59
4.2.4.11 PAN ɣ
A. PAN ɣ → R
Tabel LX Pewarisan Inovasi Fonem PAN ɣ → R pada Posisi Terbuka
No PAN BMRDK
GLOS
1 ali
ɣ aluR
alir 2
ba
ɣu baRu
baru
Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN
ɣ → R pada posisi terbuka. Fonem konsonan ɣ memiliki ciri-ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Konsonan R memiliki ciri-
ciri getartrill, velar, dan bersuara.
B. PAN ɣ → b
Tabel LXI Pewarisan Inovasi Fonem PAN ɣ → b pada Posisi Terbuka
No PAN BMRDK
GLOS
1 la
ɣaŋ kob
aŋ terbang
2 ti
ɣup ombui
tiup
Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata diatas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN
ɣ → b pada posisi terbuka. Fonem konsonan ɣ memiliki ciri-ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Konsonan b memiliki ciri-
ciri plosif, bilabial, dan bersuara.
Universitas Sumatera Utara
60
C. PAN ɣ → h
Tabel LXII Pewarisan Inovasi Fonem PAN ɣ → h pada Posisi Terbuka
No PAN BMRDK
GLOS
1 ba
ɣu bohon
busuk 2
da
ɣah daha
darah
Pewarisan inovasi dapat dilihat pada kata di atas yang menjelaskan bahwa fonem konsonan PAN
ɣ → h pada posisi terbuka. Fonem konsonan ɣ memiliki ciri-ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Konsonan h memiliki ciri-
ciri frikatif, laringal, dan tidak bersuara. Pewarisan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
ɣ
R h b
Universitas Sumatera Utara
61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan gambaran tentang perubahan dan pewarisan bunyi bahasa Proto Austronesia Ke dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar
Kajian Linguistik Historis Komparatif, dapat disimpulkan bahwa bahasa Proto Austonesia mengalami perubahan bunyi berdasarkan tempat dan pewarisan bunyi
ke dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar. Perubahan bunyi berdasarkan tempat dan pewarisan bunyi secara linear dan inovasi tersebut dapat diperinci
sebagai berikut:
5.1.1 Perubahan Bunyi Berdasarkan Tempat
1. Metatesis yaitu suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran tempat dua fonem
. Contoh, kata t‟ilak → kilat „kilat‟. 2. Aferesis yaitu suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah atau
beberapa fonem pada awal sebuah kata. Contoh, k ata haŋin → aŋin
„angin‟. 3. Sinkop yaitu perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah atau beberapa
fonem di tengah kata. Contoh, kata jawuh → jauh „jauh‟.
4. Apokop adalah perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah atau beberapa fonem di akhir kat
a. Contoh, kata ikuy → iku „ekor‟. 5. Protesis adalah perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah atau
beberapa fonem pada awal kata. Contoh, kaw → eŋkau „engkau‟. Dan
terj adi perubahan fonem w → u pada akhir kata.
Universitas Sumatera Utara