40 Menulis
Setiap anggota organisasi harus mampu menulis yaitu memberikan masukan atau usulan berupa materi yang
diperlukan oleh
organisasi. Mengkonsep
materi juga
dibutuhkan keterampilan komunikasi tertentu. Berdebat Untuk Suatu Usulan
Debat merupakan suatu yang penting untuk masukan dalam rapat. Setiap orang dalam organisasi harus membuat
suatu usalan atau program baru mengenai aktivitas yang akan dilakukan. Dibutuhkan komunikasi yang baik supaya bisa
membujuk anggota yang lain untuk menerima usulan yang disampaikan.
10. Efek dan Efektifitas Komunikasi
Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam komunikan atau bisa juga dikatakan sebagai salah
satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang disampaikan komunikator. Efek komunikasi
dapat dibedakan atas efek kognitif pengetahuan, afektif sikap, dan konatif tingkah laku. Komunikasi dilakukan karena adanya motif
individu untuk menyampaikan pesan kepada individu lain. Pesan yang sampai pada komunikan akan menimbulakan efek yang mempengaruhi
sikap komunikan dan komunikator. Seperti halnya pada saat kita mendengar berita duka bahwa salah satu keluarga teman kita ada yang
41 meninggal dunia, pastilah kita akan ikut merasakan kesedihan seperti
yang dialami teman kita dan kemudian kita memberikan umpan balik dari pesan tersebut dengan cara mengucapkan turut prihatin dan
mencoba menguatkan teman kita baik dengan kata-kata atau sentuhan. Sedangkan komunikasi efektif adalah sejauh mana motif atau
maksud dari pesan komunikator terwujud pada komunikan. Apabila hasil yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator
maka komunikasi yang berlangsung dikatakan efektif. Tetapi apabila hasil yang didapatkan kecil atau tidak sesuai dengan yang diharapkan
maka komunikasi yang berlangsung tidak efektif. Dalam komunikasi tatap muka ada beberapa hal yang bisa menjadikan komunikasi supaya
efektif. Seperti yang dikatakan oleh Josep A. Devito 1997:259 tentang komunikasi tatap muka guru dengan guru. Komunikasi bisa
efektif apabila terdapat beberapa dalam pandangan humanistik, yaitu: a.
Keterbukaan Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi tatap muka yang efektif antar anggota organisasi. Sesama guru harus bisa memfasilitasi
munculnya kondisi keterbukaan. Kondisi keterbukaan dapat diwujudkan apabila antar sesama guru dapat berinteraksi
dengan jujur terhadap stimulus yang datang, sehingga terjadi komunikasi tatap muka yang efektif antar sesama guru.
Komunikasi tatap muka penting karena setiap guru dapat
42 mengetahui tanggapan dari guru yang lain secara langsung.
Selain itu komunikasi tatap muka juga bisa digunakan untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku individu. Sikap
keterbukaan mengisyaratkan bahwa setiap guru bersedia menerima kritikan dan saran yang disampaikan oleh sesama
guru. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga
aspek dari komunikasi tatap muka, pertama seorang komunikator yang efektif harus terbuka kepada individu yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa individu harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya
kepada individu lain. Kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Individu yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada
umumnya akan
membuat percakapan
menjadi menjemukan. Semua individu ingin individu lain bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang diucapkan dan juga setiap individu berhak mengharapkan hal ini. Aspek ketiga
menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Keterbukaan dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang dilontarkan adalah milik kita dan bertanggung jawab atasnya.
43 b.
Empati Dalam komunikasi sesama guru perlu ditumbuhkan
sikap empati. Kondisi ini dapat terwujud apabila adanya kebersediaan sesama guru dalam memberikan perhatian kepada
guru yang lain. Dengan adanya rasa empati maka setiap guru dapat merasakan apa yang dialami oleh guru lain. Selain itu,
setiap guru bisa menghindari evaluasi, kritik, menilai guru lain menurut pandangan atau pendapatnya sendiri.
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang lain.
c. Sikap Mendukung
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap
mendukung dapat diperlihatkan dengan sikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik dan provisional bukan sangat
yakin. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah atau
faktor-faktor situasional yang berupa perilaku komunikasi individu lain.
Dalam komunikasi tatap muka antar sesama guru, sikap mendukung berperan dalam menumbuhkan motivasi dan
44 kegairahan kerja guru. Sikap mendukung dapat terwujud dalam
organisasi apabila sesama guru bersedia menghargai ide-ide, pendapat sesama guru dan memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh ketika berkomunikasi dengan sesama guru. Sikap mendukung dapat dilihat dari sikap deskriptif bukan
evaluatif. d.
Sikap Positif Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi tatap muka. Pertama komunikasi antar guru terbina jika dua individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
Guru yang merasa negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan perasaan negatif kepada guru yang lain
yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif pula dan begitupun sebaliknya.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak
ada yang tidak menyenangkan apabila berkomunikasi dengan sesama guru yang tidak menikmati dan bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi dan suasana interaksi. e.
Kesetaraan Dalam setiap situasi pasti ada ketidak
– setaraan. Tidak pernah ada dua individu yang benar-benar setara dalam segala
hal. Terlepas dari itu, komunikasi tatap muka akan sangat
45 efektif apabila setara, artinya harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga.
Dalam suatu hubungan sesama guru yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada untuk menjatuhkan guru yang lain. Kesetaraan tidak
berarti kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal guru lain. Menurut istilah Carl
Rogers, kesetaraan meminta individu untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada individu lain.
Inti dari komunikai dalam penelitian ini sesungguhnya adalah bagaimana memberikan informasi, teguran, kritikan dan
saran tentang suatu pekerjaan yang mudah dipahami oleh individu lain, bagaimana mengkomunikasikan kebijakan
organisasi atau instansi sekolah kepada semua unsur didalamnya, bagaimana frekwensi komunikasi sesama guru dan
bagamana memberikan semangat kerja dan menggugah gairah kerja seorang guru untuk bekerja lebih giat lagi.
B. Semangat Kerja