3. Listening activities yaitu kegiatan yang berhubungan dengan mendengarkan, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato, dan sebagainya. 4. Writing activities yaitu kegiatan yang ada hubungan dengan menulis,
seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, dan sebagainya.
5. Drawing activities yaitu kegiatan yang ada hubungannya dengan menggambar,
seperti: membuat
grafik, menggambar
peta, menggambar atlas, membuat diagram, membuat bagan, dan
sebagainya. 6. Motor activities yaitu kegiatan yang ada hubungannya dengan
keterampilan, seperti: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan sebagainya.
7. Emotional activities yaitu kegiatan yang ada hubungan dengan emosi, seperti: menaruh kreativitas, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis kreativitas belajar sangat beragam jenisnya, baik yang menyangkut aktivitas
mental maupun fisik. Semua beraktivitas belajar tersebut dapat menentukan tingkat kreativitas siswa dari masing-masing individu maupun kelompok.
Kreativitas akan menentukan keberhasilan siswa siswa dalam pembelajaran. Berkaitan dengan hal itu, maka kreativitas belajar siswa yang menyangkut
visual activities, oral activities, listening activities, writing acitivities, drawing activities, motor activities, dan emotional activities perlu dipupuk dan
ditumbuhkembangkan kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.1.5 Teori-Teori Tentang Proses Kreatif
2.1.5.1 Teori Rogers.
Berabad-abad orang berupaya menjelaskan apa yang terjadi apabila seseorang mencipta. Salah satu teori yang sampai sekarang banyak dikutip adalah
Menurut Rogers dalam Utami 1999:49, tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif adalah:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman.
2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang internal locus of evaluation.
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-
konsep.
Setiap orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini dapat berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-
karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam internal press untuk berkreasi.
2.1.5.2 Teori Wallas
Menurut Wallas dalam Utami 1999:58, yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu:
1. Persiapan, 2. Inkubasi,
3. Iluminasi, dan 4. Verifikasi.
Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya
kepada orang lain, dan sebagainya. Pada
tahap kedua,
kegiatan mencari
dan menghimpun
datainformasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah
tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar. Sebagaimana terlihat dari
analisis biografi maupun dari laporan tokoh seniman dan ilmuwan, tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik
mula dari suatu penemuan atau kreasi baru berasal dari daerah pra sadar atau timbul dalam keadaan ketidaksadaran penuh.
Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya “insight” atau “aba-
erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses- proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru.
Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran
kritis dan konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi pemikiran kreatif harus diikuti oleh proses konvergensi pemikiran kritis.
Berdasarkan hal itu, seseorang dalam mencipta sesuatu yang baru dimulai
dengan mempersiapkan diri, menghimpun data sehingga dapat menimbulkan inspirasi baru, kemudian mengevaluasi dimana ide atau kreasi baru tersebut diuji
terhadap realitas.
2.2 Lingkungan