24
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Ke dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar
Perubahan bunyi merupakan tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong perubahan bunyi secara individual, yaitu hanya mempersoalkan
bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Ditemukan perubahan bunyi yaitu perubahan bunyi
berdasarkan tempat yang terbagi menjadi tujuh antara lain adalah: metatesis adalah proses perubahan bunyi yang berupa pertukaran tempat
dua fonem. Aferesis adalah proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah atau beberapa fonem pada awal kata. Sinkop adalah perubahan bunyi berupa
penghilangan satu atau beberapa fonem pada tengah kata. Apokop adalah perubahan bunyi berupa penghilangan satu atau beberapa fonem pada akhir kata.
Protesis adalah perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah atau beberapa fonem pada awal kata. Epentesis merupakan proses perubahan bunyi berupa
penambahan sebuah atau beberapa fonem di tengah kata. Paragog adalah proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah atau beberapa fonem pada akhir
kata.
4.1.1 Metatesis Table I Perubahan Bunyi Metatesis
No PAN BMRDK
GLOS
1 t‟ilak
kilat kilat
Universitas Sumatera Utara
25 2
dilah lidah
lidah 3
k ∂tip
p әti?
petik Kata t‟ilak mengalami perubahan bunyi secara metatesis → kilat yaitu
terjadi pertukaran tempat dua fonem yaitu bunyi yang berpindah t → k.
Dengan ciri fonem konsonan t adalah mati, oral, apiko-dental, dan plosif. Fonem konsonan k memiliki ciri-ciri mati, oral, velar, dan plosif.
Kata dilah mengalami perubahan bunyi secara metatesis → lidah
dalam BMRDK, yaitu bunyi yang berpindah d → l. Dengan ciri fonem
konsonan d adalah plosif, dental, dan bersuara. Sedangkan ciri fonem konsonan l adalah lateral, dentalalveolar, dan bersuara.
Kata k ∂tip mengalami perubahan bunyi secara metatesis → pәti? yaitu
terjadi pertukaran tempat dua fonem yaitu bunyi yang benpindah k → p.
Dengan ciri fonem konsonan k adalah mati, velar, dan tidak bersuara. Ciri fonem konsonan p adalah plosif, labial, dan tidak bersuara.
4.1.2 Aferesis Tabel II Perubahan Bunyi Aferesis
No PAN BMRDK
GLOS
1 haŋin
aŋin angin
2 bapa?
apa? bapak
3 ?iduŋ
iduŋ hidung
4 hujan
ujan hujan
5 ɣumah
umah rumah
Universitas Sumatera Utara
26 Kata haŋin mengalami perubahan bunyi secara aferesis → aŋin yaitu
suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah atau beberapa fonem pada awal sebuah kata. Kata hujan
→ ujan dengan ciri fonem konsonan h adalah frikatif, laringal dan tidak bersuara. Kata bapa?
→ apa? mengalami perubahan bunyi secara aferesis, dengan ciri fonem konsonan
b adalah plosif, bilabial, dan bersuara. Kata ɣumah → umah yaitu
penghilang bunyi ɣ yang memiliki ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Kata
?iduŋ → iduŋ dengan ciri fonem ? adalah plosif, glotal, dan tidak bersuara.
4.1.3 Sinkop Tabel III Perubahan Bunyi Sinkop
No PAN BMRDK
GLOS
1 dukdu?
dudu? duduk
2 jahit
jai? jahit
3 jawuh
jauh jauh
4 tahun
taun tahun
Kata dukdu? → dudu? mengalami perubahan bunyi secara sinkop
yaitu perubahan bunyi dengan penghilangan bunyi fonem pada tengah kata. Ciri fonem k adalah plosif, velar, dan tidak bersuara. jawuh
→ jauh dengan ciri fonem w adalah semi vokal, bilabial, dan bersuara. tahun mengalami
perubahan secara sinkop yaitu penghilangan fonem pada tengah kata → taun
dengan penghilangan bunyi h yang memiliki ciri-ciri frikatif, laringal, dan tidak bersuara.
Universitas Sumatera Utara
27
4.1.4 Apokop Tabel IV Perubahan Bunyi Apokop