75
Baik 39 8 3 0,62
Baik 40 8 6 0,25
Cukup Daya Beda Jelek
= 6 soal 1, 3, 5, 7, 28, 36
Daya Beda Cukup = 8 soal 10, 11, 12,18, 20, 34, 37, 40
Daya Beda Baik = 16 soal 2, 4, 6, 8, 9, 13, 15, 17, 19, 27,
29, 30, 31, 33, 35, 39
Daya Beda Baik Sekali = 9 soal 14, 16, 21, 22, 23, 24, 26, 32, 38
Daya Beda Negatif = 1 soal 25
Peneliti menetapkan bahwa butir soal yang akan dipakai sebagai instrumen yakni butir soal yang memiliki klasifikasi daya beda cukup, baik, atau
baik sekali. Sedangkan butir soal berdaya beda jelek dan negatif tidak dipakai.
Butir soal yang dipakai sebagai instrumen harus memenuhi 5 kriteria
yaitu: 1. Dinyatakan valid setelah pengujian validitas konstruksi dan isi
2. Reliabel
88
3. Perbandingan jumlah butir soal yang akan dipakai adalah :
Soal Mudah 30 : Soal Sedang 50 : Soal Sukar 20 = 3 Soal : 5 Soal :
2 Soal jumlah 10 soal 4. Butir soal memiliki klasifikasi daya beda mimimal cukup.
5. Mencakup semua materi yang akan diajarkan
Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti telah menetapkan butir-butir soal yang dijadikan alat ukur hasil belajar siswa yaitu butir soal nomor 2, butir
soal nomor 4, butir soal nomor 6, butir soal nomor 8, butir soal nomor 9, butir soal nomor 15. butir soal nomor 18, butir soal nomor 22, butir soal nomor 23, dan butir
soal nomor 31. Jumlah butir soal yang akan digunakan yaitu 10 soal.
4.1.2 Uji Kesamaan Rata-Rata