ii
2.5 Analisis Materi
Pencapaian kompetensi larutan penyangga dan hidrolisis garam merupakan beberapa materi yang harus dikuasai kelas XI SMA. Pembelajaran akan efektif jika
disampaikan dengan metode yang sesuai, maka dari itu peneliti mencoba menganalisis hal tersebut.
2.5.1 Sifat Larutan garam
Sifat larutan garam dan konsep hidrolisis bukanlah sekedar hafalan saja, karena siswa harus dapat membedakan garam yang bersifat asam, basa atau netral. Siswa juga
harus dapat membedakan antara reaksi hidrolisis dengan reaksi yang lain. Guru perlu membangun pengetahuan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai.
Salah satunya adalah dengan penerapan problem solving. Pada pembelajaran ini peran siswa di kelas lebih besar yakni siswa aktif belajar. Siswa dapat melakukan kegiatan
pemecahan yaitu dengan menyelesaikan masalah, dapat juga berinteraksi dengan temannya sehingga terjadi diskusi.
Pemahaman siswa terhadap konsep dapat dibangun melalui pertanyaan- pertanyaan yang merangsang siswa agar berpikir kritis atau bahkan dengan melakukan
pembuktian terhadap hipotesis dari masalah yang muncul. Sebagai contoh, guru akan memberikan pertanyaan.
Perhatikan contoh senyawa –senyawa berikut:
HCl, C
6
H
12
O
6
, NaOH, NaCl, KCN, CH
3
COOH, HCN, NH
4
Cl, CaOH
2
, CH
3
COONH
4
, NH
3
, CONH
2 2
dan Na
2
CO
3
. Dari contoh di atas jawablah pertanyaan berikut ini
ii a.
Bagaimanakah reaksi senyawa – senyawa di atas ketika dilarutkan dalam air? b.
Kelompokkanlah senyawa – senyawa yang menghasilkan ion H
+
? c.
Kelompokkanlah senyawa – senyawa yang menghasilkan ion OH
-
? d.
Mengacu pada definisi asam – basa Arrhenius, manakah senyawa yang termasuk asam dan basa?
Siswa dapat merumuskan masalah “apa saja senyawa yang mengalami ionisasi?
Apa saja senyawa yang menghasilkan ion H
+
? apa saja senyawa yang bisa menghasilkan senyawa OH
-
? Mana sajakah senyawa asam dan basa mengacu pada pendapat Arrhenius?” Selanjutnya akan ada hipotesis – hipotesis. Di sinilah siswa diajak untuk
berfikir kritis tentang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan.
Setelah siswa mampu mengklasifikasikan senyawa asam, basa dan garam, siswa dipancing untuk bisa membedakan sifat
– sifat garam yang terhidrolisis dalam air. Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan, seperti:
1. Kenapa larutan Na
2
CO
3
dapat membirukan lakmus merah? 2.
Kenapa larutan NH
4
Cl dapat memerahkan kertas lakmus biru? 3.
Kenapa larutan NaCl tidak mengubah kertas lakmus merah maupun kertas lakmus biru?
Pertanyaan – pertanyaan di atas akan memicu siswa untuk merumuskan masalah,
kemudian membuat hipotesis dan membuktikan hipotesis tersebut. Keterlibatan langsung siswa dalam proses pemahaman terhadap sifat garam seperti ini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa dapat membedakan sifat-sifat garam. Keadaan di lapangan yang terjadi menunjukkan metode pembelajaran yang
digunakan guru kimia SMA N 3 Magelang adalah metode ceramah. Pembelajaran seperti
ii ini guru berperan sebagai penyampai informasi dan siswa sebagai penerima informasi.
Pemahaman terhadap konsep yang sesungguhnya akan lebih rendah bila dibandingkan dengan penerapan problem solving. Ketika diberikan beberapa senyawa garam maka
siswa akan merasa sulit untuk membedakan garam yang bersifat asam, basa atau netral. Karena yang siswa ketahui adalah contoh-contoh garam yang diberikan oleh guru.
2.5.2 Penghitungan pH garam yang terhidrolisis
Penentuan pH suatu senyawa garam yang terhidrolisis dalam air memang sudah ada aturan yang biasa di pakai. Namun biasanya dalam menyampaikan materi tentang
penentuan pH garam siswa jarang sekali diberi tahu akan latar belakang aturan tersebut. Siswa cenderung diarahkan untuk mengingat aturan tersebut, sehingga jika siswa tidak
ingat maka siswa tidak dapat menentukan pH garam yang terhidrolisis dalam air. Pada pembelajaran problem solving siswa telah dibimbing untuk memahami latar
belakang aturan tersebut. Salah satu contoh kegiatan problem solving yang telah siswa lakukan yaitu siswa mencari tahu mengapa larutan Na
2
CO
3
dan larutan NH
4
Cl pada konsentrasi dan volume yang sama memiliki pH yang berbeda dan bagaimanakah urutan
penentuan pH masing – masing larutan garam tersebut. Proses – proses tersebut telah
membantu siswa memahami konsep bukan menghafalkan konsep sehingga apabila siswa lupa rumus untuk menghitung pH garam, siswa tetap bisa mengerjakan soal dan
menentukan pH garam – garam hidrolisis.
ii
2.6 Kerangka Berpikir