Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
5. Jasa-jasa transport lokal bus, taxi, coach-bus dalam melakukan city
sightseeing, tours, atau excursion pada objek wisata dan atraksi wisata setempat.
6. Objek wisata dan atraksi wisata, yang terdapat di daerah tujuan wisata, yang
menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 7.
Jasa-jasa souvenir shop dan handicraft serta shopping center di mana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang
lainnya. 8.
Jasa-jasa perusahaan pendukung, seperti penjual postcards, perangko kantor pos, penjual camera dan film photo supply, penukaran uang money
changers dan bank.
2.6 Syarat-syarat Atraksi Wisata yang Baik
Atraksi wisata yang baik harus dapat memberikan kesan yang menarik untuk mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi
dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu :
1. Kegiatan dan obyek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan
yang baik. 2.
Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya presentasinya harus tepat.
3. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan.
Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran.
4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus
diusahakan supaya bertahan selama mungkin.
2.7 Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan begitu sering diucapkan dalam lingkungan di tengah- tengah masyarakat. Dalam bahasa sehari-hari kebudayaan hanya sebatas menunjuk
adat-istiadat atau hal-hal yang indah seperti bangunan candi, dan seni seperti seni tari, seni suara, seni rupa, kesusasteraan dan filsafat. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, maka pengertian kebudayaan juga turut mengalami perkembangan. Kata kebudayaan yang kita kenal dewasa ini dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Sansekerta, ialah “buddhayah” sebagai bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau segala yang berasal dari akal. Dalam hal ini kebudayaan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan akal pikiran. Bentuk perwujudan buah pikiran itu melahirkan kebudayaan. Dengan demikian semua ciptaan manusia
adalah merupakan hasil buah pikiran manusia dalam usahanya mengolah dan menguasai alam, juga ide-ide dan gagasan bagi kebutuhan hidup jasmaniah. Maka
pada hakekatnya kebudayaan itu mempunyai dua segi yang saling berkaitan dan tak terpisahkan satu dengan lainnya, yaitu mencakup bidang rohaniah dan bidang
jasmaniah. Dengan demikian hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan,
karena amat sedikit sekali tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar. Yaitu hanya beberapa tindakan naluri,
beberapa gerakan refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologis, atau kelakuan apabila seseorang sedang di bawah sadar.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
2.7.1 Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan berfungsi sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang tidak selamanya baik dan bertindak bagi
kepentingan pribadinya sendiri. Maka untuk menghadapi hal-hal yang buruk, manusia menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya merupakan petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidupnya. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain. Adapun kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi, dalam arti kata bahwa
kebiasaan setiap orang berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun misalnya mereka hidup dalam satu rumah. Jadi setiap orang akan membentuk kebiasaan yang khusus
dalam dirinya sendiri. Kaidah-kaidah kebudayaan berarti peraturan tentang tingkah laku atau
tindakan yang harus dilakukan dalam suatu keadaan tertentu. Maka berlakunya kaidah kebudayaan dalam suatu masyarakat tergantung kepada kekuatan kaidah itu sendiri.
Sebagai petunjuk tentang bagaimana seseorang harus berlaku, ialah sampai sejauh mana kaidah-kaidah itu diterima oleh anggota kelompok masyarakat bersangkutan
sebagai petunjuk perilaku yang pantas.
2.7.2 Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep berbeda dengan wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas
manusia yang berpola. Oleh karena kebudayaan dapat dibedakan atas tiga gejalanya yaitu : ide, aktifitas, dan artefak, maka kebudayaan mempunyai tiga wujudnya, yaitu
:
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya. 2.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
2.7.3 Unsur-unsur Kebudayaan
Setiap kebudayaan dipermukaan bumi ini mempunyai tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Bahasa lisan maupun tulisan. 2. Sistem pengetahuan, terdiri dari tujuh macam pengetahuan :
1. Pengetahuan tentang alam sekitarnya. 2. Pengetahuan tentang alam flora.
3. Pengetahuan tentang alam fauna. 4. Pengetahuan tentang zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungannya. 5. Pengetahuan tentang tubuh manusia.
6. Pengetahuan tentang sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia. 7. Pengetahuan tentang ruang dan waktu.
3. Organisasi sosial sistem kekerabatan, organisasi politik. 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, setidaknya ada delapan macam sistem
peralatan, yakni : 1.
Alat-alat produktif.
2. Senjata.
3. Wadah.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
4. Alat-alat menyalakan api. 5. Makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu-jamuan.
6. Pakaian dan perhiasan. 7. Tempat berlindung dan perumahan.
8. Alat-alat
transportasi. 5. Sistem mata pencahariaan hidup berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam
di ladang, menangkap ikan dan bercocok tanam menetap dengan irigasi 6. Sistem religi sistem kepercayaan.
7. Kesenian.
2.8 Dampak Pariwisata Atas Kebudayaan
Kebudayaan nampak dalam tingkah laku manusia dan hasil karyanya. Manifestasi kebudayaan itulah yang dihadapkan kepada wisatawan untuk dinikmati
sebagai atraksi wisata. Harus diingat bahwa manifestasi kebudayaan itu beraneka macam. Ada yang berupa peninggalan kebudayaan yang selalu berupa artefak Ada
manifestasi kebudayaan yang masih hidup, artinya : masih dibuat atau masih dikerjakan, baik yang berupa artefak, seperti lukisan modern, maupun yang berupa
tingkah laku, seperti kehidupan di pasar, cara bergaul orang di dalam masyarakat dan sebagainya. Ada manifestasi hidup yang bersifat tradisional, baik yang berupa artefak
seperti pakaian adat, arca kerajinan gaya tradisional, maupaun tari-tarian dan yang berupa tingkah laku, seperti cara perkawinan adat dan sebagainya.
Sudah tentu pengaruh pariwisata atas berbagai manifestasi kebudayaan itu berbeda-beda. Jadi pengaruh pariwisata atas kebudayaan itu berlaku saling
melengkapi untuk manifestasi kebudayaan yang bermacam-macam itu. Apa yang ingin dinikmati oleh wisatawan itu selalu adalah yang khas dan asli,
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
termasuk yang tradisional. Ini merangsang masyarakat setempat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk dipamerkan kepada wisatawan. Bahkan orang sering
mereka-reka kejadian yang disajikan sebagai sesuatu yang tradisional. Dengan demikian di antara yang disajikan kepada wisatawan itu ada yang kuasai tradisional.
Jadi keuntungan pertama dari pariwisata atas kebudayaan ialah bahwa pariwisata melestarikan kebudayaan dan dengan demikian memelihara identitas masyarakat
setempat. Disamping itu juga melahirkan kebudayaan kuasai tradisional. Ini juga dapat dilihat sebagai memperkaya khazanah kebudayaan nasional,dalam arti
memelihara keanekaragaman kebudayaan nasional. Akan tetapi keuntungan itu tidak murni, karena ada bagian yang dapat
merugikan. Di belakang tiap-tiap manifestasi kebudayaan yang disuguhkan kepada wisatawan terdapat aturan, aturan membuat arca, aturan membuat rumah, aturan
menari dan seterusnya. Aturan-aturan itu dipilih dalam tiap-tiap kebudayaan karena itulah yang dianggap benar. Dengan perkataan lain, di belakang tiap aturan dan cara
terdapat anggapan tentang yang baik, yang benar dan sebagainya. Dengan kata lain, dibelakang manifestasi kebudayaan terdapat nilai, yaitu nilai kebudayaan.
Apa yang menurut nilai dipandang sebagai hiburan atau perutunjukan atau sebagai dagangan, manifestasinya dapat disuguhkan kepada wisatawan tanpa
perubahan. Akan tetapi banyak manifestasi kebudayaan tradisional yang mengandung nilai upacara, nilai kepercayaan, nilai sakral. Kalau manifestasi kebudayaan yang
bernilai demikian itu disuguhkan kepada wisatawan akan terjadi pergeseran nilai, dari nilai sakral menjadi nilai tontonan. Pergeseran nilai itu sering dianggap sebagai suatu
yang merusak kebudayaan. Dalam hal ini terjadilah kerugian kebudayaan yang sering disebut Komersialisasi.
Akan tetapi adakalanya pergeseran nilai itu diterima dalam kebudayaan. Di
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
sini nilai sakral, nilai upacara berganti menjadi nilai komersial. Contohnya upacara adat perkawinan, yang kini sudah biasa disajikan sebagai tontonan tanpa ada rasa
kehilangan sesuatu pada masyarkat yang bersifat tradisional dan dianggap sebagai kekayaan kebudayaannya sendiri. Sebaliknya dapat terjadi bahwa masyarakat lokal
telah menerima sesuatu nilai baru. Manifestasi kebudayaan yang disuguhkan kepada wisatawan itu banyak yang kehilangan sifat seni dan kekhasannya.
Dalam interaksi kebudayaan seperti itu tidak dapat dicegah bahwa ada nilai- nilai yang tinggal dan luhur yang hilang atau berganti menjadi nilai yang rendah.
Kalau pergantian nilai seperti itu oleh partisipan dalam suatu kebudayaan diterima, mereka tidak merasa kehilangan sesuatu warisan leluhur. Apresiasi seperti itu hanya
terjadi dalam refleksi. Dalam hubungan dengan pariwisata dapat diperkirakan bahwa akan ada nilai
tinggi dalam kebudayaan, lebih-lebih mengenai tingkah laku kaum remaja yang dalam refleksi hilangnya akan sangat disayangkan.Makin ramai kunjungan wisatawan,
makin besar kelunturan kebudayaan.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN
3.1 Profil Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Bupatinya saat ini adalah Drs. T. Zulkarnaen Damanik, MM yang sedang
bertugas untuk masa bakti 2005–2010. Wakil bupati Pardamean Siregar, SP yang juga Ketua KNPI Simalungun.
Ibu kota kabupaten telah resmi berpindah ke Pematang Raya pada tanggal 23 Juni 2008 dari Kota Pematangsiantar yang telah berstatus kotamadya, setelah tertunda
selama beberapa waktu.
3.2 Letak Geografis
Kabupaten ini memiliki 30 kecamatan dengan luas 438.660 ha atau 6,12 dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara. Kecamatan yang paling luas adalah
Kecamatan Tanah Jawa dengan luas 49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Dolok Pardamean dengan luas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan
terdiri dari 306 desa dan 17 kelurahan. Di kabupaten ini juga terdapat sebuah universitas, yaitu Universitas Simalungun, tepatnya di jalan Sisingamangaraja.
Batas wilayah Kabupaten Simalungun
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.