Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ii Tabel 4.4 Hasil pengamatan aktivitas siswa No. Pencapaian Siklus I Siklus II Observer I Observer II Observer I Observer II 1 2 3 4 5 6 Nilai terendah Nilai tertinggi Rataan nilai Simpangan baku Siswa tuntas Siswa tidak tuntas 60 90 81 8 28 4 60 90 79 8 28 4 70 90 83 6 30 2 65 90 81 6 30 2

4.2 Pembahasan

4.2.1 Siklus I

Pada siklus I pencapaian kompetensi yang digunakan yaitu larutan penyangga dengan sub pencapaian kompetensi jenis larutan penyangga, pH larutan penyangga dan cara kerja larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari. Pada tahap ini guru peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pembelajaran, LDS, soal test siklus I dan lembar observasi. Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 – 11 April 2013. Siklus I terbagi empat kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada pertemuan I siswa diajak untuk praktikum larutan penyangga dengan tujuan untuk mempelajari sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan asam, basa maupun pengenceran. Pada pertemuan II siswa mempelajari pencapaian kompetensi pengertian dan sifat larutan penyangga. Pada pertemuan III siswa diajak untuk menghitung pH dan pOH larutan penyangga. Pada pertemuan IV siswa mempelajari fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari. ii Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama siklus I ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan penyangga dan bukan penyangga pada penambahan asam, basa maupun pengenceran melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum. Pada kegiatan yang pertama yaitu kegiatan persiapan menyiapkan alat dan menyiapkan larutan kerja pengamatan secara umum terlihat ada 6 kelompok yang langsung melakukan kegiatan persiapan tanpa diingatkan guru, sedangkan 2 kelompok yang lain melaksanakan kegiatan persiapan setelah diingatkan guru. Tahap kedua yaitu tahap kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga pengamatan yaitu keterampilan dan ketepatan mengambil larutan, keterampilan mengukur pH, dan kerjasama dalam kelompok. Dari pengamatan ada 3 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran dan tidak tumpah, 21 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran tetapi disaat mengambil ada yang tumpah dan ada 8 siswa yang hanya salah satu bahan yang diambil sesuai dengan takaran. Pengamatan selanjutnya adalah mengamati keterampilan siswa mengukur pH larutan. Dari pengamatan terlihat 1 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tepat 28 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mampu mencocokkan range pH dengan kurang tepat dan 3 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tidak tepat. Pengamatan terakhir dari kegiatan praktikum adalah kemampuan bekerjasama siswa dengan anggota kelompk dalam kegiatan praktikum. Dari ii pengamatn terlihat 6 siswa mampu bekerja sama, dan melakukan praktikum dengan kelompoknya, 22 siswa mampu bekerja sama, tetapi kadang membantu kelompoknya melakukan praktikum, dan 4 siswa mampu bekerja sama, tetapi tidak membantu kelompoknya melakukan praktikum. Tahap ketiga adalah penyusunan laporan sementara. Laporan sementara ini disusun per kelompok. Ada 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru tanpa diingatkan guru, sedangkan 4 kelompok yang lain 4 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru stelah diingatkan guru. Pada tahap ketiga ini juga diamati kemampuan siswa dalam menulis persamaan reaksi. Terlihat ada 16 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan mampu menentukan larutan penyangga, 22 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi, tetapi tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga dan 3 siswa tidak mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan penyangga. Tahap keempat adalah kegiatan setelah praktikum. Ada tiga fokus pengamatan, yaitu: menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan, membersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan mengembalikan alat-alat yang sudah bersih ke tempat semula. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat 5 kelompok melakukan semua kegiatan tersebut tanpa diingatkan guru, sedangkan 3 kelompok yang lain melakukan kegiatan tersebut setelah diingatkan guru. Dari uraian kegiatan praktikum di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam kegiatan persiapan praktikum cukup baik, mencakup proporsi 6 kelompok dari 8 kelompok. Kemampuan siswa dalam praktikum khususnya dalam mengambil larutan ii kerja sudah sesuai takaran tapi masih ada larutan yang tumpah hal ini terjadi pada 28 siswa. Baru 4 kelompok yang memiliki kesadaran untuk membuat laporan sementara dan dikumpulkan kepada guru tanpa diingatkan guru. Setelah kegiatan praktikum hanya 5 kelompok dari 8 kelompok yang membersihkan dan mengembalikan alat-alat praktikum ke tempat semula. Pertemuan kedua dilaksanakana pada hari kamis tanggal 4 April 2013. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 30 siswa 2 siswa tidak masuk karena izin. Siswa yang fokus pada penjelasan guru sebanyak 20 siswa, 4 siswa tidak sebangku bermain dengan laptop masing- masing, 2 siswa sebangku cerita sendiri, 1 siswa mengerjakan PR mata pelajaran lain, 2 siswa sebangku diskusi hal diluar pelajaran, 1 siswa mengantuk. Adanya siswa yang belum fokus pada penjelasan guru dikarenakan pada pertemuan pertama di kelas suara guru belum bisa didengar jelas oleh semua siswa. Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 16 siswa 13 siswa tidak membawa buku catatan 3 siswa tidak mau mencatat, Siswa yang mengemukakan pendapat kepada guru sebanyak 8 siswa 16 siswa merasa malu, 8 siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis terlihat saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 20 siswa 5 kelompok, Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok sebanyak 16 siswa 4 kelompok, Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 8 wakil siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada senin 8 April 2013. Pada pertemuan ketiga ini, guru memperbaiki kekurangan dipertemuan sebelumnya. Guru mengacak tempat duduk siswa yang ngobrol sendiri dengan teman sebangkunya. Siswa yang sudah ii dipindah masih mengajak ngobrol teman sebangku yang baru, guru memperbaiki dengan meminta siswa yang ramai tersebut untuk maju ke depan mengerjakan soal latihan. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa, 1 siswa tidak hadir karena sakit, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 26 siswa. 2 siswa sebangku cerita sendiri, 2 siswa tidak sebangku bermain dengan laptop masing – masing, dan 1 siswa kurang memperhatikan pelajaran karena sakit. Pada pertemuan kedua di kelas, suara guru bisa didengar siswa yang duduk di barisan belakang. Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 28 siswa. Siswa mulai aktif mencatat karena materi yang diterangkan guru membantu siswa lebih memahami pelajaran, sehingga siswa mencatat apa yang diterangkan guru untuk kemudian dipelajari lagi di rumah. Beberapa siswa berani bertanya saat mengalami kesulitan dalam mempelajari materi yang diajarkan, Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 24 siswa 6 kelompok, Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 12 wakil siswa. Pertemuan keempat dilaksanakan pada rabu 8 April 2013. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa, 1 siswa tidak masuk karena sakit. Siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 30 siswa. Pada pertemua keempat ini siswa fokus pada pembelajaran, 1 siswa kurang fokus karena sakit, tapi siswa ini tidak gaduh dan tidak mengganggu siswa yang lain. Suara guru sudah bisa didengar semua siswa. Siswa yang mencatat materi yang ii diterangkan guru sebanyak 30 siswa. Siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 16 siswa. Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa 7 kelompok. Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 10 wakil siswa. Hasil pengamatan siklus I dari pertemuan satu sampai pertemuan empat menunjukkan proses pembelajaran yang semakin baik. Siswa sudah memahami model pembelajran yang digunakan. Pada akhir siklus I, dilakukan tes untuk menguji pemahaman siswa. Tes yang digunakan berupa tes uaraian, terdiri atas 5 soal. 1. Soal nomor 1 Soal nomor satu ini berkaitan dengan praktikum yang telah siswa lakukan. Soal bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang praktikum yang telah dilakukan, sehingga siswa yang melakukan praktikum dengan baik akan dapat menjawab soal ini dengan baik. Pada soal nomor satu ini siswa diajak untuk menganalisis mana larutan yang termasuk larutan penyangga. Rata – rata siswa dapat menjawab dengan baik soal nomor satu, terlihat dari banyak siswa yang mendapat skor maksimal. ii Gambar 4.1 Jawaban siswa kode siswa S-1 untuk soal nomor satu larutan penyangga 2. Soal nomor 2 Soal nomor dua berisi tentang perhitungan pH larutan penyangga. Siswa diberi suatu asam lemah dan suatu garam, kemudian siswa diminta untuk menentukan berapa pH dari campuran tersebut. Soal nomor dua ini termasuk soal C2 dengan kategori mudah. Soal ini dipilih karena soal ini termasuk soal perhitungan tapi mudah, sehingga tidak menurunkan mental siswa untuk mengerjakan soal berikutnya. 3.Soal nomor 3 Soal nomor tiga berisi tentang perhitungan komposisi komponen larutan penyangga. Soal ini masuk jenjang C2 dengan kategori sulit. Soal ini dipilih karena soal ini berada dikategori sulit dimana soal sebelumnya soal nomor dua berada pada kategori mudah sehingga ada jenjang kesulitan soal yang dikerjakan siswa. ii 4.Soal nomor 4 Soal nomor empat tentang penentuan massa salah satu komponen larutan penyangga. Soal ini termasuk jenjang C3 pada kategori sedang. Soal ini dipilih karena soal ini soal perhitungan yang memiliki langkah pengerjaan cukup detail. Gambar 4.2 Jawaban siswa kode siswa S-1 soal nomor empat larutan penyangga 5. Soal nomor Soal nomor lima berisi tentang fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Soal ini termasuk jenjang C4 dengan kategori sulit. Soal ini dipilih karena soal ini berupa soal analisis, siswa diajak untuk berfikir tentang manfaat larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam tubuh makhluk hidup. ii Gambar 4.3 Jawaban siswa kode S-1, soal nomor lima larutan penyangga Pada tes siklus I ini hanya dipilih 5 soal karena berkaitan dengan alokasi waktu yang tersedia. Kelima soal uraian ini ditujukan untuk mewakili tiga indikator yaitu: menganalis larutan penyangga dan bukan penyangga, menghitung pH atau pOH larutan penyangga, dan menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Lima soal uraian ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, karena kesulitan yang berbeda tersebut skor maksimal untuk masing-masing soal juga berbeda. Penskoran masing – masing soal dapat dilihat pada lampiran. Jumlah lima soal secara kuantitas belum menyakinkan apakah indikator pencapaian kompetensi bisa terpenuhi atau tidak, tapi selama penelitian siswa juga diberikan lembar diskusi siswa LDS, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok diberikan lembar diskusi yang berbeda. Lembar diskusi ini diberikan pada pertemuan keempat. Di sinilah letak problem solving dalam penelitian ini. Pada diskusi ini setiap kelompok terdiri atas empat siswa, setiap kelompok menunjuk ketua kelompok tersebut. Ketua kelompok maju ke depan untuk mengambil undian nomor soal. ii Ketua kelompok juga mengatur diskusi di masing-masing kelompoknya. Setelah berdiskusi, ketua kelompok yang memutuskan siapa dari anggota kelompoknya yang akan maju untuk presentasi hasil diskusi kelompok mereka. LDS pada siklus I ini dapat dilihat pada lampiran. Siklus I ini menghasilkan data hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik dan aktivitas belajar. Hasil ini diambil dari tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata –rata 82 Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Banyaknya siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Pencapaian ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas yang ditargetkan. Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Pada penelitian ini,observasi dilakukan oleh dua observer, satu observer duduk di kelas bagian depan sedangkan observer yang satu lagi duduk di kelas bagian belakang. Perbedaan tempat duduk ini salah satu penyebab adanya perbedaan hasil observasi untuk siswa yang sama. Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 25 siswa. Pada lembar observasi aktivitas siswa juga juga diamati oleh dua observer. Satu observer duduk di kelas bagian depan dan satu observer lagi duduk di kelas bagian belakang. Hal inilah penyebab adanya hasil yang berbeda untuk siswa yang sama. Observer yang duduk di kelas bagian depan dapat secara jelas mengamati siswa yang duduk di dua barisan depan sedangkan siswa yang duduk di dua barisan belakang kurang jelas teramati. Segitu halnya dengan observer yang duduk di kelas bagian belakang. ii Rincian hasil belajar afektif ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan rincian aktifitas siswa ditunjukkan pada Gambar 4.5 Gambar 4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari aspek kognitif siswa yang mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 75 sebesar proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Aktivitas belajar, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang mendapat kategori baik sekurang-kurangnya proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Aspek kognitif , aspek afektif dan aktivitas sudah menunjukkan indikator keberhasilan sedangkan untuk aspek psikomortik belum menunjukkan keberhasilan indikator. Proporsi tiga per empat siswa di kelas XI IA2 yang berjumlah 32 adalah 24 siswa. Jika hanya 20 siswa yang tuntas maka untuk aspek psikomortik ini, belum 5 10 15 20 25 A B C K 13 22 4 3 B an y ak Si swa Kategori Penilaian Afektif 5 10 15 20 A B C K 8 16 6 2 B an y ak Si swa Kategori Penilaian ii dikatakan berhasil. Sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II untuk bisa mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus I ini aspek kognitif, afektif dan aktivitas belajar siswa sudah mencapai target penelitian, tapi masih ada beberapa kekurangan, seperti siswa yang kurang fokus pada pembelajaran, siswa malu untuk maju ke depan, siswa yang mengganggu siswa lain. Kekurangan ini diperbaiki pada siklus II. Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata –rata 82. Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 54. Jumlah siswa yang mencapai KKM melebihi proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA 2. Cara yang telah ditempuh dalam pembelajaran problem solving ini dengan memberi soal – soal kepada siswa, lalu diminta pemecahannya Andrian ,2004. Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 27 siswa. Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 25 siswa. Pencapaian ini menunjukkan problem solving memacu siswa untuk aktif dalam pembelajaran Kholifatul khoiriyyah 2011. . Beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus I dan diharapkan dapat dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1. Mempertahankan kondisi pembelajaran yang tercipta dan lebih ditingkatkan lagi. 2. Pengelolaan waktu selama proses pembelajaran. Guru harus bisa mengelola waktu dengan baik sehingga waktu pembelajaran tidak melebihi waktu yang telah ditentukan. 3. Mengacak tempat duduk siswa, sehingga meminimalisir siswa untuk gaduh dengan teman sebangku. 4. Memberikan bimbingan kepada siswa secara merata. Bimbingan yang diberikan bukan hanya kepada siswa yang berani bertanya tetapi juga kepada siswa yang belum berani mengemukakan pendapat mereka. ii 5. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa agar berani bertanyamengungkapkan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi perlu ditingkatkan. 6. Mengkondisikan siswa dalam kelompok. Guru lebih memberikan pemahaman kepada siswa untuk bekerja secara kelompok. Siswa yang lebih pintar memberi tahu dan membeimbing teman sekelompoknya yang belum paham sehingga terbentuk kerjasama dalam mengerjakan LDS. 7. Guru lebih memberikan penekanan dan penguatan pada pembelajaran praktikum, supaya siswa lebih paham tentang cara melakukan kerja di labolatorium.

4.2.2 Siklus II

Perencanaaan siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I. Kelemahan dari siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II materi yang digunakan yaitu hidrolisis garam dengan sub materi sifat larutan garam dan konsep hidrolisis, menghitung pH larutan garam. Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 – 29 April 2013. Siklus II terbagi tiga kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada pertemuan pertama siswa diajak untuk praktikum hidrolisis garam dengan tujuan untuk menyelidiki sifat asam, basa atau netral berbagai jenis larutan garam. Pada pertemuan II siswa diberi materi tentang pengertian dan sifat larutan penyangga. Pada pertemuan III siswa diajak untuk menghitung pH dan pOH larutan penyangga. Pada pertemuan IV siswa mempelajari fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari – hari. ii Dari pelaksanaan siklus II diperoleh data hasil pengamatan kinerja siswa dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan I siklus II ini, siswa diajak untuk mengetahui sifat larutan garam melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Sebelum siswa memulai kegiatan praktikum, guru memberikan pre test kepada siswa untuk memancing pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipraktikumkan. Pre test ini berlangsung 20 menit. Kegiatan praktikum ini terdiri atas empat bagian, yaitu: kegiatan persiapan, kegiatan praktikum, membuat laporan sementara dan yang terakhir kegiatan setelah praktikum. Pada kegiatan yang pertama yaitu kegiatan persiapan menyiapkan alat dan menyiapkan larutan kerja pengamatan secara umum terlihat semua kelompok langsung melakukan kegiatan persiapan tanpa diingatkan guru. Tahap kedua yaitu tahap kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga pengamatan yaitu keterampilan dan ketepatan mengambil larutan, keterampilan mengukur pH, dan kerjasama dalam kelompok. Dari pengamatan ada 5 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran dan tidak tumpah, 22 siswa tepat mengambil bahan sesuai takaran tetapi disaat mengambil ada yang tumpah dan ada 5 siswa yang hanya salah satu bahan yang diambil sesuai dengan takaran. Pengamatan selanjutnya adalah mengamati keterampilan siswa mengukur pH larutan. Dari pengamatan terlihat 10 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tepat 20 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mampu mencocokkan range pH dengan kurang tepat dan 2 siswa mengenali perubahan warna indikator universal dan mencocokkan range pH dengan tidak tepat. Pengamatan terakhir dari kegiatan praktikum adalah kemampuan bekerjasama siswa dengan anggota kelompk dalam kegiatan praktikum. Dari pengamatn terlihat 17 ii siswa mampu bekerja sama, dan melakukan praktikum dengan kelompoknya dan 15 siswa mampu bekerja sama, tetapi kadang membantu kelompoknya melakukan praktikum. Tahap ketiga adalah penyusunan laporan sementara. Laporan sementara ini disusun per kelompok. Ada 6 kelompok yang membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru tanpa diingatkan guru, sedangkan 2 kelompok yang lain membuat laporan sementara dengan jujur dan hasilnya diserahlan kepada guru stelah diingatkan guru. Pada tahap ketiga ini juga diamati kemampuan siswa dalam menulis persamaan reaksi. Terlihat ada 19 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan mampu menentukan sifat garam, 8 siswa mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi, tetapi tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan garam dan 3 siswa tidak mampu menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan tidak bisa menentukan mana yang merupakan larutan garam. Tahap keempat adalah kegiatan setelah praktikum. Ada tiga fokus pengamatan, yaitu: menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan, membersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan mengembalikan alat-alat yang sudah bersih ke tempat semula. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat 5 kelompok melakukan semua kegiatan tersebut tanpa diingatkan guru, sedangkan 3 kelompok yang lain melakukan kegiatan tersebut setelah diingatkan guru. Dari uraian kegiatan praktikum di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam kegiatan persiapan praktikum cukup baik, mencakup proporsi 6 kelompok dari 8 kelompok. Kemampuan siswa dalam praktikum khususnya dalam mengambil larutan kerja sudah sesuai takaran tapi masih ada larutan yang tumpah hal ini terjadi pada 28 ii siswa. Baru 4 kelompok yang memiliki kesadaran untuk membuat laporan sementara dan dikumpulkan kepada guru tanpa diingatkan guru. Setelah kegiatan praktikum hanya 5 kelompok dari 8 kelompok yang membersihkan dan mengembalikan alat-alat praktikum ke tempat semula. Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada senin 22 April 2013. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengacak tempat duduk siswa. Siswa yang kurang fokus pada pembelajaran siklus I ditempatkan pada bangku paling depan. Dari lembar pengamatan siswa diperoleh hal – hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 32 siswa, siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 32 siswa, Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 28 siswa 4 siswa tidak mencatat karena tidak membawa buku catatan, siswa yang mengemukakan pendapat kepada guru sebanyak 18 siswa, Siswa mampu menyampaikan gagasan secara tertulis sebanyak 15 siswa. Saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa 7 kelompok. Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 12 wakil siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kamis 25 April 2013. Sebelum pembelajarn dimulai guru mengacak tempat duduk siswa. Siswa yang tidak mencatat pada pertemuan sebelumnya ditempatkan pada bangku paling depan. Dari lembar pengamatan, diperoleh hal-hal sebagai berikut: Siswa yang hadir sebanyak 32 siswa, Siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 32 siswa, Siswa yang mencatat materi yang diterangkan guru sebanyak 30 siswa di buku catatan 2 siswa mencatat di buku mata pelajaran lain, Siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 20 siswa, Siswa mampu menyampaikan gagasan ii secara tertulis sebanyak 20 siswa terlihat saat guru memberikan soal, siswa berani menyelesaikan soal tersebut di depan kelas. Siswa yang saling bertanya, menjelaskan, berdiskusi dalam kelompok sebanyak 28 siswa 7 kelompok. Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi sebanyak 24 wakil siswa. Hasil pengamatan siklus II dari pertemuan satu sampai pertemuan empat menunjukkan proses pembelajaran yang semakin baik. Siswa sudah memahami model pembelajran yang digunakan. Pada akhir siklus II, dilakukan tes untuk menguji pemahaman siswa. Tes yang digunakan berupa tes uaraian, terdiri atas 5 soal. 1.Soal nomor satu Soal nomor satu ini mengulas tentang ciri-ciri garam yang terhidrolisis dalam air melalui percobaan. Siswa diberi 10 macam garam kemudian diminta menentukan sifat garam tersebut ketika dilarutkan dalam air. Soal ini termasuk jenjang C1 dengan kategori sulit. Soal ini dilipih karena soal ini termasuk jenjang dasar tapi tidak terlalu mudah. 2.Soal nomor dua Soal ini berisi tentang perhitungan pH suatu larutan garam. Soal ini termasuk jenjang C2 dengan kategori sedang. Soal ini dipilih karena soal ini memiliki jenjang 1 tingkat lebih tinggi dari pada soal nomor satu, sehingga dalam pengerjaan soal tes terdapat variasi tingkat soal. 3.Soal nomor tiga Soal nomor tiga berisi tentang penentuan pH campuran suatu asam lemah dengan suatu basa kuat. Pada soal ini siswa harus bisa menganalisis jenis campuran yang ii terjadi, apakah campuran bersifat asam atau basa. Campuran bersifat sebagai larutan penyangga atau jenis hidrolisis. Gambar 4.6 Jawaban siswa kode S-1 untuk soal nomor tiga Hidrolisis garam 4.Soal nomor empat Soal nomor empat termasuk soal C4 dengan kategori sedang. Pada soal ini siswa diminta untuk menganalisis manakah campuran yang menghasilkan garam terhidrolisis parsial dan bersifat asam. Siswa harus paham konsep hidrolisis untuk bisa menjawab soal ini, siswa harus tahu kapan suatu campuran mengalami hidrolisis, kapan suatu senyawa mengalami hidrolisis parsial, total atau suatu senyawa tidak mengalami hidrolisis. Soal ini dipilih karena soal ini bisa digunakan untuk mengukur pencapaian indikator penentukan ciri-ciri garam yang terhidrolisis dalam air dan masuk dalam kategori C4. ii Gambar 4.7 Jawaban siswa kode S-1 untuk soal nomor empat Hidrolisis garam 5.Soal nomor lima Soal nomor lima berisi penentuan massa salah satu komponen garam terhidrolisis. Soal ini termasuk C3 dengan kategori sulit. Soal ini dipilih sebagai vasiasi soal pencapaian indikator penghitungan pH atau pOH hidrolisis. Soal nomor tiga dan nomor lima sama-sama kategori C3, tapi soal nomor tiga C3 mudah sedangkan soal nomor lima C3 sulit. Adanya variasi ini, diharapkan siswa lebih memahami pencapaian indikator hidrolisis garam. ii Gambar 4.8 Jawban siswa kode S-1 untuk soal nomor lima Hidrolisis garam Berdasarkan hasil observasi siklus II pembelajaran semakin baik dibanding siklus sebelumnya. Pada akhir pertemuan dilakukan tes akhir siklus II untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa. Hasil tes kognitif diperoleh nilai rata – rata 87. Siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 58. Hasil belajar afektif siswa yang masuk kategori baik sebanyak 30 siswa. Rincian hasil afektif ini disajikan pada Gambar 4.9. Aktivitas belajar siswa yang masuk kategori baik sebanyak 30 siswa. Rincian aktivitas belajar siswa ini bisa dilihat pada Gambar 4.10 ii Gambar 4.9 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Gambar 4.10 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari aspek kognitif siswa yang mencapai nilai lebih besar dari 75 sebesar proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2 31 dari 32 siswa. Aktivitas belajar, aspek afektif dan aspek psikomotorik yang 2 4 6 8 10 12 14 16 A B C K 11 16 5 B an y ak Si swa Kategori Penilaian Afektif 2 4 6 8 10 12 14 16 A B C K 12 16 4 B an y ak Si swa Kategori Penilaian Aktivitas ii mendapat kategori baik sekurang-kurangnya proporsi tiga per empat jumlah siswa di kelas XI IA2. Pembelajaran Problem solving mampu membuat hasil belajar siswa lebih baik dibanding dengan pembelajaran yang hanya disampaikan dengan metode ceramah Moh. Ismail Sholeh, 2012 ; Fuad Fitrianto, 2011. Hal ini dikarenakan problem solving memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas - aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Siswa bisa lebih aktif dalam pembelajaran. Esensi dari pembelajaran mengalamai reorientasi pembelajaran dari berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II menunjukkan terjadinya perubahan. Aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa mengalami peningkatan dan mencapai target tujuan penelitian. Gambar 4.11 memperjelas pencapaian aspek kognitif siswa, dimana pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa mengalami kenaikan pada siklus II dimana siswa tuntas menjadi 31 siswa dari 32 siswa. Gambar 4.12 menunjukkan kenaikan hasil belajar afektif siswa, pada siklus I siswa mencapai ketuntasan KKM sebanyak 25 siswa dari 32 siswa mengalami peningkatan hasil belajar afektif pada siklus II menjadi 27 siswa dari 32 siswa. Gambar 4.13 menpertegas peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa, dimana pada siklus I sebanyak 22 siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal kemudian terjadi peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus II sebanyak 27 siswa dari 32 siswa tuntas KKM. Gambar 4.14 menjelaskan perolehan data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I siswa yang memenuhi target penelitian sebanyak ii 24 siswa dari 32 siswa, pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas dimana siswa yang memenuhi target penelitian sebanyak 28 siswa dari 32 siswa. Gambar 4.11 Grafik Kenaikan Hasil Belajar Kognitif Siswa Gambar 4.12 Grafik Kenaikan Hasil Belajar Afektif Siswa 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132 N il ai Kogn itif Nomor Absen Siswa Siklus I Siklus II 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132 N il ai Af e kt if S iswa Nomor Absen Siswa siklus I Siklus II ii Gambar 4.13 Grafik Kenaikan Hasil Belajar Psikomorik Siswa Gambar 4.14 Grafik Kenaikan Aktivitas Belajar Siswa Pengelolaan waktu pada siklus II sudah baik. Guru sudah merata dalam memberikan bimbingan kelompok ataupun individu. Guru sudah baik dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusinya. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132 N il ai Psi ko m o to ri k S iswa Nomor Absen Siswa Siklus I Siklus II 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132 N il ai Akt iv itas S iswa No. Absen Siswa Siklus I Siklus II ii Berdasarkan hasil pengamatan siklus II didapat hasil bahwa pembelajaran siklus II lebih baik dari siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar. Hasil yang didapat telah memenuhi indikator keberhasilan. Oleh karena itu penelitian dapat dihentikan pada siklus II ini.

4.3 Kelemahan – Kelemahan Dalam Penelitian

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AK 3 SMK N 1 PEMATANGSIANTAR TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

1 3 27

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA N 1 SALAPIAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 23

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 16

PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA DI KELAS XI IS SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 28

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING BAGI SISWA SMA Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( CPS) DENGAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 0 22

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 4 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 1 21

PENERAPAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 19

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA SISWA KELAS XI. IA2 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 10

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA SISWA KELAS XI. IA2 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 19