Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
menggambarkan makna Trimurti Hindu dan sang Budha yang menunggangi gajah Budha.
Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari datu dukun disertai
persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada tiga dewa, yaitu dewa di atas dilambangkan dengan warna putih, dewa di tengah
dilambangkan dengan warna merah, dan dewa di bawah dilambangkan dengan warna hitam. 3 warna yang mewakili dewa-dewa tersebut putih, merah dan hitam
mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.
3.6 Sistem Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian tradisional orang Simalungun sehari-hari adalah marjuma atau berladang dengan cara menebas hutan belukar mangimas yang
mengolahnya untuk tanaman palawija seperti padi, jagung, ubi. Banyak proses yang harus dilalui ketika mereka membuka ladang baru dan keseluruhannya itu harus
diketahui oleh gamot yang merupakan wakil raja di daerah. Biasanya, di antara perladangannya didirikan bangunan rumah tempat tinggal sopou juma sebagai
tempat mereka sementara dan untuk melindungi mereka dari serangan binatang buas maupun menghalau binatang-binatang yang dapat merusak tanaman mereka. Selain
itu ada juga yang mengolah persawahan sabah seperti di Purba Saribu dan Girsang Simpangan Bolon dengan luas yang relatif sedikit dengan cara-cara tradisional. Untuk
memenuhi kebutuhan sandang pangan, mereka menenun pakaian hiou yang biasanya dilakukan oleh kaum ibu dan gadis-gadis. Mereka juga menumbuk padi
bersama-sama dengan para pemuda di losung huta. Di sini biasanya, pada zaman
Erda Pranita Sinaga : Upaya Pengembangan Rumah Bolon Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Simalungun, 2009
USU Repository © 2008
dahulu para pemuda itu akan memilih pasangannya. Pada saat ini kebanyakan sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu
bercocok tanam dengan padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari- hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli
diadakan dengan barter. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda.
3.7 Bahasa dan Aksara
Suku Simalungun menggunakan bahasa Simalungun bahasa Simalungun : hata sahap Simalungun sebagai bahasa ibu. Derasnya pengaruh dari suku-suku di
sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian suku Simalungun menggunakan bahasa Melayu, Karo, Toba, dan sebagainya. Penggunaan bahasa Toba sebagian besar
disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada suku ini. Aksara yang digunakan suku
Simalungun disebut aksara “Surat Sisapuluhsiah”.
3.8 Sistem Kekerabatan