Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
lazimnya sebuah sumpah yang mengandung kebohongan maka maut adalah imbalannya. Dan waktu jugalah yang menentukan peralihan kekuasaan itu. “Kuakui,
sekarang kamulah raja yang pantas memimpin kerajaan Purba, sebab sumpahmu tak berbala,” kata Purba Dasuha kemudian.
Sejak saat itu Pangultop-ultop resmi diangkat menjadi raja, tepatnya pada 1624, yang lalu memimpin hingga 1648. Sedang raja terdahulu Purba Dasuha masih
dianggap sebagai raja, hanya saja ia tidak lagi memerintah. Lalu setelah membalik kembali kisah itu, benarkah ada unsur politis di sana?. Sekali lagi ini adalah
pengungkapan fakta dari seorang Wanson Purba, yang juga merupakan keturunan raja Kuraha panglima raja tuan Pangultop-ultop semasa kepemimpinannya. Ia sendiri
mengetahui kisah itu dari ayahnya, P. Purba yang selama 43 tahun telah menjaga Rumah Bolon.
Wanson pun tak menepis hal itu. “Sebenarnya jika ditelaah, Pangultop-ultop dengan demikian sudah mempraktekkan politik kekuasaan,” katanya. “Pasalnya, tanah
dan air serta appang-appang yang digunakan sebagai media sumpah dibawa sendiri olehnya dari tanah asalnya, sehingga memungkinkan ia selamat dari maut.”
4.2 Keberadaan Rumah Bolon di Pematang Purba Kabupaten Simalungun
Banyak warisan budaya di Indonesia yang keadaannya semakin memprihatinkan dari hari ke hari. Rumah bolon menjadi salah satu contoh warisan
budaya yang saat ini sedikit terlupakan keberadaannya, sehingga tidak terawat lagi. Rumah bolon ini dibangun pada tahun 1864 oleh raja Purba ke XII, tuan Rahalim.
Rumah yang terbuat dari kayu keras dan dinding papan itu dibangun dengan arsitektur tradisional tanpa menggunakan paku.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
Rumah bolon Pematang Purba kecamatan Purba Simalungun, satu-satunya peninggalan raja-raja di Simalungun yang bernilai sejarah, keberadaannya saat ini
terkesan terabaikan, bangunan bersejarah itu tidak terawat lagi. Rumah bolon ini sebenarnya telah disahkan sebagai objek wisata di kabupaten Simalungun oleh Bapak
Radjamin Purba pada tahun 1961. Namun, tempat bersejarah itu kini membutuhkan penanganan yang serius. Kondisi negara yang tidak terjamin keamanannya beberapa
waktu terakhir membuat kawasan wisata itu sepi pengunjung. Wanson menyebutkan bahwa akhir-akhir ini wisatawan menurun drastis
mengunjungi rumah bersejarah itu, bukan seperti tahun dua ribuan. Pada tahun 1990- an atau awal ditetapkannya rumah bolon sebagai objek wisata, masih ada sekitar 300
pengunjung, kini pengunjung dalam seminggu dapat dihitung dengan jari. Jalan menuju komplek rumah bolon tersebut berlumpur dan digenangi air.
Padahal jalan ini harus dilalui dengan jalan kaki, karena sudah ditradisikan tidak boleh memasukkan kendaraan ke komplek rumah bersejarah itu. Jadi para turis dalam negeri
maupun mancanegara harus melalui kubangan itu. Sementara di komplek rumah bolon ini rumputnya menyemak karena jarang dibabat, seperti di bahagian Barat
komplek. Di lahan seluas satu hektar lebih itu kini hanya terlihat rumput yang tumbuh
memanjang. Tidak seperti beberapa waktu yang lalu yang ditata dengan baik. Kondisi rumah bolon yang kini tak terurus disebabkan kurangnya dana untuk perawatan.
Bahkan karyawan yang semula berjumlah lima orang harus dikurangi untuk penghematan biaya.
Menyinggung perawatan jalan menuju komplek tersebut, wanson enggan berkomentar. Namun diakuinya, bahwa tahun lalu jalan itu dilapis aspal hotmix
sepanjang 10 meter, padahal jalan ke lokasi rumah bolon ada sepanjang 500 meter.
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
Meskipun ada biaya perawatan dari pemerintah melalui dinas pariwisata yang lalu diserahkan kepada yayasan museum Simalungun, masih dirasakan jauh dari
cukup”. Memang ada, tapi hanya Rp 8 juta dalam setahun. Sangat tidak mencukupi”, kata Wanson. Biaya itu sudah termasuk untuk menggaji karyawan dan biaya
pemotong rumput, mesin generator listrik dan keperluan lainnya. “Sangat pas-pasan”, tambahnya.
Disebutkan pula, akhir-akhir ini banyak kendaraan yang lalu lalang melalui komplek itu, tapi pemancing ikan. Karena dekat komplek itu ada kolam pancing milik
oknum camat Silimakuta. Melihat keadaan rumah bolon saat ini bukan tak mungkin lagi diselamatkan.
Objek wisata tersebut masih bisa diselamatkan dengan penataan yang lebih baik, terutama pada penataan taman. Tentu saja dengan publikasi ke luar negeri lokasi
tersebut. Pada tahun 1985, rumah bolon pernah direnovasi, akan tetapi sekarang sudah mulai keropos dan memerlukan renovasi ulang.
Harapan warga Pematang Purba dan warga marga Purba Pak-pak keturunan raja Purba, kiranya pemerintah kabupaten Simalungun segera menaruh perhatian
untuk perawatan dan pemeliharaan rumah bolon tersebut.
4.3 Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Simalungun