Tradisi ngemblok : fenomena pernikahan dini dan janda muda : Studi kasus Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang, Jawa Tengah

(1)

TRADISI NGEMBLOK : FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN JANDA MUDA (Studi Kasus Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang, Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

TRIANA APRIYANITA NIM. 1111044100039

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ABSTRAK

Triana Apriyanita. NIM 1111044100039. Tradisi Ngemblok : Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda. ( Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/ 2015 M. xi +75 halaman +40 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi Ngemblok yang merupakan faktor-faktor pendorong terjadinya pernikahan dini dan penyebab banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, fenomenologis, dan sosiologis. Pendekatan normatif karena mengacu kepada peraturan perundang-undangan mengenai batasan umur pernikahan, fenomenologis karena memahami arti sebuah peristiwa pernikahan dini yang merupakan sebuah tradisi turun-temurun desa Tegaldowo dan pendekatan sosiologis karena penelitian tersebut merupakan sebuah studi kehidupan bermasyarakat yang hidup bersama dan saling bersosialisasi sebuah tradisi yang tidak akan pernah punah meski zaman semakin maju.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini diantaranya adalah takut disebut perawan kasep

persepsi mereka yang menyatakan” lebih baik menjadi janda muda daripada

menjadi perawan tua yang tak laku”  persepsi mereka yang menganggap bahwa

sekolah tinggi tidak akan merubah kehidupan mereka dan yang lebih ditabukan karena mereka takut untuk menolak lamaran karena faktor adat. Adapun dampak dari pernikahan dini adalah terjadinya janda muda mereka memilih menjadi janda daripada harus menolak lamaran. Maka yang terjadi didesa Tegaldowo adalah banyaknya janda muda yang umurnya masih anak-anak bahkan pada umur 18 tahun sudah ada yang menikah dua kali dan hal itu kerap kali terjadi didesa Tegaldowo.

Kata Kunci : Pernikahan Dini. Ngemblok. Perawan Kasep. Pembimbing : Hj. Rosdiana M.A.

Daftar Pustaka : Tahun 1969 s.d Tahun 2014


(6)

vi

shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat Rasul pembawa cahaya Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “ Tradisi Ngemblok : Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda” (Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah) penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin JaharM.A.Phd. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. KamarusdianaS.AgM.H. Ketua Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah dan Ibu Sri HidayatiM.Ag. Sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Ibu Hj. RosdianaM.A. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu tenaga  dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Bapak Dr.H. Supriyadi Ahmad M.A. Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

viii

5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 6. Drs. Ali Ahmadi Hakim Anggota Pengadilan Agama Kabupaten

Rembang Bapak Abdul GhoniS.Ag. selaku penghulu Kecamatan Gunem Bapak Suntono Kepala Desa Tegaldowo bapak Nyono dan Bapak Bari selaku Kepala Dusun desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Bapak Mukhson selaku penghulu Kabupaten Rembang yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan pencarian data informasi terkait desa Tegaldowo Drs.H.M.MahmudiM.M selaku Kasi Bimas Islam yang telah membantu dan Mba Fika dari pihak Plan Indonesia yang telah memberikan informasi terkait kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

7. Segenap pimpinan dan staff Perpustakaan Utama staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional atas pelayanannya dalam melengkapi literature penelitian.

8. Ayahanda Tarmin dan Ibunda Jiyem tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril materiil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk teman seperjuangan Peradilan Agama Tahun 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada


(8)

viii

Hendrawan yang selalu menghadirkan kehangatan dan kebersamaan dalam berfikir dan berbuat serta perhatian dan kebaikan kalian semua tidak akan pernah terlupakan.

10.Terkhusus kak Mutia Assalamah Dessy Nur Fitriani, Burhanatut Dyana dan Tholhah Abdul Muiz terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

11.Dan semua pihak yang memberikan dukungan spiritual motivasi moril dan materiil hingga selesainya penelitian ini yang tidak bisa penulis satu persatu sebutkan. Dengan segala kelemahan dan kekurangan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kehidupan kita. Amiin.

Jakarta, 21 Mei 2015


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

1. Pembatasan Masalah... 7

2. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian... 8

2. Manfaat Penelitian... 9

D. Review Studi Terdahulu... 9

E. Metode Penelitian... 11


(10)

x

C. Rukun dan Syarat... 23

D. Pernikahan Dini... 26

1. Pengertian Pernikahan Dini... 26

2. Sebab Terjadinya... 28

3. Pandangan Islam... 29

4. Dampak Psikologis... 30

5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan... 32

6. Dampak Terhadap Kependudukan... 34

7. Tingginya Angka Penceraian...35

BAB III SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEMKAB. REMBANG JAWA TENGAH A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis... 36

B. Demografi Masyarakat... 37

C. Kondisi Sosial Masyarakat dan Perekonomiannya... 39

D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan... 42

1. Agama... 42

2. Budaya (Adat Istiadat)...44


(11)

xi

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok... 51 B. Solusi Terhadap Pernikahan Dini dan Janda Muda... 56 C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda... 59 D. Analisa Penulis... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 71 B. Saran-Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 72


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah bersatunya dua orang menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan, memberikan dukungan dan kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama.1 Pernikahan juga dimaksudkan untuk bisa menahan pandangan mata dari hal-hal yang dilarang, menjaga kemaluan dan menjauhkan manusia dari bentuk-bentuk perbuatan yang tercela. Karena Islam melarang hubungan seksual di luar pernikahan, maka perkawinan melindungi setiap individu terhadap imoralitas dengan memberikan jalan keluar untuk menyalurkan nafsu alami dan menjamin keamanan fisik maupun emosional kedua pasangan suami istri yang bersangkutan.2

Tradisi pernikahan pun diterima oleh setiap agama, suku, bangsa, dan sekte walaupun menurut cara masing-masing, dikarenakan kebaikan yang banyak dari pernikahan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Bab I pasal 1 bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan

1Nidya Ayu Kusuma Wardhani, “Self Disclosure dan Kepuasan Perkawinan Pada Istri di Usia Awal Perkawinan,” Calyptra; Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1, (Surabaya) 2012. h. 1.

2

Machnun Husein, Monogami dan Poligami Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001) h. 24.


(13)

2

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Perkawinan bertujuan agar setiap pasangan (suami-istri) dapat meraih kebahagiaan dengan pengembangan potensi mawaddah dan rahmah yang dapat melaksanakan tugas kekhalifahan dalam dan melalui sebuah ikatan perkawinan inilah diharapkan terwujud sebuah tujuan perkawinan yakni terciptanya kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah.3

Adapun tujuan berkeluarga adalah menciptakan wadah yang bersih sebagai tempat lahirnya sebuah generasi yang berdiri di atas landasan yang kokoh dan teratur tatanan sosialnya.Di mana setiap orang harus memikul tanggung jawab dan menunaikan kewajibannya.Maka dengan begitu masyarakat menjadi bertambah baik, sehingga mencapai kehidupan yang maju dan diridhai Allah.4

Sesudah pernikahan pun, dalam hidup berkeluarga cinta kasih inipun harus biasa terlihat oleh masing-masing kedua belah pihak, harus bisa memperkuat hubungan mereka melalui pengorbanan-pengorbanan diri. Maka hal-hal yang harus mendasari suatu perkawinan adalah sebuah tujuan dalam membentuk keluarga sejahtera, dan apabila sudah tercapai persamaan mengenai dasar-dasar

3

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 167.

4

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah “Poligami Dalam Islam vs Monogami Barat,”( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993) , h. 9.


(14)

pernikahan barulah mereka bisa mulai hidup berkeluarga dengan saling mengerti satu sama lain.5

Karena Islam tidak menentukan secara pasti batasan umur, maka yang dapat dijadikan ukuran adalah aqil balighnya seseorang.Apabila tidak ada hal-hal yang luar biasa yang dibenarkan oleh Agama, bagi seorang wanita maka sangat utama yaitu persetujuan orang tuanya (wali). Sebenarnya anak yang sudah dewasa maka ia telah mampu bertindak hukum dan menentukan pilihannya sendiri. Namun perkawinan merupakan masalah yang penting oleh karena itu bagi usia dibawah 21 tahun diperlukan izin orang tuanya. Apabila orang tua tidak ada, maka izin dapat diperoleh wali yang selama ini memeliharanya atau keluarga dalam garis keturunan ke atas.6

Dan jika dianalisis lebih jauh, peraturan batas usia perkawinan memiliki kaitan yang cukup erat dengan masalah kependudukan. Tidak dapat dipungkiri juga ternyata batas umur yang rendah bagi seorang perempuan untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi.maka pengaturan tentang batas usia untuk nikah sebenarnya sesuai dengan prinsip perkawinan yang menyatakan bahwa calon suami dan istri harus telah masak jiwa dan raganya. Karena

5

Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), h. 37. 6

Yayan Sopyan, ISLAM NEGARATransformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional,


(15)

4

semestinya pernikahan dini dihindari agar tidak membawa efek yang kurang baik, baik terutama bagi pribadi yang melaksanakannya.7

Dan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo yang berpenduduk 4.912 jumlah penduduk yang tinggal di Desa tersebutdengan jumlah penduduk laki-laki 2.447 dan 2.465 jumlah penduduk perempuan. Mata pencaharian masyarakat mayoritas petani secara persentase petani mencapai 95% dari jumlah ini petani persil mencapai 75%.Sesuai data statistik rata-rata jenjang pendidikan yang mereka tempuh adalah lulusan SD (Sekolah Dasar) paling tertinggi yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama).8

Mereka mempunyai sebuah tradisi turun-temurun yaitu budaya Ngemblok (melamar sang gadis) yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini bahkan banyaknya janda muda.Adapun tradisi pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang merupakan sebuah kekayaan budaya atau adat istiadatmasyarakat pegunungan Tegaldowo dan sekitarnya yang berlaku. Sebuah tradisi praktek perkawinan usia dini atau kawin paksa, masyarakat sekitarnya atas nama adat telah melestarikan praktek nikah dini tanpa peduli bahwa sebenarnya zaman telah berubah.

7 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan

Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI)( Jakarta : Prenada Media, 2014)

.h 71-72. 8


(16)

Tradisi Ngemblok “melamar anak gadis” merupakan tradisi turun-temurun yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo Kabupaten RembangJawa Tengah. Sebelum terjadi ngemblok biasanya didahului oleh tahapan awal yang bernama “ndhedheki” yaitu ketertarikan seorang pria kepada seorang wanita dengan cara pengumuman si pria akan mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita itu telah ditaksirnya. Dan berharap para pria yang menyukainya mengurungkan niatnya untuk menyukainya apalagi melamar sang gadis.9

Dan setelah “ndhedheki” maka apabila sang pria ingin menikahi wanita tersebut meskipun belum cukup umur maka keluarga sang pria akan melakukan „Ngemblok’ di mana orang tua sang wanita harus menerima lamaran sang pria dari pada anaknya harus menjadi „perawan tua’ menurut kepercayaan masyarakat setempat. Dan ada lagi sebuah tradisi saat diadakannya perkawinan yaitu kesenian tayub apabila sang pria memberikan seekor kerbau maka wajib hukumnya untuk mengadakan kesenian tayub.

Kesenian tayub itu membutuhkan biaya yang besar di mana tuan rumah harus mendatangkan ledek (penari pasangan wanita dan pria) dan menari bersama dan harus menghibur para penonton. Biasanya kesenian tayub diadakan mahal atau tidaknya tergantung ledeknya (penari) terkenal atau tidaknya dan saat kesenian tayub diadakan tidak segan-segan mereka meminum-minuman keras sampai mabuk dan menari bersama ledek.

9 Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Jurnal Bimas Islam  (Jakarta: Ditjen Bimas Islam 2013) h. 23-25.


(17)

6

Bahkan dengan adanya tradisi Ngemblok dan praktek pernikahan dini menyebabkan angka perceraian di Desa Tegaldowo semakin meningkat, karena pernikahan dilaksanakan hanya karena tidak ingin menolak tawaran si pria karena “lebih baik menjadi janda muda”. Tradisi nenek moyang di Desa Tegaldowo menyebabkan persepsi masyarakat bahwa apabila menolak pinangan, maka akan menjadi perawan tua yang tak laku sehingga praktek pernikahan dini terjadi secara turun-temurun.

Maka adat istiadat masyarakat Tegaldowo yang saat ini tidak sesuai dengan UU, secara psikologis pun merugikan masa depan calon mempelai atau dengan ketidaksiapan mereka terjadi hal-hal negatif dalam rumah tangganya dan tindakan memaksanya pun dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dan sebagai bentuk kekerasan terhadap anak. Karena pedoman mereka dalam menjalani hidup adalah adat-istiadat peninggalan nenek moyang mereka yang berlaku secara turun temurun.

Berangkat dari fenomena di atas pula yang akhirnya mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh dalam bentuk skripsi yang mungkin akan berimplikasi kepada kehidupan masyarakat mengenai pernikahan dini. Adapun judul yang penulis angkat:

TRADISI NGEMBLOK: FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN JANDA MUDA (STUDI KASUS DESA TEGALDOWO, KEC.GUNEM,


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah mengenai pernikahan dini yang terjadi dapat menimbulkan masalah terutama bagi perempuan, adapun masalah yang terjadi akibat pernikahan dini seperti masalah pengetahuan mengenai hak dan kewajiban berumah tangga, faktor psikologis, kesiapan mental menjadi seorang istri dan ibu, kesiapan mental dari kedua belah pihak dalam membangun sebuah rumah tangga, rendahnya tingkat pendidikan dan sebagainya. Agar lingkup bahasannya tidak terlalu luas maka penulis membatasi penelitian hanya membahas tentang tradisi ngemblok yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dan janda muda.penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar pejabat yang berwenang dan tokoh adat disana mengenai tradisi ngemblok tersebut di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.

2. Perumusan Masalah

Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 tentang Perkawinan, telah memberikan batasan usia bagi laki-laki dan perempuan yang hendak melangsungkan pernikahan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.” Secara normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 6 ayat 2 mengisyaratkan usia yang


(19)

8

matang dalam perkawinan adalah umur 21 tahun, di mana pasangan calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.10

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas rumah tangga dan keturunan yang baik, namun pada kenyataannya di Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang banyak masyarakat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur.Daerah tersebut mayoritas masyarakatnya melaksanakan pernikahan di bawah umur dikarenakan adanya kekurang pahaman Undang-Undang tersebut serta kebiasaan atau adat yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian tersebut dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan:

a. Apa makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ?

b. Apa makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ?

c. Bagaimana fenomena tradisi ngemblok “melamar anak gadis” yang masih terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah?

10

Undang- Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004) h. 539.


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

b. Mengetahui makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec.Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

c. Mengetahui tradisi Ngemblok “melamar anak gadis “ yang masih terjadi penyebab terjadinya pernikahan dini dan banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

2. Manfaat penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Dapat memberikan informasi dan gambaran seputar khazanah keilmuan terhadap pernikahan dini dan segala bentuk permasalahannya terutama yang berkaitan dengan para pelakunya.

b. Menambah literatur kajian tentang wacana pernikahan dini bagi para akademisi.

c. Diharapkan sebagai kontribusi pengetahuan dan pemikiran bagi segenap pihak termasuk para pemangku kebijakan untuk menyusun langkah terbaik.


(21)

10

D. Review Studi Terdahulu

Dalam penulisan skripsi-skripsi terdahulu, terdapat beberapa judul yang hampir mendekati judul ini, diantaranya:

1. Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok (Studi Kasus Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok). Fari Oka Lestari SJAS 2011 skripsi ini memaparkanbeberapa sebab dan akibat pernikahan dini di Kecamatan Limo Depok.

2. Pernikahan Dini Penyebab Putusnya Pendidikan (Studi Kasus Desa Cibitung Wetan Kec. Pamijahan Kab Bogor). Ahmad Fauzi Syahputra, SJAS 2012 Skripsi ini membahas pernikahan dini yang terjadi di Desa Cibitung pelaku pernikahan dini khususnya terjadi pada wanita sehingga berdampak pada putusnya pendidikan di bangku sekolah terjadinya pernikahan dini disebabkan oleh faktor ekonomi, dimana penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa skripsi yang penulis ajukan tidak sama sekali dengan skripsi diatas. Pada skripsi ini penulis meneliti tradisi ngemblok di Desa Tegaldowo yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dan janda muda yang merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka.Karena faktor ketidaksiapan mental mereka maka banyak terjadi perceraian di wilayah tersebut.


(22)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan penulis dalam melakukan pendalaman secara kritis. Adapun jenis penelitian yang digunakan:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu apabila jenis data dan analisa data yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggunakan penalaran atau cara pandang seseorang. Dalam penelitian kualitatif peneliti berbaur menjadi satu dengan yang diteliti sehingga peneliti dapat memahami persoalan dari sudut pandang yang diteliti itu sendiri dan memberikan gambaran bahwa sasaran yang diteliti bersifat kompleks, rumit dan saling terkait satu dengan yang lain sebagaimana karakteristik kehidupan sehari-hari. Maka dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif masalah harus dipandang secara global, tidak dilakukan secara sepotong-sepotong atau parsial.11

2. Pendekatan Penelitian

Teknik yang digunakan penulis adalah menggunakan pendekatan normatif, yaitu cara mendekati masalah yang akan diteliti dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian pendekatan

11

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif &Kualitatif , ( Bandung : Graha Ilmu, 2006), h. 194.


(23)

12

fenomenologis yakni pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi tertentu dan yang terakhir pendekatan sosiologis yaitusuatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.12

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

4. Kriteria dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari para responden.Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap orang yang melakukan pernikahan dini masyarakat Tegaldowo pejabat desa serta para ulama di Kabupaten Rembang petugas yang memiliki kompetensi dengan permasalahan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari yurisprudensi, buku-buku dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.

12


(24)

5. Teknik Pengumpulan Data

Agar penelitian ini mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan apa yang diteliti maka teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi yaitu merupakan pengamatan langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti secara terus-menerus dan sistematis terhadap fenomena yang terjadi atau yang sedang berlangsung. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data kehidupan sehari-hari, melalui cara berkomunikasi (berbicara), bertingkah laku sampai hubungan dengan keluarganya atau kerabat dekatnya. Adapun objek observasi penelitian adalah melihat fenomena yang terjadi mengenai tradisi yang terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem Kab. Rembang Jawa Tengah.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan proses komunikasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Adapun koresponden yang akan diwawancarai adalah kepala KUA Kecamatan Gunem pasangan-pasangan yang melakukan pernikahan dini orang tua pasangan yang melakukan pernikahan dini pendapat masyarakat sekitar dan tokoh agama di wilayah tersebut .Dalam penelitian ini menggali data dan memperoleh data tentang pelaku pelaksanaan pernikahan dini, maka peneliti mewawancarai langsung kepada yang bersangkutan.Dari


(25)

14

pengumpulan data wawancara tersebut maka peneliti dapat menganalisa dan menginterprestasikan data sesuai data yang diperoleh.

c. Studi Dokumentasi

Penelitian yang langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data berupa surat kabar majalah transkrip wawancara dan pengambilan data atau informasi yang berasal dari Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem buku serta dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.

d. Studi Pustaka

Penelitian yang pengumpulan sumber-sumber datanya berkaitan dengan aspek- aspek permasalahan, mengambil data, meneliti dan mengkaji literatur, pendapat ahli yang terdapat dalam buku-buku, dan lainnya yang bisa menunjang dan membantu untuk menyelesaikan permasalahan ini

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, peneliti membagi sistematika penulisan proposal skripsi ini ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab Kedua Menjelaskan tentang pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan, rukun dan syarat perkawinan tujuan perkawinan


(26)

pengertian perkawinan usia dini, sebab terjadinya pernikahan dini dan pandangan Islam mengenai Penikahan Dini dan permasalahan serta dampaknya terhadap faktor psikologis, kualitas keturunan dan kependudukan.

Bab Ketiga Gambaran umum desa dan masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang yang meliputi; Letak Geografis, Letak Demografis, Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomian, Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan.

Bab Keempat Berisikan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya tradisi Ngemblok, solusi serta dampaknya mengenai pernikahan dini dan banyaknya janda muda persepsi masyarakat tentang pernikahan dini dan banyaknya janda muda penyebab pernikahan dini serta analisa penulis.

Bab Kelima Penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang kemudian diakhiri dengan Lampiran dan Daftar Pustaka.


(27)

16 BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN DINI

A. Pernikahan

1. Pengertian dan Tujuan

Menurut Undang-Undang Perkawinan pasal 1, perkawinan ialah“ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami istri bertujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan menurut ajaran Islam perkawinan adalah aqad (ijab qabul) yang diucapkan oleh calon mempelai pria, yang ditumbuhkannya rasa saling mengasihi dan mencintai diantara keduanya.”

Adapun pengertian menurut KHI sebagai berikut: “perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau Mitsaqan

Ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

ibadah."1Tujuan perkawinan dan hakikat keluarga harus jelas, disepakati, di antara keduanya ada keharmonisan bersama dan merangkai cita-cita di hari ke depan. Pernikahan yang sah akan mewujudkan nilai „iffah (kesucian diri) memberikan pemeliharaan diri dari dosa dan menjaga kehormatan serta menutup rapat pintu dan sarana penyimpangan seksual dengan segala dampak

1 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama 1992) h.14.


(28)

kerusakan seks bebas dan dekadensi moral karena Islam memiliki karakteristik sebagai agama yang memelihara kesucian, serta memelihara fitrah manusia.2

Tujuan-tujuan pernikahan yang terpenting adalah sebagai berikut:3 a. Memperoleh Ketenangan

Keadaan jasmani ruhani dan pola pikir seseorang akan mengalami perubahan ketika mencapai usia baligh. Dan semua itu memunculkan kebutuhan terhadap pernikahan. Pada fase ini hendaklah seseorang memenuhi kebutuhan alamiahnya. Maka salah satu tujuan pernikahan adalah memperoleh ketenangan fisik jiwa pikiran dan akhlak. Dalam kehidupan bersama hendaklah pasangan suami istri selalu berusaha meneguhkan keadaan tersebut sehingga memungkinkan keduanya tumbuh sempurna.

b. Saling Mengisi

Tatkala mencapai usia baligh maka para jejaka dan gadis merasakan ada kekurangan perasaan semacam ini akan lenyap sewaktu mereka menikahmembina kehidupan bersama dan saling mengisi satu sama lain. Semua itu pun mencapai puncaknya ketika anak pertama dari pasangan suami-istri terlahir ke dunia ini.

2

Lembaga Kajian Ketahanan Keluarga Indonesia,“Tatanan Berkeluarga Dalam Islam,” (Jakarta: LK3I,2011).

3 Ali Qaimi


(29)

18

c. Memelihara Agama

Pernikahan tidak hanya menyelamatkan seseorang dari kejatuhan (ke lembah dosa) dan selain pula akan memuaskan nalurinya secara wajar sehingga menjadikan jiwanya tenteram dan damai semua itu tentu penting dalam kehidupan beragama.

d. Kelangsungan Keturunan

Allah Swt telah menumbuhkan keinginan dalam diri seseorang untuk melanjutkan keturunan.

Adapun yang menjadi tujuan dalam berkeluarga yang merupakan suatu keinginan atau keharusan dalam berkeluarga maka harus memperhatikan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu:

a. Kemuliaan keturunan yaitu menjaga keturunan dan melestarikan jenis manusia di dunia.

b. Menjaga diri dari setan

c. Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan hidup.

d. Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan bersama-sama. e. Melaksanakan hak hak keluarga.4

B. Dasar Hukum

Pernikahan adalah sunatullah bagi seluruh alam ini. Laki-laki dan perempuan laksana siang dan malam, dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.

4

Ali Yusuf As Subki, “Hukum Keluarga Islam,”(Sinar Grafika Offset: Jakarta, Februari 2010), h. 2431.


(30)

Dalam kehidupan rumah tangga bagi manusia pernikahan membawa implikasi dan tanggung jawab sosial yang sangat besar. Oleh karena itu pernikahan harus didasarkan oleh pondasi yang kuat dan kukuh agar tidak mudah runtuh.5

Adapun dasar hukum yang menunjukkan pensyariatan nikah adalah sebagai berikut:

































































Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak

-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya) maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: duatiga atau empat. Kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.” (Q.S An-Nisa:3)

Adapun menurut Rasul menikah adalah sunnah karena Rasul pun melakukan hal tersebut dan beliau menginginkan para umatnya melakukan sunnahnya seperti dalam salah satu hadistdari Anas ibn Malik r.a.:

“…. Akan tetapi aku shalat malam dan tidur, dan aku berpuasa serta berbuka,

dan aku menikah. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukan dari

bagian ummatku.”6

5Muhammad Mutawwali Sya’rawi Fiqh Wanita (Jakarta:Pena Pundi Aksara 2007)h.95 6

Ibnu Hajar Al-Asqalani dan ditahqiq oleh Isham Ad-din As-Shababuthy, Bulughul Maraam


(31)

20

Sedangkan asal hukum nikah adalah mubah7 dan hukum tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan pernikahan hukum tersebut bisa menjadi wajib sunnah haram atau makruh. Keempat hukum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Sunnah

Jumhur berpendapat bahwa hukum nikah adalah sunnah bagi mereka yang tidak khawatir dirinya terjerumus ke perbuatan zina bagi seseorang yang memungkinkan dan mampu untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan jika tidak menikah maka nikah baginya hukumnya sunnah. Meskipun demikian menikah tetap dianjurkan dan mungkin lebih utama daripada melakukan berbagai macam ibadah. Dasar pemikiran Jumhur adalah firman Allah:













“….Maka nikahilah (wanita-wanita lain selain yatim) yang engkau

senangi...”(Q.S. Annisa: 3)

Rasulullah Saw pun, melalui hadis yang telah disebutkan di atas (dari Anas ibn Malik r.a), menegaskan bahwasannya pernikahan merupakan sunnahnya.8

7 Abdul Fatah Idris dan Abu Hamadi Fiqh Islam Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta 1994) h.98.

8 Ahmad Sudirman AbbasPengantar Pernikahan “Analisa Perbandingan Antar Madzhab,” (Jakarta: Prima Heza Lestari 2006 ) h.9.


(32)

2. Wajib9

Bagi orang yang sudah siap untuk melangsungkan pernikahan dan dia khawatir manakala tidak menikah dia akan terjebak pada perzinaan maka pernikahan baginya adalah wajib. sebab menjaga diri dari sesuatu yang diharamkan (zina) adalah hukumnya wajib sementara untuk mencegah perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan menikah. Karena itu hukum menikah adalah wajib.

3. Makruh

Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan pernikahan adalah seseorang yang belum pantas untuk menikah belum mempunyai keinginan melangsungkan pernikahan serta belum memiliki bekal yang mapan untuk melangsungkan pernikahan.

4. Haram

Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tanggasehingga apabila melangsungkan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.10

5. Mubah

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak

9 Sayyid Sabiq

Fikih Sunnah Jilid 3 (Jakarta: Cakrawala Publishing 2011), h.208-209. 10 Abdul Rahman Ghazaly


(33)

22

memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hukum perkawinan yang terakhir ini diperselisihkan oleh ulama fikih. Menurut ulama Mazhab Syafi’i perkawinan bagi lelaki itu adalah mubah. Ada beberapa alasan yang dikemukakan mereka:11

a. Pada umumnyanas yang berbicara dalam masalah perkawinan senantiasa menggunakan kata al-hill (halal) yang mengandung makna mubah seperti dalam surah An-Nisa ayat 24. Menurut merekaal-hill tidak bisa diartikan wajib atau sunnah.

b. Nikah menurut mereka termasuk jenis amalan yang bersifat duniawi. Oleh karena itu perkawinan tersebut dilangsungkan baik oleh muslim maupun non muslim. Di samping itu mereka mengatakan bahwa perkawinan pada prinsipnya merupakan penyaluran naluri seksual; ini merupakan perbuatan yang alami. Karena itu kawin sama saja dengan makan dan minum yang bersifat mubah.

Adapun ulama Mazhab Az-Zahiri berpendapat wajib hukumnya bagi lelaki yang tidak khawatir dirinya akan terjerumus ke dalam perbuatan zina apabila tidak kawin dan juga tidak akan menganiaya istrinya jika ia kawin. Mereka mengemukakan beberapa alasan:

11

“Nikah” dalam Abdul Azis Dahlandkked.Ensiklopedi Hukum Islam vol. 1 (Jakarta: PT.


(34)

a. Nas yang menuntut perkawinan di atas (Surah An-Nisa: 3) mengandung perintah untuk kawin bagi laki-laki seperti ini. Menurut ulama Mazhab Az-Zahiri tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa kalimat al-amr dalam ayat tersebut tidak wajib. Oleh karena itu perkawinan bagi lelaki seperti ini termasuk dalam perintah wajib yang dikandung nas. b. Seorang lelaki meskipun dalam keadaan stabil tidak khawatir akan berbuat

zina tetapi suatu saat tetap dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perbuatan zina apabila tidak kawin.

C. Rukun dan Syarat

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan(ibadah),dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Rukun perkawinan merupakan masalah yang serius dikalangan para ulama karena perbedaan pendapat diantara mereka.Perbedaan itu pun terjadi dalam menentukan mana yang termasuk rukun dan mana yang termasuk syarat. Bisa jadi, sebagian ulama menyebut sebagai rukun dan ulama yang lain menyebut sebagai syarat.12

Terlepas dari perbedaan tersebut, jumhur ulama telah menyepakati bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:

1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. 2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

3. Adanya dua orang saksi.

12 Abdul Rahman Ghazaly


(35)

24

4. Sighat akad nikah yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau akilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah)tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Syariat Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama yaitu13

:

1. Calon pengantin laki-laki: beragama Islam, laki-laki, tidak sedang berihram haji/umroh, tidak mempunyai istri empat, termasuk isteri yang masih dalam menjalani „iddah talak raj’i, tidak dipaksa, tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam menjalani „iddah talak raj’i.

2. Calon isteri syarat-syaratnya: beragama Islam atau Ahli Kitab, jelas perempuan, tidak sedang berihramhaji/umroh, belum pernah disumpah li’an oleh calon suami, tidak bersuami atau tidak sedang menjalani masa „iddah oleh lelaki lain dan bukan mahram calon suami.

3. Wali syarat-syaratnya: beragam Islam, sudah baligh (dewasa), laki-laki, berakal, tidak fasiq, tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya) dan tidak rusak pikiran sebab terlalu tua atau sebab lainnya.

13 Abdul Rahman Ghazaly


(36)

4. Dua orang saksi laki-laki, syarat-syaratnya: Memahami arti kalimat ijab dan qabul.14

AdapunUU Perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan yang mana syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun perkawinan. KHI secara jelas membicarakan rukun perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 14 yang keseluruhan rukun tersebut mengikuti fiqh Syafi’i dengan tidak memasukkan mahar dalam rukun.15

Menurut Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan dinyatakan dalam pasal 6 tentang syarat perkawinan dalam ayat berikut:16

(1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

(3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

14Zahry Hamid

Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Bina Cipta 1978 ) h. 24-28.

15Amir SyarifuddinHukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fiqh Munakah at dan Undang-Undang Perkawinan,” (Jakarta: Prenada Media 2007 ) h. 61.

16

Badan Penasihatan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: BP4 Provinsi DKI Jakarta, 1977 ), h. 12-14.


(37)

26

(4) Dalamhal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin diperoleh dari wali, yaitu orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

(5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalalm ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut, dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.

(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

Kemudian dalam Pasal 17 ayat (1) disebutkan: perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

D. Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan Dini adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh salah satu calon mempelai atau keduanya yang belum memenuhi syarat umur yang


(38)

ditentukan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1): “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilanbelas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”17

Mas’um Djauhari menegaskan bahwa apabila seseorang hendak menikah seyogyanya mengetahui empat hal:18

a. Pernikahan sangat perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

b. Pernikahan harus memperhitungkan waktu yang sangat tepat sesuai dengan umur seseorang.

c. Kita harus mengetahui prosedur dan tata cara melangsungkan pernikahan. d. Kita tahu siapa yang akan menjadi calon pasangan kita.

Dengan berpatokan pada empat hal tersebut barulah seseorang dibolehkan melangsungkan pernikahan. Disamping hal tersebut juga ada yang belum dipersiapkan usianya yang sudah mencukupi atau belum.

Adapun penyimpangan dari batas minimal umur perkawinan ini harus mendapat dispensasi pengadilan terlebih dahulu setelah itu baru perkawinan dapat dilaksanakan. Pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan itu dapat dikenakan sanksi dengan peraturan yang berlaku. Agar hal ini dapat terlaksana maka kematangan calon mempelai sangat diharapkan kematangan

17

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia,2005), h.4.

18 Asmawi

Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan (Jakarta: Anggota IKAPI 2006) h.


(39)

28

dimaksud di sini adalah kematangan umur perkawinan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga tujuan perkawinan sebagaimana tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik.19

2. Sebab Terjadinya

Adapun yang menjadi sebab terjadinya pernikahan dini yang sering dijumpai kalangan masyarakat antara lain :

a. Masalah Ekonomi

Perkawinan usia muda kerap terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan.

b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua anak dan masyarakatmereka cenderung menikahkan anaknya pada usia muda. c. Faktor Orang Tua

Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat dekat sehingga orang tua menyegerakan anaknya untuk menikah.20

d. Faktor Adat dan Budaya

Faktor budaya yang dimaksud adalah kebiasaan beberapa masyarakat sekitar yang cenderung ingin cepat-cepat menikahkan anaknya.

19 Abdul Manan

Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group 2006) h. 11. 20 Soekanto


(40)

3. Pandangan Islam

Hukum melakukan pernikahan dini menurut mayoritas besar ulama fiqh,sebagai Ijma’ (konsensus) ulama fiqh, mengesahkan perkawinan di bawah umur. Menurut mereka masalah perkawinan seperti kriteria baligh dan berakal merupakan persyaratan bagi keabsahannya.

Adapun menurut pendapat para ahli dalam menentukan kedewasaan seseorang bisa dengan melihat beberapa aspek, yaitu:21

a. Menentukan kedewasaan anak-anak dengan tanda-tanda ialah datangnya masa haid kerasnya suara tumbuhnya bulu ketiakatau tumbuhnya bulu kasar di sekitar kemaluan.

b. Menentukan kedewasaan dengan umur terdapat berbagai pendapat antara lain:

1. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu di mulai dari 15 tahun. Walaupun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-tanda tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua orang maka kedewasaan ditentukan oleh umur. 2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia

19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik telah menetapkan 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

21 Huzaimah T. Yanggo dan Anshari

Problematika Hukum Islam Kontemporer(Jakarta:Pustaka Firdaus 2009)h. 83-84.


(41)

30

3. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21 tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern orang memerlukan persiapan yang matang sebab mereka masih kurang pengalaman hidup dan masih dalam proses belajar. Namun demikian kepada mereka sudah dapat diberikan beberapa urusan sejak usia 18 tahun.

Dalam Islam tidak disebutkan batas umur untuk menikah orang tuanya boleh menikahkan anaknya dibawah umur seperti yang terkandung dalam kitab fiqh dengan syarat tertentu seperti contoh dalam masalah kafa’ah yaitu sepadan.22

4. Dampak Psikologis

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Menurut teori Rousseau yang merekapitulasi (meringkas) perkembangan individu manusia dalam 4 tahap perkembangan sebagai berikut23:

1. Umur 0-4 tahun atau 5 tahun: masa kanak-kanak (infancy). Tahap ini didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang.

22 Aisyah DachlanMembina Rumah Tangga Bahagia “Peranan Agama Dalam Rumah

Tangga” ( Jakarta: Jamunu 1969)h. 81. 23 Sarlito Wirawan Sarwono


(42)

2. Umur 5-12 tahun: masa bandel (savage stage). Tahap ini mencerminkan era manusia liar manusia pengembara dalam evolusi manusia. Kemampuan akal masih sangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan formal seperti berhitung dan membaca serta menulis.

3. Umur 12-15 tahun: bangkitnya akal (ratio) nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba.

4. Umur 15-20 tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Maka faktor psikologis saat remaja mengalami perubahan pada tubuhnya biasanya mereka merasa bimbang disebabkan perubahan tubuhnya bahkan ketidaksiapan mereka dari mulai menikah sampai terjadinya kehamilan. Tegasnya usia 19 tahun sudah dipandang sebagai usia dewasa. Karena pada usia ini seorang anak sudah duduk di bangku kuliah minimal semester 2 atau 3 di perguruan tinggi. Sebaliknya sedang pada usia 18 tahun ke bawah masih di pandang belum dewasa. Usia ini mereka masih usia sekolah menegah ke atas. Pada usia ini secara psikologis mereka masih labil dan belum mampu untuk menghadapi


(43)

32

tantangan dalam hidup berumah tangga. Dan secara biologi organ-organ reproduksinya “belum matang” untuk bereproduksi secara sehat.24

5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan

Perkawinan di bawah umur mudah dihinggapi bahaya anaknya gugur lemah atau meninggal dan tak jarang pula sang ibu muda itu yang menjadi korban. Gadis yang masih muda penuh cita-cita untuk hari ke depan belum pada waktunya dibebani kewajiban-kewajiban beratdilepas dari asuhan orang tua diserahi mengurus rumah tangga bahkan lebih berat lagi dengan segala anggota tubuh yang masih muda dengan alat kandungan yang belum cukup matang ia harus memelihara manusia baru dalam badannya. Maka tak heran apabila banyak terjadi kekecewaan. Badan yang sedang tumbuh masih membutuhkan perkembangan-perkembangan dalam tubuhnya tidak diberi kesempatan terlebih dahulu untuk bersiap-siap sudah diberikan beban lain yang lebih berat.25

Karena menikah pada usia dini bagi perempuan rentan menimbulkan berbagai resiko baik bersifat biologis maupun psikologis. Indonesia tercatat sebagai negara yang sangat tinggi angka kematian ibu melahirkan (AKI). Hal ini mesti dihindari. Tingginya angka kematian ibu bukan hanya karena faktor

24Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq

Membangun Keluarga Humanis (Jakarta: Graha

Cipta 2005)h.34. 25

Aisyah Dahlan Membina Rumah Tangga Bahagiadan Peranan Agama dalam RumahTanggah 81.


(44)

kekurangan gizi dan kurang sehatnya organ-organ reproduksi tapi juga masih dipegangi pemahaman keagamaan yang kurang tepat dengan kita.26

Aspek yang lain adalah kehamilan yang memiliki keterkaitan erat dengan kondisi sosio ekonomi dan kesehatan msyarakat. Akan tetapi menurut penelitian yaitu kemungkinan seorang ibu meninggal atau anaknya meninggal atau menderita penyakit bertambah besar bila ibu melahirkan terlalu awal atau terlalu lambat. Perempuan yang secara fisik belum matang akan menghadapi bahaya lebih besar ketika melahirkan dan besar kemungkinan akan melahirkan anak yang lemah dibandingkan perempuan yang berumur dua puluhan atau relatif dewasa.27

Maka saat menikah diperlukan umur yang telah cukup matang untuk menghadapi sebuah rumah tangga karena terlalu muda pun akan membahayakan ibu dan calon anaknya. Bahkan pemerintah sendiri melalui program KB (Keluarga Berencana) berusaha untuk meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang beresiko tinggi sehingga harus dihindari.28

26 Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq

Membangun Keluarga Humanish.34. 27Ahmad Tholabie Kharlie

Hukum Keluarga Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 2013)h.204. 28 Sarlito Wirawan Sarwono


(45)

34

6. Dampak Terhadap Kependudukan

Pernikahan dini memberikan pengaruh hubungan gender yang asimetris, menyebabkan kurang akses wanita terhadap bermacam hal seperti pangan kesehatan pendidikan dan keterampilan secara langsung mengakibatkan kemiskinan dan lain sebagainya. Pernikahan dini merupakan gambaran rendahnya kualitas kependudukan dan menjadi fenomena masyarakat tersendiri.29

Pernikahan dini juga menimbulkan masalah kependudukan maka hal ini terbukti bahwa batas usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi lajunya pertumbuhan secara otomatis akan membantah munculnya permasalahan sosial ekonomi dan masalah hukum yang akan terjadi di masyarakat.30

Bahkan WHO menempatkan masalah kesehatan reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah penduduk kini diarahkan pada konteks kesehatan dan kesejahteraan sosial individu dan keluarga.31

29Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap Kependudukan Ditdamduk BKKBN Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Dampak OverpulationAkar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah (Jakarta : BKKBN 2012) h.7.

30

Mohammad dan M.Dlori. Jeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan (Jogjakarta: Media Abadi

2010) h. 11. 31

Merry Sri Widyanti Kusumaryani. “Determinan Perilaku Pacaran Remaja (Analisis Data Kesehatan Reproduksi Remaja 2002)” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta 2005)h.3.


(46)

7. Tingginya Angka Perceraian

Usia awal pernikahan merupakan salah satu prediksi yang paling penting dari sebuah suksesnya pernikahan orang yang menikah pada usia yang masih relatif muda lebih memungkinkan untuk bercerai daripada mereka yang menunggu usia mereka sampai benar-benar matang untuk menikah (Heaton 2002: Teachman 2002). T.C Martin dan Bumpass (1989) menyimpulkan bahwa usia pernikahan dalam 5 tahun pertama awal menikah merupakan prediksi paling kuat dalam bercerai (rentan perceraian).32

Usia dan level kedewasaan merupakan sebuah pertimbangan penting dalam mengevaluasi kesiapan untuk menikah. Teti Lamb dan Ester (1987) mengemukakan bahwa pria yang menikah sebelum usia 19 tahun lebih mudah untuk bercerai atau berpisah dibandingkan mereka yang menikah diatas umur 19 tahun. Adapun Booth dan Edward (1985) mengemukakan bahwa pria dan wanita yang menikah ketika masih remaja atau dalam usia muda maka pernikahannya tidak stabil atau kurangnya keharmonisan.33

32 Mark Kay De Genova & F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families (New York: McGraw-Hill 6th ed 2005) h.396.

33Mark Kay De Genova & F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families h.157.


(47)

36 BAB III

SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM

KAB. REMBANG JAWA TENGAH

A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis

Desa Tegaldowo adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dan wilayahnya pun dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak. Dalam Kecamatan Gunem terdapat 16 desa yang di mana 8 desa tidak berada dalam wilayah pergunungan dan 8 lainnya termasuk wilayah pegunungan.

Desa Tegaldowo termasuk dalam wilayah pegunungan Gunung Botak yang terbagi dalam enam daerah kecil yaitu Kelurahan Tegaldowo Dukuh Ngablak Dukuh Ngelu Dukuh Nglencong Dukuh Karanganyar dan Dukuh Dukoh. Desa ini begitu sederhana dengan wilayah yang masih banyak ditanami sawah karena mayoritas masyarakat disini adalah petani dan hanya terdapat keramaian pasar tradisional saat senin dan kamis di pagi hari.1

Desa Tegaldowo terkenal di Kabupaten Rembang karena menjadi arus perlintasan desa-desa sekitarnya terletak 37 kilometer dari pusat kota Rembang

dan daerah tersebut memiliki banyak pohon jati milik Perhutani di sepanjang jalan menuju desa. Desa Tegaldowo terletak berbatasan dengan Kabupaten Rembang-Blora yang berada di pegunungan Botak penduduknya pun tinggal di

1

Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kab. Rembang pada tanggal 3 Februari 2015.


(48)

rumah-rumah joglo yang setiap rumahnya memiliki ternak seperti sapi dan kambing. Wilayah Desa Tegaldowo berada dalam wilayah Kecamatan Gunem dan salah satu dari 16 desa, dengan jarak tempuh terhadap pusat pemerintahan adalah sebagai berikut2:

Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 11 (sebelas) KM.

Jarak dari pusat pemerintahan kota : 35 (tiga puluh lima) KM. Jarak dari kota/ibukota kabupaten : 35 (tiga puluh lima) KM. Jarak dari ibukota provinsi : 113 (seratus tiga belas) KM. Sedangkan batas wilayah Kelurahan/Desa Tegaldowo adalah:

Sebelah Utara : Suntri Sebelah Selatan : Kajar Sebelah Barat : Timbrangan Sebelah Timur : Tahonan

Adapun luas wilayah Desa Tegaldowo adalah 12.854,66 hektar dan merupakan desa terluas wilayahnya di Kecamatan Gunem adapun titik koordinat bujur Desa Tegaldowo 111.5157 dan koordinat lintangnya -6.874065.

B. Demografi Masyarakat3

Pemerintahan Desa Tegaldowo dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dibantu oleh beberapa staff yang terdiri dari 6 kepala dusun dan juga beberapa staff lainnya yang mengurusi berbagai kepentingan di Desa Tegaldowo.

Penduduk yang berpenghuni di Desa Tegaldowo berjumlah 4.912 jiwa dengan dominasi kaum perempuan.

2

Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Kab. Rembang Tahun 2014. 3


(49)

38

Tabel 1.0

Dominasi Jumlah Penduduk

No Jenis

Kelamin

Jumlah Penduduk

1 Laki-laki 2.447 Jiwa

2 Perempuan 2.465 Jiwa

Jumlah 4.912 Jiwa

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Tegaldowo lebih banyak didominasi oleh kaum perempuan yaitu sekitar 2.465 jiwa sedangkan kaum laki-laki sekitar 2.447 jiwa. Adapun jumlah penduduk kelompok usia pendidikan menurut struktur umur adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kelompok Usia Pendidikan

No Kelompok Usia

Pendidikan (dalam Tahun)

Jumlah

1 00-03 179

2 04-06 133

3 07-12 326

4 13-15 197

5 16-18 224

6 19 tahun ke atas 3.853

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk menurut kelompok usia pendidikan banyak dihuni oleh mereka yang berusia 07-12 tahun dan paling sedikit berusia 04-06 tahun.


(50)

Tabel 1.2 Kelompok Usia Kerja

No Kelompok Usia

Tenaga Kerja

Jumlah

1 10-14 tahun 291

2 15-19 tahun 378

3 20-26 tahun 515

4 27-40 tahun 1.162

5 41-56 tahun 1.136

6 57- keatas 943

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014

Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa pada tanggal 3 Februari 2015 bahwa perekonomian penduduk Desa Tegaldowo dalam tingkatan menengah ke bawah sehingga banyak masyarakat yang memilih putus sekolah dan berani melakukan „ngemblok’ pada usia yang relatif muda. Tidak heran kalau pada masyarakat ini ditemukan kompleksitas permasalahan yang muncul. Seperti kemiskinan kebodohan pernikahan anak dan banyaknya janda akibat „ngemblok’ dijadikan sarana untuk memperoleh keuntungan semata.4

C. Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomiannya5

Penduduk Desa Tegaldowo berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014 berjumlah 4.912 jiwa dengan jumlah perempuan 2.465 jiwa dan laki-laki 2.447

4

Wawancara Pribadi dengan Ibu Swis Lidya di Jakarta pada 3 Februari 2015. 5


(51)

40

jiwa berikut ini merupakan set data tahun 2014 yang diperoleh dari prodeskel Desa Tegaldowo yang terakhir diakses pada Desember 2014 lalu:

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Desa Tegaldowo No Tahun Jumlah

Laki-Laki (orang) Jumlah Perempuan (orang) Jumlah Total (orang) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 2012 2.359 2.375 4.734 1.521 36

2 2013 2.365 2.378 4.743 1.511 36

3 2014 2.447 2.465 4.912 1.525 36

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Mayoritas mata pencaharian Desa Tegaldowo adalah di bidang pertanian peternakan dan perburuhan. Pertanian di Desa Tegaldowo ditinjau dari kepemilikan tanah yang terbagi menjadi dua jenis pertanian yaitu pertanian pribadi dan pertanian persil. Pertanian pribadi adalah pertanian yang dikerjakan di atas tanah milik sendiri sedangkan pertanian persil adalah aktifitas pertanian yang dikerjakan di atas tanah lahan milik Perhutani yang belum ditanami atau hutan jati yang baru ditebang dan dibiarkan kosong. Meski menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa pertanian di wilayah Desa Tegaldowo tidak menjanjikan hasil pertanian hanya berkisar pada tanaman Palawijaya dengan hasil jual yang tidak begitu tinggi. Hal itu disebabkan keadaan geografis Desa Tegaldowo yang jauh dari keramaian dan berada di lingkungan perbukitan.6

6

Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwandah selaku warga Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(52)

Namun saat ini sedang dibangun pabrik semen yang baru 16% kerampungannya dengan adanya pembangunan tersebut tentu saja ada yang pro dan kontra. Mereka yang pro karena berharap dengan pembangunan tersebut dapat membuka lapangan kerja baru dan memperbaiki kondisi perekonomian mereka sedangkan yang kontra menganggap sebuah ancaman karena mata pencaharian mereka bertani dan khawatir akan merusak tanaman mereka. Ada pula yang beranggapan akan memberikan polusi udara yang kurang baik karena Desa Tegaldowo merupakan desa yang tergolong sejuk karena wilayahnya dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak dan secara persentase petani mencapai 95% dan petani persil berjumlah 70% dari jumlah persentase petani.7

Tabel 1.4

Penduduk Menurut Profesi atau Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Laki-laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah

1 Pegawai Negri Sipil 9 3 12

2 TNI/Polri 2 0 2

3 Karyawan Swasta 35 1 36

4 Guru Swasta 7 13 20

5 Petani 1.492 1.526 3.018

6 Pedagang keliling 3 12 15

7 Dukun tradisional (Dongke) 0 3 3

8 Buruh 7 1 8

7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nyono Kepala Dusun II Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 3 Februari 2015.


(53)

42

9 Pengusaha kecil menengah dan besar

1 0 1

10 Buruh tani 112 138 250

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014 D. Kondisi Agama Budaya dan Pendidikan8

1. Agama

Dalam bidang Agama, masyarakat Desa Tegaldowo seluruhnya beragama Islampada tahun 2012 tercatat satu orang beragama Kristen yang merupakan warga pendatang. Namun pada tahun 2013 seluruhnya beragama Islam, hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5 No Tahun Agama Laki-Laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

1 2012 Islam 2.359 2.375 4.734

2 2013 Islam 2.365 2.378 4.743

3 2014 Islam 2.447 2.465 4.912

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.

Desa Tegaldowo meskipun mayoritas beragama Islam dan merupakan salah satu desa yang seluruh penduduknya beragama Islam akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka masih menganut tradisi nenek moyang yaitu mempercayai hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka dalam kehidupan kesehariannya tak jarang ditemukan di warung-warung kopi pinggir jalan berani bermain kartu bersama dan bahkan meminum-minuman keras

8


(54)

kebiasaan tersebut terjadi di kalangan orang tua bahkan sampai pemuda di Desa Tegaldowo.

Sarana penunjang untuk melakukan aktifitas keagamaan masyarakat terbilang relatif banyak masjid yang ada di Desa Tegaldowo sebanyak 2 buah dengan mushalla sebanyak 24 buah yang tersebar di keenam dukuh. Bahkan kondisi masjid dan mushallanya cukup baik hanya saja karena tidak terawat sedikit kotor dan kurang pantas untuk dijadikan sarana peribadatan, maka perlu dibersihkan terlebih dahulu. Terlepas dari hal tersebut, lebih banyak dari mereka yang sekedar mengaku Islam hanya dalam tataran administratif.

Adapun peran tokoh agama di desa Tegaldowo sangatlah kurang bahkan tidak tersentuh unsur keagamaannyamereka masih mempercayai unsur kebudayaan kejawen dan masih meminta pertolongan kepada dongke (dukun jawa). Yang mengetahui tentang keagamaan hanya staff dari KUA Gunem saja  namun sangat disayangkan mereka kurang aktif bersosialisasi karena domisili tempat tinggal mereka bukakn di Kecamatan Gunem. Jadi hanya pada acara tertentu saja mereka mengisi kegiatan keislaman seperti kursus Catin menghimpun zakat fitrah saat bulan Ramadhan dan mengisi khutbah nikah.

Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menuturkan, ketika menikahkan Calon Pengantin (Catin) saat akad nikah untuk mengucapkan


(55)

44

kalimat „syahadat’ mesti dituntun begitu pun dengan wali nya corak keagamaan yang terjadi masih kentalnya nuansa kejawen dan mempercayai hal yang berunsur magic masih melekat. Adat istiadat dari leluhur masih melekat dalam diri mereka apalagi tingkat pemahaman agama mereka masih rendah.

2. Budaya (Adat Istiadat)

Budaya ritual yang masih membumi di tengah-tengah masyarakat adalah: a. Tradisi Ngemblok. Sebelum diadakannya pesta perkawinan biasanya

laki-laki akan melamar perempuan itu terlebih dahulu yang akan dijawab beberapa hari kemudian dengan memberikan makanan yang cukup banyak 1-2 truk dan itulah yang dinamakan “Mblok-mblokan” sang wanita untuk pria memberikan makanan yang cukup banyak kemudian dibagikan ke tetangga-tetangga sebagai ucapan rasa syukur. Kemudian laki-laki akan datang beberapa hari kemudian memberikan “Mblok-mblokan” atau seserahan sebagai balasan atas makanan yang dikirimkan dari pihak perempuan beberapa hari yang lalu dan “Mblok-mblokan” ini bisa berupa perhiasan uang hewan ternak atau berupa tanah. Inilah yang disebut dengan Tradisi Ngemblok. Karena sudah mentradisi, jika tidak ada Ngemblok bisa bubar.9

9

Wawancara Pribadi dengan Siti Nikmah, Pelaku Nikah Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(56)

Apabila dua keluarga sudah saling memberikan “Mblok-mblokan”, biasanya akan dicarikan hari dan tanggal pernikahan oleh “dongke” atau yang biasa disebut dengan dukun jawa, orang yang khusus mencarikan hari yang baik karena hukum adat masyarakat Desa Tegaldowo masih kuat bahkan terkadang petugas KUA yang menyesuaikan keinginan pihak keluarganya. Ada yang sampai tempat duduk pengantinnya dihitung posisinya, di dalam rumah atau di luar rumah. Ada juga pengantin yang dilarang berjalan melalui pintu depan melainkan melalui jendela ada pula larangan bertemu di jam-jam tertentu dan masih banyak pantangan yang terkadang tidak masuk akal oleh logika seseorang.10

b. Tradisi Tayub. Pertunjukkan Tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat desa Tegaldowo meskipun mereka tahu bahwa acara tayub tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya tayub digelar untuk acara perkawinan yang apabila mempelai laki-laki membawa seekor kerbau untuk mempelai perempuan maka „wajib’ hukumnya bagi pihak mempelai wanita menggelar kesenian tayub pada pesta perkawinannya. Biasanya masyarakat akan tahu ada kesenian tayub jika sudah diberi undangan berupa daging kerbau yang sudah dipotong dicacah dan dikirimkan kepada orang yang akan joget di acara tayub tersebut. Daging diberikan satu setengah kilogram yang sekaligus sebagai undangan,

10

Wawancara Pribadi dengan Ibu Nanik Rahayu pelaku pernikahan dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(57)

46

sinden’ atau „ledek’ pun juga diberikan. Jika yang datang pejabat maka

diprioritaskan bahkan diberi penghormatan untuk menari atau berjoget terlebih dahulu bersama para „ledek.

Saat diadakan kesenian tayub ini kerumunan masyarakat baik yang sekedar menonton maupun yang ikut menari bersama „ledek’ sangat banyak. „Ledek’ atau penari perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang, dikelilingi oleh banyak laki-laki bahkan terkadang tangan laki-laki pun ikut sekedar mengelus pipi penari tersebut atau menyentuh bagian yang tak layak disentuh di tempat umum. Meskipun Desa Tegaldowo sebagai wilayah pegunungan yang memungkinkan jauh dari hal-hal yang negatif tapi ternyata saat kesenian tayub berlangsung masyarakat di sana berani untuk meminum-minuman keras karena dengan meminumnya mereka percaya akan menambah percaya diri saat menari bersama penari perempuan atau „ledek’.

c. Upacara anak dalam kandungan. Upacara ini biasanya dilakukan pada usia kandungan empat bulan karena menurut kepercayaan umat Islam bahwa malaikat mulai meniupkan roh kepada sang janin. Biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh sanak keluarga tetangga para sesepuh serta para tokoh Agama dengan acara yang Islami seperti Tahlilan.

d. Metoni. Tradisi masyarakat desa Tegaldowo setelah melahirkan adalah


(58)

diberikan „kalimat thoyyibah’ dan ditanam dengan lampu selama 40-70 hari karena ari-ari sang bayi tersebut “dianggap saudara”. Dalam acara ini biasanya akan dibuat tumpeng dan bahkan ada yang menyelenggarakan acara tayub sampai ketoprak hal itu merupakan tradisi masyarakat turun-temurun.11

e. Selamatan menurut penanggalan jawa atau yang disebut „kalender jawa’. Di antara kalender-kalender umat Islam yang biasa dilakukan masyarakat Desa Tegaldowo antara lain: 1 Syura 10 Syura untuk menghormati Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW 12 Maulud (Robiul Awal) untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW 7 Syawal dengan acara katupatan yaitu dengan diramaikan membuat ketupat dan di gunakan untuk selamatan di dekat mushalla terdekat.

Di Desa Tegaldowo bisa dikatakan bahwa masalah budaya hubungan antar masyarakat telah terjadi secara turun-temurun dari tradisi nenek moyang masyarakatnya saling tepo selero (tenggang rasa) dengan sesamanya. Namun ada keunikan dalam upaya pelanggengan status sosial masyarakat ada yang berusaha menjaga kualitas sosial dengan melakukan perkawinan dengan masyarakat yang sama statusnya. Selain dengan status sosial kemampuan mengkawinkan anak perempuan juga menjadi simbol kebanggaan dari

11

Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwanto Pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(59)

48

masyarakat. Bahkan dengan status janda sekalipun mereka tetap menjadikan perkawinan anak perempuan tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan keberhasilan. Perceraian hanya menjadi warna lain dari kehidupan mereka dan bukan menjadi suatu persoalan.12

3. Pendidikan

Desa Tegaldowo apabila ditinjau dari sarana pendidikannya terdiri dari beberapa gedung sekolah, bahkan pemerintah setempat telah menambah beberapa gedung sebagai upaya mencegah terjadinya pernikahan dini.

Tabel 1.6

Data Sekolah Formal di Desa Tegaldowo13

No Jenis

Gedung

Jumlah Gedung

1 Gedung SMP/Sederajat 2

2 Gedung SMA/Sederajat 1

3 Gedung SD/Sederajat 3

4 Gedung TK 1

5 Gedung Play Group 0

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.

Masalah pendidikan pada Masyarakat Desa Tegaldowo baru mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sekitar awal dekade 2000-an sebelumnya pendidikan yang ada dan tersedia di Desa Tegaldowo hanya setingkat Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 2004 baru didirikan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) di Tegaldowo namun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

12

Wawancara dengan Bapak Mardi Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.

13


(60)

pendidikan masih belum disadari dan keinginan anak-anak untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMP masih sangat rendah. Semangat pendidikan anak berbanding terbalik dengan semangat menikahkan anak-anak mereka pada usia dini (di bawah umur). Kemudian pada tahun 2012 didirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Desa Tegaldowo sebagai upaya menekan arus pernikahan dini namun ternyata hanya beberapa orang saja yang melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMK.14

Tabel 1.7

Data Pendidikan Penduduk Desa Tegaldowo Tahun 201415

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 Taman kanak-kanak 47

2 Sekolah Dasar 97

3 SMP/SLTP 92

4 SMA/SLTA 31

5 Akademi/D1-D2 3

6 Sarjana (S1-S3) 7

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tegaldowo jika ditinjau dari jenis pendidikannya, yang tamat SD lebih besar dibandingkan lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dapat digunakan sebagai acuan lebih untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Tegaldowo. Selain pendidikan

14

Wawancara Pribadi dengan Bapak Bari Kepala Dusun V Desa Tegaldowo Kecamatan, Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 3 Februari 2015.

15


(61)

50

formal, masyarakat Desa Tegaldowo khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah terkadang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan non formal yang diadakan oleh pihak Plan Indonesia.16

Maka sangat disayangkan apabila tahun ini adalah tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk membina desa Tegaldowo karena meskipun perubahan belum dirasakan setidaknya anak-anak di sekolah merasakan pendidikan dari pihak Plan Indonesia. Menyadari makna pentingnya pendidikan meskipun pada akhirnya nasib mereka menikah pada usia dini karena otoritas kekuasaan orang tua. Namun masih ada harapan perubahan jika ke depannya pola pikir mereka lebih maju karena pengalaman merekalah yang membuat tidak ingin anak cucu mereka merasakan pernikahan dini seperti yang mereka rasakan.

16 Wawancara Pribadi dengan Ibu Fika Humas Plan Indonesia Rembang pada tanggal 24 Februari 2015.


(62)

51 BAB IV

HASIL DAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok

Ngemblok merupakan istilah lamaran atau besanan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo. Sebelum adanya fase Ngemblok maka didahului dengan fase ndhedheki yaitu ketertarikan seorang pria dengan seorang wanita yang diumumkan oleh khalayak ramai bahwa wanita itu sudah ada yang menaksirnya. Adapun yang menjadi latar belakang terjadinya Ngemblok karena adanya persepsi pemahaman atau keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa tradisi tersebut harus dilestarikan dari nenek moyang mereka. Tradisi tersebut sampai saat ini masih karena Ngemblok merupakan sebuah kekayaan budaya pada masyarakat Desa Tegaldowo.1

Ngemblok merupakan sebuah tradisi pemberian sesuatu berupa makanan atau

harta benda pemberian pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Tradisi Ngemblok di wilayah Desa Tegaldowo seringkali dijadikan bisnis bagi keluarganya apalagi jika anaknya cantik putih dan kaya. Apabila Mblokan (pemberiannya) kurang banyak tidak sesuai harapan keluarga pihak perempuannya biasanya pernikahannya hanya sebentar saja dan orang tua pihak perempuan akan mencarikan calon suami yang memberikan Mblok yang banyak. Pernah terjadi

1

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kab.Rembang pada tanggal 10 Februari 2015.


(63)

52

pada salah satu masyarakat Desa Tegaldowo menikah sore hari karena Mblok nya (pemberiannya) kurang dan mertuanya sering menyindir saat fajar pihak laki-laki akhirnya kembali ke rumah orang tuanya dan saat itu juga terjadi perceraian.2

Masyarakat sana tidak terima apabila tidak ada Ngemblok karena sudah mentradisi bisa bubar jika tidak ada Ngemblok.

Tata cara pernikahan dalam tradisi ala masyarakat Desa Tegaldowo adalah sebagai berikut3:

1. Fase Ndhedheki

Apabila seseorang laki-laki tertarik kepada seorang wanita maka hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Tegaldowo adalah mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita yang diincarnya sudah ingin dilamarnya. Maka dengan begitu wanita tersebut tidak akan menjadi incaran pria lain. Fase ndhedheki ini sudah mentradisi di masyarakat wilayah Kecamatan Gunem khususnya Desa Tegaldowo.

2. Fase Ngemblok4

Yaitu di mana seorang laki-laki melamar wanita yang telah diincarnya kemudian wanita akan memberikan jawaban lamaran seminggu kemudian

2

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 10 Februari 2015.

3

Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015.

4

Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwikjo, Kepala Dusun IV Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 10 Februari 2015.


(64)

dengan memberikan makanan sebanyak 2-3 truk yang merupakan bagian dari fase Ngemblok. Makanan itu nanti nya akan dibagikan kepada para sanak saudaranya kerabat dekatnya serta tetangga-tetangganya. Pembagian makanan itu sebagai pemberitahuan bahwa laki-laki itu sudah ngemblok dan akan segera menikah.

Seminggu kemudian laki-laki memberikan mblok-mblokan atau seserahan kepada calon pengantin wanita dan yang menjadi sebuah tradisi adalah laki-laki memberikan kerbau kepada calon pengantin perempuan. Kerbau tersebut diantar keliling kampung sekaligus sebagai sebuah pengumuman pada masyarakat Desa Tegaldowo bahwa laki-laki tersebut akan menikah. Yang menjadi sebuah kebanggaan masyarakat tersebut yaitu “tradisi pertunjukkan tayub” akan dihadirkan pada malam acara pernikahan.

3. Mencari Hari Baik

Masyarakat Desa Tegaldowo apabila akan mengadakan acara pernikahan sebelumnya akan datang ke dongke atau dukun jawa sebagai upaya pencarian hari baik dengan cara; hari dan pasaran (nilai) dari kelahiran dua calon pengantin yaitu anak perempuan dan anak laki-laki masing-masing dijumlahkan dahulu kemudian masing-masing dibuang (dikurangi) sembilan5.

5

Wawancara Pribadi dengan Bapak Mukhson Penghulu KUA Rembang, pada tanggal 20 Februari 2015.


(65)

54

Dan dalam hitungan menurut versi Jawa yang termasuk dalam hari dan pasaran nama hari (Neptu) nilai yaitu6

:

a. Ahad : 5 b. Senin : 4 c. Selasa: 3 d. Rabu: 7 e. Kamis: 8 f. Jum’at: 6 g. Sabtu : 9

Adapun nama pasaran (Neptu) nilai yaitu:

a. Legi: 5 b. Pahing: 9 c. Pon: 7 d. Wage: 4 e. Kliwon: 8 Karena berdasarkan realita supranatural menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan prediksi primbon bagi kalangan masyarakat Jawa termasuk wilayah Desa Tegaldowo memang masih diyakini dan diakui keberadaannya.

4. Resepsi Pernikahan

Pernikahan dan tata caranya sesuai dengan peraturan di negara ini tetapi yang sering terjadi adalah seorang penghulu harus mengikuti permintaan orangtua kedua mempelai. Biasanya yang berkaitan dengan proses akad nikah seperti tempat duduk pengantin dihitung posisinya dan harus berada di dalam atau luar rumah ada yang tidak boleh melewati pintu depan tapi harus melalui jendela rumah menyesuaikan jam bertemu antara pihak calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan dan masih banyak hal yang kadang di luar akal manusia.

6

Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(66)

Semua hal yang berkaitan dengan pernikahan tersebut merupakan bagian dari peran dongke (dukun jawa) yang khusus mencari hari baik dan keyakinan itu masih mengakar kuat pada masyarakat Desa Tegaldowo. Hukum adat yang masih berlaku menggunakan dongke (dukun jawa) pada masyarakat Desa Tegaldowo saat acara pernikahan atau acara apapun masih diyakini oleh warga sekitar dan masih bertahan7.

5. Pertunjukkan Tayub

Pertunjukkan tayub merupakan sebuah kebanggaan pada masyarakat desa Tegaldowo. Tayub merupakan bagian dari “Pernikahan ala Tradisi Tegaldowo” dimana seorang mempelai wanita yang telah memperoleh kerbau dari mempelai laki-laki seolah wajib mengadakan pertunjukkan tayub. Daging kerbau biasanya dipotong dan diberikan kepada para tamu undangan agar malam harinya tamu undangan tersebut menghadiri acara tayuban biasanya malam hari acara tersebut dimulai dan para ledek atau penari siap menghibur tamu undangan.

Dan yang terjadi saat acara tayuban mereka tidak segan-segan untuk meminum minuman keras dan saat menari bersama ledek pun tidak malu untuk memegang bagian tubuh sang ledek seperti bagian pinggang mengelulus pipi sang ledek dan lain sebagainya. Biasanya acara tayub ini akan digelar semalam suntuk untuk menghibur masyarakat Desa Tegaldowo

7

Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwanti perias pengantin di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)