global, mengukur keseluruhan pengaruh total dari sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian sebagai sektor asal ke rumahtangga sebagai sektor
tujuan, yang pada dasarnya merupakan besaran pengganda masing-masing sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian ke rumahtangga.
Penelitian pengaruh investasi sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian merupakan awal dipancarkannya pengaruh, sedangkan distribusi
pendapatan terhadap rumahtangga dilihat sebagai tujuan dari pengaruh tersebut. Tabel-Tabel yang disertakan dalam analisis merangkum alur-alur dengan
persentase pengaruh langsung, pengaruh total dan pengaruh global.
6.1. Jalur Transmisi Pengaruh Sektor Pertanian ke Rumahtangga
Dalam analisis jalur struktural SPA skema jalur yang dibahas adalah jalur dasar yang menghubungkan jalur asal sektor pertanian menuju institusi
rumahtangga sebagai jalur tujuan secara langsung maupun melalui sektor lain terlebih dahulu. Permasalahan yang muncul dalam melakukan analisis jalur
struktural SPA adalah banyaknya jalur yang harus diidentifikasi, mengingat dalam satu sistem neraca sosial ekonomi terjadi keterkaitan antara satu sektor
dengan sektor-sektor lainnya maupun dengan faktor produksi dan institusi yang kesemuanya akan membentuk jaringan atau jalur masing-masing. Untuk
mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini nilai pengaruh langsung, total dan global dipilih berdasarkan tujuan penelitian.
6.1.1. Sub Sektor Tanaman Pangan
Jalur dasar sektor pertanian tanaman pangan ke rumahtangga secara umum menunjukkan pola sama. Jalur dasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 dan
Gambar 13.
Tabel 13. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sub Sektor Tanaman Pangan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Sub Se kt
or
T an
am an
P an
gan
Pertanian Tan. Pangan -TK pertanian
– RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.093 0.017
1.185 0.021
22.1
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.062 0.019
1.174 0.023
36.5
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Non Pertanian Desa Rendah
RT Non Pertanian Desa
Rendah 0.050
0.015 1.179
0.017 34.7
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.019
0.006 1.174
0.007 34.8
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.082 0.023
1.181 0.027
33.2
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.104 0.029
1.183 0.035
33.5
Pertanian Tan. Pangan -TK bukan penerima upah
onpertanian – RT Pertanian
Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah
0.046 1.161
0.053 57.3
Pertanian Tan. Pangan – Modal – RT Non Pertanian Desa
Tinggi RT Non
Pertanian Desa Tinggi
0.005 1.136
0.005 27.8
Sumber : Lampiran 9 diolah Tabel 13 dan Gambar 13
menunjukkan jalur struktural untuk sub sektor tanaman pangan, dimana stimulus ekonomi yang diberikan ke sub sektor tanaman
pangan akan dipancarkan ke rumahtangga pertanian pendapatan rendah dengan besaran pengaruh global sebesar 0.093. Nilai ini tidak lain adalah besaran
pengganda dari sub sektor tanaman pangan menuju rumahtangga pertanian pendapatan rendah, sehingga dapat diartikan jika sub sektor tanaman pangan
menerima peningkatan output sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar
0.093 milyar rupiah dimana sekitar 22.1 persen tambahan pendapatan tersebut mengikuti jalur dasar dari sub sektor tanaman pangan menuju faktor produksi
tenaga kerja pertanian terlebih dahulu dan berakhir di rumahtangga pertanian
pendapatan rendah. Rumahtangga pertanian pendapatan rendah pada jalur
tersebut menerima pengaruh langsung sebesar 0.017 milyar rupiah atau sekitar 22.1 persen persentase Global Effect. Hal lain juga dapat dilihat pada
rumahtangga pertanian pendapatan tinggi yang terlebih dahulu melewati tenaga kerja pertanian kemudian menuju rumahtangga pertanian pendapatan tinggi.
Pengaruh global yang dipancarkan ke rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.062 dimana sekitar 36.5 persen tambahan pendapatan
rumahtangga pertanian pendapatan tinggi melewati jalur dasar tersebut. Pada jalur tersebut pengaruh langsung yang diterima pertanian pendapatan tinggi
sebesar 0.019. Artinya, setiap stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah yang ditujukan ke sub sektor tanaman pangan, pengaruh secara langsung yang diterima
rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.019 milyar rupiah. Kemudian dari sektor tanaman pangan, pengaruh stimulus menuju faktor produksi
tenaga kerja menghasilkan pengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja sebesar 0.110 milyar rupiah.
Mengingat banyak sekali jalur yang diukur, maka untuk perhitungan pengaruh sub sektor tanaman pangan pada faktor produksi hanya akan dijelaskan
jalur dasar yang memiliki persentase Global Effect GE paling tinggi. Misalnya jalur dasar dari sub sektor tanaman pangan ke rumahtangga pertanian pendapatan
rendah yang terlebih dahulu melewati tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian. Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sub
sektor tanaman pangan, pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar 0.046 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih
besar daripada pengaruh langsung terhadap rumahtangga lainnya. Dampak
stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga
menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.161. Jalur tersebut berdampak kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan rendah dengan
menghasilkan pengaruh total sebesar 0.053 milyar rupiah atau sekitar 57.3 persen dari pengaruh global. Selain melewati jalur tenaga kerja bukan penerima upah non
pertanian, stimulus ekonomi yang menuju ke rumahtangga juga melewati faktor produksi modal. Dalam jalur tersebut, rumahtangga nonpertanian pendapatan
tinggi di perdesaan menerima persentase pengaruh global paling tinggi sebesar 27.8 persen atau pengaruh total 0.005 milyar. Stimulus ekonominya
menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.005 milyar rupiah. Bila kita ingin melihat lebih mendalam kemana efek pengeluaran sub
sektor tanaman pangan tersebut lebih banyak dipancarkan, ternyata berdasarkan Gambar 13 mengarah kepada rumahtangga pertanian berpendapatan rendah
di desa.
Sub Se kt
o r
T a
n am
an
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
RT Pendapatan Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah
RT Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi
Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 13. Jalur Dasar Sub Sektor Tanaman Pangan ke Rumahtangga
36.5 34.7
34.8 33.2
33.5 57.3
22.1
0.110 0.158
0.174 0.133
0.059 0.210
0.267
27.8 0. 112
0.701
0.1 0.140
0.007
Pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga tersebut dari setiap kenaikan neraca eksogen di sub sektor tanaman pangan adalah sebesar 0.112 atau
sekitar 57.3 persen persentase Global Effect. Pengaruh langsung tersebut dihasilkan melalui jalur sub sektor tanaman pangan ke faktor produksi tenaga
kerja bukan penerima upah nonpertanian yang memiliki pengaruh langsung sebesar 0.140. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sektor
pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah lebih banyak dikelolah dengan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari rumahtangga pertanian itu sendiri.
6.1.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan