Berdasarka uraian di atas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh dalam pelaksanaan program pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara terhadap kinerja Jaksanya, sehingga penulis mengadakan penelitian dengan judul :
“Penngaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka penulis ingin merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapi. Adapun tujuan penelitian ini adalah berikut :
Mengukur seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, selain untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
penulisan dalam melakukan dalam melakukan penulisan karya ilmiah juga untuk memenuhi salah satu pesyaratan dalam memperoleh gelar sarajana.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi pihak kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara , dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan kinerja di Kejaksaan.
3. Bagi Fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Sumatera Utara, sebagai penambahan kualitas dan kuantitas referensi di bidang ilmu sosial pada
umumnya dan ilmu administrasi negara pada khususnya.
1.5 Kerangka Teori
Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah , perlu digunakan pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneniliti dalam menjelaskan
fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menciptakan presepsi pola pikir yang komprehensif dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan
demi terwujud kepastian hukum dan tata pemerintahan yang bersih dan baik. Sebagaimana memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada
pelayanan pengayoman dan pemberdayaan masyarakat; dan dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas, fungsi
dan wewenang Kejaksaan secara profesioanal dengan dilandasi sikap dan kepribadian seorang Jaksa yang bersendikan Tri Krama Adhyaksa: Dalam
menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Diklat sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam melaksanakan tugas.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Pendidikan dan Pelatihan 1.5.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan.
Untuk meningkatkan kualitas dari pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebagai abdi masyarakat , negara dan bangsa sangat perlu dilakukan
pendidikan dan peltihan terhadap pegawainya yang ingin meningkatkan jabatannya menjadi jaksa . Pendidikan dan Pelatihan jabatan pegawai Kejaksaan
Tinggi Sumatera Utara yang dapat disebut juga dengan diklat yang dengan proses belajar dan penambah pengetahuan guna meningkatkan kompetensi Pegawai yang
ingin menjadi jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Pendidikan menurut wijaya 1995:75 dimaksudkan untuk membina
kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai , guna meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan sehingga mereka
dapat menunaikan tugas dengan kinerja yang baik dengan menjungjung rasa kewajiban yang sebaik-baiknya.
Pelatihan dapat difenisikan dengan upaya untuk mentransferkan keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sehingga para
peserta menerima dan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan Revida 2007:94
Hamalik 2000:10 menjelaskan pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada tenaga kerja yang diberikan kepada tenaga profesional kepelatihan dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan
produktifitas dalam suatu organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu pengertian pelatihan menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01kepM. Pan2001 adalah proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan pendekatan pelatihan
untuk bertujuan untuk meningkatkan dalam suatu beberapa jenis keterlampilan tertentu.
Pengelolaan diklat adalah merupakaan proses kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian monitoring dan evaluasi guna
meningkatkan kompentensi atau kemampuan Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dalam suatu jabatan untuk menyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan secara efektif dan efesien. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi dimaksud adalah dengan
mengikutsertakan pegawai tersebut dalam program Pendidikan dan Pelatihan dan dapat di sah kan menjadi Jaksa.
Sedarmayanti 2004:143, menyatakan , salah satu cara untuk mempertinggi mutu pegawai pada program pendidikan dan pelatihan Diklat . Pendidikan dan
Pelatihan merupakan uapaya untuk menambah pengetahuan dan keterlampilan bekerja, sehingga dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.
Dengan itu juga, Notoadmojo 2003:30 menyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian besar.
Kemudian, Wursanto 1998:59, menyatakan bahwa untuk mempertinggi mutu pegawai, baik pengetahuan, keterlamilan, bakat maupun mentalnya, kepada
para pegawai perlu diberikan berbagai macam latihan dan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Pandangan dari segi Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.Notoadmojo, 2003:28. Pandangan lainnya, dikemukaan oleh Nasution 2000:71,dimana ia
membedakan Pendidikan dan Pelatihan sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu proses, teknis dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu
pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan
mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterlampilan dan kemampuan kerja seseorang karyawan atau sekelompok orang.
Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut, dapat kita pahami bahwa pelaksanaan pendidikan dan Pelatihan itu perlu dan merupakan suatu modal bagi
organisasi untuk berkembang lebih baik, dengan diklat, pegawai dapat ditingkatkan kualitasnya, kompetensi, sehingga akan berpengaruh pada
produktivitas, dan kinerja dalam pelayanan secara umum. Dalam rangka pengelolahan Pendidikan dan Pelatihan ini terdapat empat hal
yang secara prinsip yang harus diperhatikan, adalah: a Analisa Kebutuhan Diklat Need Analysis; b Prinsip Pembelajaran Learning Principles; c Teknik-
teknik Diklat Traning Techniques; d Evaluasi Program Program Evaluation. Newstrom dalam suherman: 2005.
Berdasarkan dari keseluruhan uraian, dapat dinyatakan bahwa pendidikan lebih bersifat umum dan untuk kepentingan seseorang, merupakan suatu proses
belajar mengajar dengan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan
Universitas Sumatera Utara
diselenggarakan dengan pendekatan formal bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan mentransferkan sejumlah teori bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan dengan menstransferkan sejumlah teori yang menjadi landasan dalam bersikap dan bertindak , yang dapat berguna baik
untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Sementara itu, pelatihan lebih bersifat khusus, yang merupakan proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk pengembangan keterlampilan atau kemampuan kerja individu ataupun kelompok, yang sudah bekerja suatu
organisasi tertentu , agar lebih menjadi efisien, efektif. Pelatihan ini juga dimaksud untuk peningkatan produktifitas kerja pegawai, yang bersifat lebih
terarah dan lebih menekankan pada praktek.
1.5.1.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Wursanto 1989:60 secara umum tujuan lain dari pendidikan dan pelatihan, yaitu :
1. Menambah pengetahuan pegawai.
2. Meningkat pengabdian , mutu, keahlian dan keterlampilan pegawai.
3. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.
4. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan cepat. 5.
Mengembangkan semangat , kemauan dan kesenangan kerja pegawai. 6.
Mempermudah pengawasan terhadap pegawai. 7.
Mempertinggi stabilitas pegawai.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Hamalik 2001 : 12 menjelaskan Diklat mempunyai tujuan tertentu ialah untuk meningkatkan kemampuan kerja perserta yang
menimbulkan perubahan prilaku aspek-aspek kognitif pengetahuan , keterlampilan dan sikap.
Selanjutnya tujuan dari pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2000 menjelaskan bahwa diklat bertujuan
untuk : 1.
Meningkatkan pengetahuan , keahlian , keterlampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian
dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan instansi. 2.
Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharuan dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Memantapkan sikap dn semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan , pengayoman dan pemberdayaan masyarakat. 4.
Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintah yang baik.
Tujuan dan sasaran Pendidikan dan Pelatihan dapat terlaksana jika ada dukungan dari para penyelenggara serta unit kerja dan motivasi dari para peserta
Diklat itu sendiri. Pada prinsipnya, para peserta Diklat harus menyadari pentingnya mengikuti dengan benar karena kegunaan diklat dimaksudkan dalam
upaya peningkatan kompetensi mereka, sehingga yang diharapkan dapat maksimal yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi jaksa dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan pada publik yang mereka layani sesuai dengan kualitas yang mereka miliki dan kebutuhan publik.
Tujuan Pelatihan dan Pendidikan bagi Jaksa menurut Peraturan Jaksa Agung 068AJA072007- Pasal 2 adalah untuk:
a. Meningkatkan kesetian dan ketataan sebagai pegawai Kejaksaan kepada Pancasila dan UUD 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;
b. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir serta wawasan yang komprehensif dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang
Kejaksaan dan tata pemerintahan yang baikgood governance; c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman dan pemberdayaan masyarakat; d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan secara profesional dengan dilandasi sikap dan kepribadian Seorang Jaksa yang bersendikan
Tri Krama Adhyaksa. e. Menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Pendidikan dan
Pelatihan sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam melaksanakan tugas.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.3 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan
Adapun 5 manfaat dan dampak yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menurut Sastrohadiwiryo 2002: 198 antara lain:
1. Peningkatan keahlian kerja, yaitu para tenaga kerja menjadi memiliki
motovasi untuk meningkatkan kualitas dalam bekerja dengan produktivitasnya.
2. Pengurangan keterlambatan kerja, yaitu pengurangan tenaga kerja seperti
seperti sakit , macet, dan keperluan keluarga yang tidak dapat diganggu dapat diminimalisasi, karena pemimpin mengutamakan pegawai yang
bersangkutan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. 3.
Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja, yaitu timbulnya kelalaian dalam bekerja biasanya disebabkan karena kelalaian pegawai saat
bekerja. 4.
Peningkatan produktivitas kerja, yaitu dengan adanya pendidikan dan pelatihan maka diharapkan pegawai akan lebih semangat sehingga dapat
memahami kondisi pekerjaannya. 5.
Peningkatan rasa tanggungjawab, yaitu menuntut tanggungjawab yang besar sehingga pegawai menghargai setiap tugas diberikan yang juga dipengaruhi
pemberian dan pembekalan melalui pendidikan dan pelatihan.
1.5.1.4 Metode pendidikan dan pelatihan.
Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pelatihan yang digunakan dalam guna meningkatkan mutu Jaksa dalam pengetahuan,
Universitas Sumatera Utara
keterlampilan maupun dalam sikapnya. Metode penelitian menurut tujuan dan program pelatihan adalah :
1. Ceramah, kuliah, tanya jawab
2. Curah pendapat brain storming
3. Peran serta role playing
4. Studi kasus
5. Presentasi dan Seminar.
6. Simulasi
7. Dinamika kelomok
Teknik-teknik Pendidikan dan pelatihan ini, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan yang terakhir apakah program Pendidikan dan Pelatihan tersebut
berjalan atau terlaksanaan dengan berhasil dan mencapai sasaran maximal. Sementara itu, pengertian dari studi kasus menurut Mangkunegara
2003:65 ialah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara hipotesis. Pada metode ini
peserta diminta untuk mengindentifikasikan masalah-masalah dan merekomendasikan pemecahan masalahnya. Metode ini mengkehendaki belajar
melalui perbuatan, dengan maksud meningkatkan pemikiran analisis dan kemampuan memecahkan masalah.
Selanjutnya, metode terakhir adalah seminar dan presentasi. Seminar bermakna sebagai pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah
dibawah pimpinan ahli guru besar, pakar dan lainnya. Jadi, prinsipnya seminar hampir sama dengan diskusi , hanya saja pada seminar fokus perannya lebih
Universitas Sumatera Utara
dipegang oleh pimpinan seminar dalam mengarahkan dikusi yang terjadi setelah suatu masalah dipresentasikan oleh seseorang atau seseorang lain yang mewakili
kelompok, tiap kelompok atau perwakilan kelompok dapat mengajukan pertanyaan, menyumbangkan ide dan lainnya, yang pada akhirnya seminar akan
dibuat suatu kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita analisis Kebutuhan pendidikan dan
Pelatihan merupakan langkah awal yang penting dalam manajemen kediklatan. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan merupkan kesenjangan kompetensi yang
dipersyaratan dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh aparatur dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh
aparatur dalam pelaksanaan tugas Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31 tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. Dapat penulis tambahkan, bahwa kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dapat
terdiri dari tiga kategori Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31 nomor 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah, yaitu: 1. Kebutuhan pada tingkat organisasilembaga.
2. Kebutuhan pada tingkat jabatanposisi. 3. Kebutuhan pada tingkat individuperorangan.
Demikian dari kebutuhan dari pendidikan dan pelatihan ini ada tiga langkah utama yaitu: 1. Indetifikasi kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan.
2. Analisis hasil indentifikasi kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penilaian Kesenjangan pengetahuan, sikap dan keterlampilan. Dari hasil yang dapat dimaksud, yang akan menjadi sebuah tujuan
Pendidikan dan Pelatihan yaitu dengan adanya kompetensi dasar dan indikator keberhasilan. Kompetensi dasar merupakan suatu tujuan umum yang dapat
menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterlampilan yang harus dicapai oleh peserta dalam suatu program atau jenis diklat tertentu.
1.5.1.5 Jenis dan Jenjang Diklat
Menurut peraturan Jaksa Agung 068AJA072007 tentang jenis dan jenjang diklat , penulis ingin memaparkan Jenis Diklat Fungsional Kejaksaan,
Diklat Fungsional Kejaksaan adalah pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang
Jabatan Fungsional tertentu. Diklat Fungsional Kejaksaan terdiri dari:
1.
Bidang tugas Pembinaan meliputi antara lain: Diklat Bendaharawan, Diklat Kearsipan , Diklat Pranata Komputer, Diklat Kepustakaan, Diklat
Penelitian, Diklat Widyaiswara dan Diklat Perancang Peraturan Perundang- undangan.
2.
Bidang tugas Intelijen meliputi Diklat Sandiman.
3.
Bidang tugas Pengawasan meliputi Diklat Auditor. Jenis-jenis Diklat Teknis dan Fungsional lainnya sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan Kejaksaan akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Pusat Diklat.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.6 Kurikulum dan Struktur Program
Menurut Peraturan Jaksa Agung 068AJA072007 tentang Kurikulum dan Struktur Program terdapat pada pasal 17, yaitu:
a. Penyusunan kurikulum Diklat harus mengacu pada standar kompetensi jabatan.
b. Kurikulum Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan ditetapkan oleh Instansi Pembinaan.
c. Penyusunan kurikulum Diklat Teknis dan Diklat Fungsional akan ditetapkan dengan Peraturan Jaksa Agung RI.
d. Kurikulum Diklat Teknis Kejaksaan disusun oleh Tim POKJA, Kepala Pusat Diklat dengan rekomendasi materi dari masing-masing unit kerja
teknis atau instansi terkait lainnya. e. Kurikulum Diklat Pembentukan Jaksa disusun oleh Tim POKJA bersama
Kepala Pusat Diklat yang rinciannya diatur tersendiri dengan Peraturan Jaksa Agung RI
f. Kurikulum Diklat Fungsional Kejaksaan selain Diklat Pembentukan Jaksa, disusun oleh Tim POKJA Widyaiswara, Kepala Pusat Diklat dan
mengadakan koordinasi dengan instansi terkait serta mengacu pada standar kompentensi jabatan fungsional dimaksud.
g. Struktur Program Diklat Kejaksaan ditentukan oleh Kepala Pusat Diklat berdasarkan jenis dan jenjang Diklat yang diselenggarakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.7 Tenaga Pendidik Pengajar, Pelatih dan Fasilitator
Tenaga Pendidikpengajar, pelatih dan fasilitator terdiri dari Menurut Peraturan Jaksa Agung 068AJA072007 Pasal 17, yaitu:
1. Tenaga pendidik pengajar, pelatihan dan fasilitator terdiri dari: a. Widyaiswara;
b. Penyelenggara program DIKLAT; c. Pejabat struktural di lingkungan Kejaksaan RI;
d. Jaksa Fungsional di lingkungan Kejaksaan RI; e. Akademisi dari Universitas;
f. Pakar di bidang masing-masing; g. Pejabat instansi lain yang terkait;
h. Tenaga pendidik dan pelatih lainnya 2. Penentuan Widyaiswara, Pejabat Struktural dan Jaksa Fungsional di
lingkungan Kejaksaan sebagai tenaga pendidikpengajar, pelatih dan fasilitaor diatur tersendiri dengan Keputusan kepala Pusat Diklat Kejaksaan
RI.
1.5.1.8 Jangka Waktu Dan Tempat Penyelenggaraan Diklat
1. Jangka waktu penyelenggaraan Diklat untuk masing-masing jenis Diklat ditetapkan oleh Kepala Pusat Diklat.
2. Tempat penyelenggaraan Diklat di Pusat Diklat Kejaksaan RI atau di sentra-sentra Diklat yang ditentukan oleh kepala Pusat Diklat sesuai
dengan kebutuhan organisasi
Universitas Sumatera Utara
3. Sentra Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan, Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan Kejaksaan Tinggi Sulawesi
1.5.1.9 Evaluasi dan Penilaian
a. Pada setiap akhir program Diklat diadakan evaluasi dan penilaian terhadap unsur-unsur Peserta Diklat, tenaga pendidikpelatih dan
penyelenggara yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat.
b. Hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat 1 dilaporkan kepada
Kepala Pusat Diklat.
c. Penilaian terhadap hasil belajar dan sikap kepribadian peserta Diklat
dilaksanakan secara obyektif dan terbuka.
d. Widyaiswara, PendidikPengajarFasilitator wajib mengadakan evaluasi berupa ujian baik secara tertulis maupun tidak tertulis lisan yang harus
diikuti oleh seluruh peserta Diklat.
e. Penilaian dan penentuan hasil akhir yang dicapai oleh peserta Diklat dari masing-masing jenis dan jenjang Diklat ditetapkan oleh rapat
gabungan.
f. WidyaiswaraPengajarPendidikFasilitator dan penyelenggara yang
dipimpin oleh Kepala Pusat Diklat. g. Komponen penilaian terhadap peserta Diklat meliputi unsur-unsur:
Pengetahuan dan wawasan yang diperoleh selama mengikuti Diklat;
Universitas Sumatera Utara
Sikap perilaku yang terdiri dari: Disiplin, Kepemimpinan, Kerjasama, Prakarsa dan kehadiran di kelas minimal 85 delapan puluh lima
persen. Keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, studi
kasus, peran serta, penulisan kertas kerja, penulisan makalah, praktek kerja lapangan, simulasi peradilan, seminar dan presentasi.
Komponen penilaian terhadap WidyaiswaraPendidik PengajarFasilitator meliputi unsur-unsur, pencapaian tujuan pembelajaran, sistematika penyajian,
kemampuan menyajikan memfasilitasi sesuai program Diklat, ketepatan waku kehadiran dalam penyajian, penggunaan metode Diklat, pemberian motivasi
kepada peserta, penguasaan materi, penampilan performance dan kerjasama diantara para PendidikPengajarFasilitator.
Klasifikasi penilaian terhadap hasil yang diperoleh masing-masing peserta Diklat, Pendidik Widyaiswara Pengajar Fasilitator didasarkan pada nilai rata-
rata yang diperoleh dan diberikan predikat: Sangat Memuaskan
: 90.00 – 100 Memuaskan
: 85.00 – 89.99 Baik Sekali
: 77.50 – 84.99 Baik
: 70.00 – 77.4 Kurang Baik
: di bawah 70
Universitas Sumatera Utara
Ujian ulangan ujian perbaikan bagi peserta untuk semua jenis DIKLAT Teknis maupun Fungsional yang memperoleh nilai dibawah 70 tujuh puluh
hanya dapat dilakukan 1 satu kali oleh setiap Pengajar Widyaiswara PendidikFasilitator.
Nilai hasil ujian ulangan ujian perbaikan tidak boleh melebihi batas minimal nilai kelulusan untuk setiap mata pelajaran.
1.5.1.10 Susunan Organisasi
Susunan Oraganisasi Kejaksaan Menurut Mahendra 1993:102 terdiri dari: 1. Jaksa Agung;
2. Wakil Jaksa Agung; 3. Jaksa Agung Muda Pembinaan;
4. Jaksa Agung Muda Inteljen; 5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
6. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 7. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara;
8. Jaksa Agung Muda Pegawasan. 9. Pusat;
10. Kejaksaan di daerah: a. Kejaksaan Tinggi;
b. Kejaksaan Negeri.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Kinerja Jaksa 1.5.2.1 Definisi kinerja
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001. Kane 1993 menjelaskan, kinerja
sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogram kebikjasaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi . Kinerja jaksa merupakan hasil jaksa atau kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu kemampuan
individu dan kinerja diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang jaksa pada bidang pekerjaan yang ditekuni selama waktu tertentu.
Kinerja didefinisikan secara formal sebagai jumlah kualitas dari tugas yang terselesaikan secara individu , kelompok atau organisasi. Kinerja manajerial
adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang meliputi antaralain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, penyediaan,
pengevaluasian, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan pengendalian. Bila sekelompok sumber daya aparatur pemerintah dan segenap
pimpinannya mempunyai kinerja yang baik, maka kinerja pemerintah akan baik juga. Hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan 3 aspek, yaitu:
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu yaitu dengan waktu yang telah direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kinerja performance dapat didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment, atau dengan kata lain kinerja
merupakan tingkat pencapaian dari tujuan organisasi. Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara
lain sebagai berikut: 1.
Stoner dalam bukunya manajemen mengemukakan kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan presepsi peranan.
2. Handoko mengdefenisikan kinerja sebagai proses dimana organisai
mengevaluasi atau menilai prestasi dari kinerja pegawai. 3.
Prawiro Suntoro yang mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode berkala. Dari ketiga defenisi kinerja diatas , dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang
terdapat dalam kinerja terdiri dari : 1.
Hasil fungsi pekerjaan. 2.
Faktor yang berpengaruh terhadap presepsi, peranan dan sebagainya. 3.
Pencapaian tujuan organisasi. 4.
Periode waktu tertentu.
1.5.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Gibson 1996 menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik
maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja.
b. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur
dan desain pekerjaan. c.
Variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi
Faktor yang dapat membangun kinerja jaksa terhadap kondisi tenaga kerja , yaitu: a.
Penilaian Kinerja. Penilaian pelaksanaan yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi jaksa
secara teratur sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa secara teratur sehingga sanggat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa yang dinilai
organisasi secara keseluruhan. Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu
organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk
mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya
yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen Prihadi,2004
Universitas Sumatera Utara
Hasil kerja pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan , misalnya targer atau sasaran yang telah di tentukan bersama.
Tentunya dalam penilaian tetap mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mempengaruhi kinerjanya.
b. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Soeprihanto 2000:39 adalah sebaga berikut: 1.
Mengetahui keadaan keterlampilan dan kemampuan setiap pegawai rutin. 2.
Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia , khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil dari kinerja.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai
seoptimal mungkin, sehingga antara lain dapatdiarahkan jenjang karirnya atau perencanaan karirnya, keanaikan pangkat dan kenaikan jabatan.
4. Mendorong terciptnya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan
bawahan. 5.
Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi pegawai dalam bekerja.
6. Secara pribadi, bagi pegawai dapat memacu perkembangannya, sebaliknya
bagi atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan, sehingga dapat membantu dalam memotivasi dalam bekerja.
7. Hasil penilaian kinerja tersebut akan bermanfaat bagi penelitian dan
pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
c. Unsur-Unsur yang Dinilai
Unsur-unsur yang dapat dinilai dari kinerja adalah : 1.
Kerjasama Kerjasama adalah suatu kemampuan seseorang untuk bekerja bersama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil yang telah di targetkan
bersama. 2.
Prakarsa Prakarsa adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan
dan langkah-langkah atau tata pelaksanaan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasannya.
3. Prestasi Kerja
Suatu kinerja yang dipakai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.Pada umumnya prestasi kerja seorang
pegwai dipengaruhi dengan kecakapan, keterlampilan, dan kesanggupan pegawai dan bersangkutan.
4. Tanggung Jawab
Kesanggupan seseorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dalam pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu
serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya. 5.
Ketaatan Kesanggupan seseorang dalam mentatati segala ketetapan, peraturan
perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang diberikan atasan yang
Universitas Sumatera Utara
berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah yang bersifat tertulis maupun tidak
tertulis. 6.
Kejujuran Suatu rasa ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan.
7. Kesetian
Tekad dan kesanggupan dalam menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kesetiaan
pegawai terhadap instansi sengat berhugungan dengan pengabdiannya. Pengabdiannya yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang iklas
dengan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan
sementara relevan , belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian , belum jawaban yang empirik. sugiyono, 2006:70
Berdasarkan pengertian tersebut , penulis mengajukan suatu hipotesis dari penelitian adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Hipotesis Alternatif Ha, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara
varibel indenpendent X dengan variabel Y, maka adanya pengaruh yang positif antara Pendidikan antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara 2. Hipotesis nol Ho, yaitu tidak adanya hubungan yang mempengaruhi antara
variabel independent X dengan Variabel dependent Y, adaanya pengaruh negatif antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara
1.7 Definisi Konsep