Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada 40 soal, diperoleh nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,961 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal memiliki reliabilitas yang baik.
3.6.3 Daya Pembeda Soal
Langkah awal untuk mencari indeks deskriminasi adalah membuat tabel kerja yang dikelompokkan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk
mencari indeks diskriminasi ditentukan dahulu jumlah responden kelompok atas yang menjawab benar dan kelompok bawah yang menjawab benar.
Rumus daya pembeda soal Arikunto, 2012:228:
Keterangan : D : indeks diskriminasi butir
Ja : banyaknya peserta kelompok atas Jb : jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
Ba : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar Bb : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Pa : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pb : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut: 1. 0.00 D 0.20 adalah soal jelek
2. 0,20 ≤ D 0,40 adalah soal cukup
3. 0,40 ≤ D 0,70 adalah soal baik
4. 0,70 ≤ D 1,00 adalah soal baik sekali
D =
� �
−
� �
= � − �
5. D = negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal dari instrumen uji coba dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.7. Rekap Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba
No Kriteria
No Soal Jumlah
1 Baik Sekali
3,4,6,9,13,14,21,25,26,29,32,35 12
2 Baik
2,5,8,10,11,12,16,18,19,20,22,24,27,28,31,34,37, 38,40
19 3
Cukup 1,17, 23,30,36
5 4
Jelek 15,33,39
3 4
Negatif 7
1 Sumber : data primer diolah tahun 2015 lihat lampiran 8
Berdasarkan tabel 3.7 terdapat satu item soal yang memiliki daya pembeda negatif yaitu soal no.7. Item soal tersebut harus dibuang karena memiliki
klasifikasi daya pembeda soal yang tidak baik. Sebelumnya, pada uji validitas item soal tersebut juga dinyatakan tidak valid.
3.6.4 Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan usaha untuk pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran menurut Arikunto 2012:223
adalah: P
=
� ��
Keterangan : P
: indeks kesukaran B
: banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul JS
: jumlah seluruh peserta didik peserta tes Arikunto 2012:225 mengemukakan bahwa tingkat kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Jika P 0,00 sampai 0,30 termasuk sukar
2. Jika P 0,30 sampai 0,70 termasuk sedang 3. Jika P 0,70 sampai 1,00 termasuk mudah
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal dari instrumen uji coba dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.8. Rekap Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba
No Kriteria
No Soal Jumlah
1 Sukar
8,24,29 3
2 Sedang
1,2,3,4,5,6,9,10,11,12,13,14,16,17,18,20,21,22,23, 25,26,27,28,30,31,32,34,35,36,37,38,39,40
33 3
Mudah 7,15,19,33
4 Sumber : data primer diolah tahun 2015 lihat lampiran 9
3.7 Metode Analisis Data