dan restoran. Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa konsumsi rumah tangga untuk sektor TPT hanya sebesar Rp 7,77 miliar atau sebesar 6,97 persen dari total
konsumsi rumah tangga. Tabel 5.2. Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Jawa Barat
Tahun 1999 Klasifikasi 10 sektor
Konsumsi Rumah Tangga juta Rp
Konsumsi Pemerintah Kode Sektor
jumlah persen jumlah persen
1 Pertanian 11.717,79
10,50 1,08
0,01 2 Pertambangan
dan penggalian 279
0,00 0,00
3 Industri tekstil dan
pakaian jadi 7.776,48
6,97 48,78
0,45 4
Industri lainnya 47.792,08
42,84 1.635,51
15,08 5
Listrik, gas dan air minum
3.405,94 3,05 287,76
2,65 6
Bangunan 0 0,00
244,11 2,25
7 Perdagangan, hotel dan
restoran 19.506,12 17,48
922,15 8,50
8 Transportasi dan
Komunikasi 8.494,96 7,61
712,51 6,57
9 Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 3.724,22
3,34 271,49
2,50 10
Jasa-jasa 9.153,88
8,20 6.720,49
61,97
Total 111.571,77 100,00
10.843,91 100,00
Sumber: Tabel Input-Output Jawa Barat 1999 Klasifikasi 10 sektor diolah
Pada Tabel 5.2. juga dapat dilihat bahwa dari total konsumsi pemerintah sebesar Rp 111,57 miliar dapat diketahui bahwa beberapa persen dari total
konsumsi pemerintah dialokasikan untuk sektor jasa-jasa yang meliputi jasa pemerintah umum dan pertahananan, jasa sosial dan kemasyarakatan serta jasa
yang lainnya.
5.1.3. Ekspor
Nilai ekspor Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebesar Rp 82,90 miliar. Dari total tersebut, nilai ekspor barang dan jasa terbesar adalah sektor industri
lainnya yaitu sebesar Rp 30,98 miliar atau sebesar 37,38 persen. Diikuti oleh sektor industri TPT sebesar Rp 16,75 miliar atau sebesar 20,21 persen dan pada
urutan ke tiga adalah sektor pertambangan dan penggalian. Besarnya ekspor Industri TPT memperlihatkan bahwa sektor industri TPT cukup berperan dalam
perekonomian Jawa Barat khususnya dari sisi ekspor barang dan jasa. Komoditi ekspor terbesar Jawa Barat berasal dari komoditi industri pengolahan, diantaranya
industri makanan dan minuman, industri TPT serta industri lainnya.
Tabel 5.3. Ekspor Sektor-Sektor Ekonomi Jawa Barat Tahun 1999
Ekspor X Kode
Sektor
Jumlah Persen 1
Pertanian 9.886,57 11,93
2 Pertambangan dan penggalian
16.105,17 19,43
3 Industri tekstil dan pakaian jadi
16.750,82 20,21
4 Industri lainnya
30.984,45 37,38
5 Listrik, gas dan air minum
684,56 0,83
6 Bangunan 0
0,00 7
Perdagangan, hotel dan restoran 6.192,35
7,47 8
Transportasi dan komunikasi 1.843,80
2,22 9
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 130,96
0,16 10
Jasa-jasa 322,05
0,39
Total 82.900,78 100,00
Sumber: Tabel Input-Output Jawa Barat 1999 klasifikasi 10 sektor diolah
5.1.4. Nilai Tambah
Bruto
Nilai tambah bruto merupakan balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi. Nilai tambah bruto Jawa Barat tahun 1999 adalah sebesar Rp 159,69
miliar terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Dari seluruh komponen nilai tambah bruto, surplus usaha memiliki
kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp 96,81 miliar. Upah dan gaji diurutan kedua
dengan nilai Rp 44,37 miliar. Penyusutan memiliki kontribusi terhadap nilai tambah bruto di posisi ketiga, yakni sebesar Rp 12,68 miliar. Pajak tak langsung
merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling kecil diantara komponen- komponen yang lainnya, yakni sebesar Rp 5,82 miliar dari total nilai tambah
bruto. Sektor industri TPT memiliki kontribusi terhadap nilai tambah bruto
sebesar Rp 13,59 miliar atau sebesar 8,52 persen dari total nilai tambah bruto di Jawa Barat. Hasil analisis nilai rasio pada Tabel 5.4 diperoleh dengan cara
membangi upah dan gaji dengan surplus usaha, yang menunjukkan angka perbandingan antara besarnya upah gaji yang diterima pekerja. Hasil analisis yang
memiliki nilai kurang dari satu menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan atau ketimpangan distribusi pendapatan antara surplus usaha yang diterima
pemilik modal dengan gaji yang diterima oleh pekerja. Pendapatan yang diterima oleh produsen memiliki nilai yang lebih tinggi daripada upah yang diterima oleh
pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan di Jawa Barat belum merata antara pemilik modal dengan para pekerja sehingga mengakibatkan terjadi
eksploitasi tenaga kerja oleh produsen. Nilai rasio upah sektor industri TPT pada Tabel 5.4 sebesar 0,63
memiliki nilai kurang dari satu yang berarti bahwa pada sektor tersebut menjukkan adanya ketidakseimbangan distribusi pendapatan antara surplus usaha
dengan upah yang diterima oleh pekerja. Begitu pula yang terjadi dengan sektor- sektor perekonomian lainnya yang ada di Jawa Barat memiliki nilai rasio kurang
dari satu kecuali untuk sektor bangunan yang memiliki nilai rasio 1,65. Sektor
bangunan menduduki peringkat pertama dimana memiliki nilai yang paling besar ini berarti bahwa di sektor konstruksi terjadi distribusi pendapatan yang merata,
pada posisi berikutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa yang memiliki nilai sebesar 0,93.
Tabel 5.4. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Jawa Barat Tahun1999 Klasifikasi 10 sektor juta Rupiah
Nilai Tambah Bruto Kode Upah
dan Gaji
Surplus Usaha
Rasio Upah
Gaji Penyusutan Pajak
Tak Langsung
Jumlah Persen 1
4.539,10 20.006,82 0,23 438,23 329,97 25.314,13 15,85
2 727,90 12.984,78 0,06
718,28 28,25 14.459,23 9,05
3 4.275,17 6.828,63
0,63 1.735,76 759,41 13.598,99 8,52 4
12.574,86 23.791,86 0,53 3.847,88 2.096,51 42.311,12 26,49 5
870,58 1.591,30 0,55
817,62 3,82 3.283,34 2,06
6 3.020,31 1.829,89
1,65 460,76 328,77 5,639,75 3,53 7
7.146,46 20.030,84 0,36 2.050,64 1.900,47 31.128,42 19,49 8
2.292,21 3.854,76 0,59 1.884,46 162,66 8.194,11 5,13
9 378,19 2.595,61
0,15 299,91 140,76 3.414,48 2,14
10 8.552,91 3.296,63
2,59 432,63 73,25 12.355,44 7,74
total 44.377,72 96.811,17 7,33 12.686,22 5.823,91 159.699,03
100,00
Sumber: Tabel Input-Output Jawa Barat 1999 klasifikasi 10 sektor diolah
Keterangan: 1. Pertanian
2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri tekstil dan pakaian jadi
4. Industri lainnya 5. Listrik, gas dan air minum
6. Bangunan 7. Perdagangan, hotel dan restoran
8. Tansportasi dan komunikasi 9. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
10. Jasa-jasa
5.1.5. Output Jawa Barat