Apokop Tabel IV Perubahan Bunyi Apokop Protesis Tabel V Perubahan Bunyi Protesis Epentesis Tabel VI Perubahan Bunyi Epentesis Paragog Tabel VII Perubahan Bunyi Paragog

27

4.1.4 Apokop Tabel IV Perubahan Bunyi Apokop

No PAN BMRDK GLOS 1 duwa du dua 2 ikuy iku ekor 3 ituh itu itu 4 tidur tidu tidur 5 tuha tu tua Kata duwa mengalami perubahan bunyi secara apokop → du yaitu penghilangan bunyi w dan a dengan ciri fonem w adalah semi vokal, bilabial, dan bersuara. Fonem a memiliki ciri rendah, belakang, dan tidak bulat. Kata ikuy mengalami apokop → iku yaitu dengan penghilangan bunyi y yang memiliki ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Kata ituh → itu dan tuha → tu dengan penghilangan bunyi h yang memiliki ciri frikatif, laringal, dan tidak bersuara. Kata tidur → tidu mengalami perubahan bunyi secara apokop yang penghilangan bunyi r yang memiliki ciri trill, alveolar, dan bersuara.

4.1.5 Protesis Tabel V Perubahan Bunyi Protesis

No PAN BMRDK GLOS 1 inum minum minum Kata inum mengalami perubahan bunyi secara protesis → minum yaitu penambahan bunyi m yang memiliki ciri nasal, bilabial, dan bersuara. Universitas Sumatera Utara 28

4.1.6 Epentesis Tabel VI Perubahan Bunyi Epentesis

No PAN BMRDK GLOS 1 CaCiN cacioŋ cacing 2 dagiŋ dagioŋ daging 3 den deyen dan dengan 4 kuniŋ kunioŋ kuning Kata CaCiN → cacioŋ, dagiŋ → dagioŋ, dan katakuniŋ → kunioŋ mengalami perubahan bunyi secara epentesis yaitu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penambahan sebuah atau beberapa fonem pada tengah sebuah kata. Ketiga kata di atas sama-sama mengalami penambahan bunyi fonem o yang memiliki ciri-ciri sedang, depan, dan bundar. Kata den → deyen yaitu penambahan bunyi y dan e. Bunyi y memiliki ciri-ciri semi vokal, palatal, dan bersuara. Sedangkan bunyi e memiliki ciri-ciri sedang, depan, dan tidak bundar.

4.1.7 Paragog Tabel VII Perubahan Bunyi Paragog

No PAN BMRDK GLOS 1 aka akae akar 2 buka buka? buka 3 k ∂za kojam kejam Universitas Sumatera Utara 29 Kata aka → akae yaitu mengalami perubahan bunyi secara paragog berupa penambahan bunyi pada akhir kata. Bunyi tersebut adalah penambahan fonem e yang memiliki ciri sedang, depan, dan tidak bundar. Kata buka → buka? mengalami penambahan bunyi fonem ? yang memiliki ciri plosif, glotal, dan tidak bersuara. Kata k ∂za → kojam mengalami penambahan bunyi m yang memiliki ciri nasal, bilabial, dan bersuara. Kata ini juga mengalami perubahan bunyi ∂ → o dan z → j. Ciri-ciri bunyi tersebut adalah fonem ∂ adalah sedang, depan, dan tidak bundar. Fonem o adalah sedang, belakang, dan bundar. Sedangkan fonem z memiliki ciri gescran, dentalalveolar dan bersuara. Fonem j memiliki ciri-ciri paduan, palatal, dan bersuara. 4.2 Pewarisan Linear dan Inovasi Bahasa Proto Austronesia Ke dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar Pewarisan Linear adalah pewarisan sebuah atau beberapa fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri yang ada pada fonem proto tersebut. Pewarisan inovasi merupakan bentuk pewarisan apabila terjadi perubahan dari bahasa proto ke dalam bahasa sekarang. 4.2.1 Pewarisan Linear Fonem Vokal PAN Ke dalam BMRDK 4.2.1.1 PAN a