Sisi Produksi Sisi Pengeluaran

Perkembangan jumlah penduduk Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari 35,50 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 39,14 juta jiwa pada tahun 2005. Perkembangan jumlah penduduk Jawa Barat dan pertumbuhannya selama tahun 2000 sampai tahun 2005 disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat Tahun 2000-2005 Tahun Jumlah Penduduk Juta Jiwa Pertumbuhanpersen 2000 35,50 - 2001 36,07 1,61 2002 36,91 2,33 2003 37,98 2,90 2004 38,47 1,29 2005 39,14 1,74 Sumber : BPS, 2006.

4.2. Kondisi Perekonomian Jawa Barat

Kegiatan perekonomian Jawa Barat menunjukkan perkembangan baik dalam Jumlah maupun keragamannya, hal ini menggambarkan bahwa Jawa Barat masih dianggap sebagai wilayah yang potensi untuk mengembangkan dan membangun berbagai kegiatan ekonomi. Munculnya berbagai kegiatan ekonomi baru di Jawa Barat tidak terlepas dari potensi Sumber Daya Alam SDA dan Sumber Daya Manusia SDM yang ada, serta peningkatan fasilitas dan kemudahan berbagai fasilitas dan kemudahan berbagai akses untuk tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi dan dunia usaha di Jawa Barat.

4.2.1. Sisi Produksi

Kondisi perekonomian makro suatu provinsi dapat dilihat dari sisi produksi maupun dari sisi pengeluaran. Dari sisi produksi terlihat bahwa sejak tahun 2000 hingga 2005. Perekonomian Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang tidak begitu berbeda dengan pertumbuhan ekonomi tingkat nasionalnya, meskipun dari PDRB tanpa migas Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi paling besar diantaranya dari sektor industri pengolahan yaitu sebesar 40,84 persen pada tahun 2000 menjadi 44,68 persen pada tahun 2005. Dari sisi sektoral, terdapat tiga sektor utama yang menjadi penggerak perekonomian Jawa Barat yaitu sektor industri pengolahan diatas 40 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 18 persen, serta sektor pertanian 14 persen. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 70 persen terhadap aktivitas perekonomian Jawa Barat. Kontribusi pertanian juga masih cukup besar memberikan peranan dalam perekonomian Jawa Barat. Sektor industri pengolahan tanpa migas merupakan pangsa terbesar sektor industri di Jawa Barat. Sedangkan dari sisi tanpa migas subsektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya merupakan jenis industri pemberi sumbangan terbesar yaitu rata-rata sebesar 47,20 persen, diikuti oleh sektor industri tekstil, pakaian jadi, barang kulit dan alas kaki TPT yang memiliki kontribusi yang terus meningkat dengan rata-rata 20,04 persen. Laju pertumbuhan subsektor industri berfluktuasi selama periode 2001 sampai 2005, akan tetapi subsektor industri TPT memiliki laju pertumbuhan yang terus positif dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 13,02 persen. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sektor industri tanpa migas di Jawa Barat sudah mampu menjadi motor penggerak perekonomian.

4.2.2. Sisi Pengeluaran

Berdasarkan sisi pengeluaran, perkembangan perekonomian Jawa Barat sangat didorong oleh konsumsi rumah tangga. Kontribusi kegiatan tersebut mencapai angka diatas 60 persen sejak tahun 2003. Kegiatan konsumsi rumah tangga di Jawa Barat masih didominasi oleh kegiatan konsumsi makanan mencapai hampir 37 persen terhadap total pengeluaran atau rata-rata sekitar 58,90 persen dari total konsumsi, sementara kegiatan konsumsi bukan makanan mencapai angka 27,60 persen dari total pengeluaran atau rata-rata 41,10 persen dari total konsumsi dengan kecenderungan yang terus meningkat. Tidak seperti beberapa provinsi lain, kontribusi bukan makanan di Jawa Barat menunjukkan angka yang cukup besar, hal ini setidaknya menggambarkan tingginya konsumsi barang-barang sekunder dan tersier di Jawa Barat. Ekspor Jawa Barat menyumbang peranan berikutnya dari sisi pengeluaran, rata-rata sekitar 46 persen PDRB dari sisi pengeluaran disumbang oleh kegiatan ekspor. Komoditi ekspor terbesar Jawa Barat berasal dari komoditi TPT, alat telekomunikasi, mesin listrik beserta alat-alatnya serta mesin kantor dan pengolahan data. Ekspor tekstil dan pakaian selama periode 2000 sampai 2005 mencapai rata-rata sebesar USD 3.68 miliar, sedangkan alat telekomunikasi mencapai angka rata-rata USD 2.25 miliar, sedangkan ekspor mesin listrik dan mesin kantor beserta pengolah data mencapai angka rata-rata sebesar masing- masing USD 1,3 miliar dan USD 0,90 miliar. Sebaliknya aktivitas impor Jawa Barat dicirikan dengan besarnya impor interregional dibandingkan dengan impor komoditi dari luar negeri. Meskipun aktivitas impor cenderung mengalami kenaikan, akan tetapi proporsi impor intrerregional masih lebih besar dibandingkan dengan impor dari luar negeri. Kondisi ini menggambarkan bahwa keterkaitan input Jawa Barat dari luar negeri masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan dalam negerinya. Kondisi ekspor-impor Jawa Barat sekaligus memberikan gambaran mengenai posisi perekonomian Jawa Barat, ini terlihat bahwa provinsi Jawa Barat ini telah berusaha memaksimumkan potensi aktivitas ekonomi daerahnya dari hubungan dengan wilayah sekitarnya, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Semakin besar hubungan ekspor dan impor tersebut menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang Tabel 4.3. Komoditas Utama Ekspor Jawa Barat Tahun 2000 sampai 2005 Ribu USD Komoditas Utama 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Nilai 2.224,803 2.357,265 2.630,869 1.937,030 2.132,858 2.187,225 1.Alat Telekomunik asi Volume 162,121 186,583 197,659 135,382 120,186 91,985 Nilai 2.353,722 1.980,198 1.858,956 1.859,593 1.694,343 1.903,568 2.Benang Tenun, kain tekstil, dan hasil- hasilmya. Volume 895,810 786,543 819,379 773,075 631,251 671,564 Nilai 1.967,889 1.837,858 1.522,697 1.580,708 1.759,652 1.900,767 3. Pakaian Volume 162,128 159,384 134,081 136,832 134,481 135,897 Nilai 1.262,511 1.079,040 1.259,211 1.388,036 1.405,106 1.362,088 4.Mesin listrik, Aparat dan alat-altnya. Volume 226,990 194,828 300,352 257,701 214,225 208,619 Nilai 1.261,324 959,391 849,657 872,660 974,367 1.292,117 5.Mesin Kantor dan Pengolahan Data Volume 93,529 67,578 73,328 66,764 67,114 90,932 Sumber: BPS, 2006.

4.2.3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB