11
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kreativitas Belajar
2.1.1 Definisi
“Kreativitas adalah suatu proses menghasilkan sesuatu yang baru, baik itu objek atau gagasan dalam suatu susu
nan baru” Hurlock dalam Tjandrasa, 1990:2.
Menurut Utami 2003:96, “kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta
kemampuan anak dalam mengelaborasimemperkaya, mengembangkan, dan merinci su
atu gagasan”. Menurut Surya 2003:724, “kreativitas adalah suatu proses yang
mencerminkan kelancaran, kelenturan, atau fleksibilitas, keaslian, atau orisinalitas dapat dipandang sebagai keaslian atau orisinalitas dalam berpikir, kemampuan
untuk mengembang kan atau merinci suatu gagasan”.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, yang di
dalamnya terdapat suatu proses menghasilkan objek atau gagasan dalam suatu susunan yang baru. Sedangkan kreativitas belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam belajar memperhatikan, tulis menulis, mendengarkan, menggambar, merinci, melatih keterampilan, melatih emosi, dan sebagainya.
2.1.2 Faktor-Faktor Kreativitas Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa menurut Hurlock dalam Tjandrasa 1990:8, adalah sebagai berikut:
1. Jenis kelamin. Anak laki-laki menunjukkan kreativitas lebih besar daripada anak
perempuan. Hal ini disebabkan karena perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki, dimana mereka lebih diberi kesempatan mandiri dan
didesak guru atau orang tua untuk menunjukkan orisinalitas, inisiatif, kebebasan berpikir dan bertingkah laku kreatif daripada anak perempuan.
2. Status sosial ekonomi. Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung
lebih kreatif dari anak kelompok sosial yang lebih rendah karena pola kesempatan memperoleh pengalaman dan pengetahuan.
3. Urutan kelahiran. Studi menunjukkan bahwa anak dari berbagai urutan kelahiran yang
berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda pula. 4. Ukuran keluarga.
Anak dari keluarga kecil bila dalam kondisi yang sama cenderung lebih kreatif dari keluarga besar.
5. Lingkungan kota dan desa. Anak dari lingkungan perkotaan cenderung lebih kreatif dari anak
lingkungan pedesaan. 6. Intelegensi.
Anak pandai menunjukkan kreativitas lebih tinggi dari yang kurang pandai.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa anak laki-laki yang status sosial ekonominya baik dan urutan kelahiran yang pertama dalam keluarga kecil yang
berada di lingkungan perkotaan dan anak tersebut berintelegensi tinggi. Anak tersebut mempunyai kreativitas yang tinggi
Menurut Davis dalam Slameto 2003:154, menyatakan ada tiga faktor yang perlu diperhatikan didalam pengembangan kreativitas yaitu
meliputi: 1. Sikap individu.
Secara aktif guru perlu membantu siswa mengembangkan kesadaran diri yang positif dan menjadikan siswa sebagai individu
yang seutuhnya dengan konsep diri yang positif, sehingga siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Kemampuan dasar yang diperlukan. Mencakup berbagai kemampuan berpikir pemecahan masalah
yang kreatif misalnya:
a. Tahap permasalahan. b. Memilah masalah yang perlu dipecahkan.
c. Informasi dan sumber-sumber yang mendukung. d. Antisipasi kemungkinan yang terjadi.
e. Mengambil keputusan.
3. Teknik-teknik yang digunakan. Teknik-teknik
yang diperlukan
untuk mengembangkan
kreativitas adalah: a. Pendekatan inquiry pencaritahuan untuk meningkatkan
fungsi intelegensi siswa. b. Sumbang saranbrain storming untuk membantu siswa
mengemukakan gagasan-gagasan. c. Penghargaan terhadap siswa yang berprestasi.
Berdasarkan pendapat tersebut, cara mengembangkan kreativitas yaitu guru aktif membantu mengembangkan kesadaran diri yang positif pada siswa, dari
diri siswa sendiri harus mumpuni dalam kemampuan berpikir. Kemudian guru melakukan pendekatan inquiry, sumbang saran, dan memberi penghargaan kepada
siswa. Sehingga dapat memacu siswa untuk berkreasi.
2.1.3 Ciri-Ciri Kreativitas Belajar