Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo.
3.3 Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi Kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian
lainnya, industri pengolahan, serta jasa. Produksi padi di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua
di Sumatera Utara pada tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang. Produksi kelapa sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi
komoditas utama, kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2001.
Selain memproduksi kelapa sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga menghasilkan karet dan cokelat, selain teh Kecamatan Raya dan Sidamanik yang
jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani karet dibantu oleh kehadiran PT Good Year Sumatera Plantations didirikan 1970 yang biarpun
memiliki perkebunan sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan mengolahnya menjadi bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.
3.4 Sistem Politik
Pada era sebelum Belanda masuk ke Simalungun, suku ini terbagi ke dalam 7 daerah yang terdiri dari 4 kerajaan dan 3 partuanan. Kerajaan tersebut adalah:
a. Siantar menandatangani surat tunduk pada Belanda tanggal 23 Oktober
1889, SK No.25.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
b. Panei Januari 1904, SK No.6.
c. Dolok Silou.
d. Tanoh Djawa 8 Juni 1891, SK No.21.
Tiga partuanan dipimpin oleh seseorang yang bergelar tuan tersebut terdiri atas :
a. Raya Januari 1904, SK No.6.
b. Purba.
c. Silimakuta.
Setelah Belanda datang, maka ketujuh wilayah tersebut dijadikan sebagai kerajaan yang dipersatukan dalam Onderafdeeling Simalungun.
Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang raja, sebelum pemberitaan Injil masuk tuan rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun
menganggap bahwa anak raja itulah Tuhan dan raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.
3.6 Sistem Kepercayaan
Patung sang Budha menunggang gajah koleksi museum Simalungun, yang menunjukkan pengaruh ajaran Budha pada masyarakat Simalungun. Sebelum
masuknya misionaris agama Kristen dari RMG pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian Timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam
sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan
berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
menggambarkan makna Trimurti Hindu dan sang Budha yang menunggangi gajah Budha.
Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari datu dukun disertai
persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada tiga dewa, yaitu dewa di atas dilambangkan dengan warna putih, dewa di tengah
dilambangkan dengan warna merah, dan dewa di bawah dilambangkan dengan warna hitam. 3 warna yang mewakili dewa-dewa tersebut putih, merah dan hitam
mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.
3.6 Sistem Mata Pencaharian