Objek Pengujian Peraturan Perundang-Undangan di Mahkamah Agung

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-undang, termasuk juga DPRD Provinsi dan KabupatenKota serta Gubernur dan BupatiWalikota. Adanya pengaturan pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang dimaksudkan sebagai kontrol normatif terhadap setiap tindakan atau produk hukum yang berbetuk peraturan dari pihak eksekutif, dalam hal ini Presiden dan lembaga negara lainnya. Hal ini disebabkan, Presiden memiliki kewenangan yang sangat besar untuk menerjemahkan materi muatan suatu undang-undang dalam bentuk peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai instrumen pelaksanaan undang-undang. 35

BAB III PERATURAN KEBIJAKAN DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Peraturan Kebijakan

Dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah atau pejabat administrasi negara dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang bersifat terikat gebonden beleids. 1 Pejabat administrasi negara dalam menetapkan dan menjalankan suatu kebijakan tidak dapat menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Selain kebijakan yang bersifat terikat gebonden beleids berdasarkan peraturan perunang-undangan, pemerintah atau pejabat administrasi negara juga dapat menetapkan kebijakan- kebijakan yang bersifat bebas vrijbeleid, kebijakan yang bersifat bebas tersebut ditetapkan oleh pejabat administrasi negara berdasarkan kewenangan kebebasan bertindak freies ermessen. 2 Istilah freies ermessen dalam bahasa Jerman berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freies artinya orang bebas, tidak terikat dan merdeka. Sedangkan ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga dan memperkirakan. 3 Freies ermessen berarti orang yang 1 Kebijakan-kebijakan yang bersifat terikat adalah kebijakan yang ditetapkan pejabat administrasi negara sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Lihat Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan Beleidsregels Pada Pemerintahan Daerah, Yogyakarta: UII Press, 2005,h .85. 2 Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan Beleidsregels Pada Pemerintahan Daerah, Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 85. 3 Nomensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Permata Aksara, 2010, h. 55. memiliki kebebasan untuk menilai, menduga dan mempertimbangkan sesuatu. Istilah ini kemudian digunakan dalam bidang pemerintahan, sehingga freies ermessen diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang. Untuk menegakkan asas konsistensi, kebijakan pejabat administrasi negara yang bersifat bebas tersebut perlu dituangkan dalam suatu bentuk formal atau suatu format tertentu yang lazim disebut dengan peraturan kebijakan. Dalam kepustakaan Belanda, ada berbagai istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan eksistensi peraturan kebijakan tersebut, antara lain pseudowetgeving, 4 spiegelrecht, dan beleidsregel. 5 Peraturan kebijakan beleidsregel 6 ini sebenarnya adalah jenis tindak administrasi negara dalam bidang hukum publik yang bersegi satu eenzijdige 4 Dalam kamus hukum bahasa Belanda istilah Pseudowetgeving berarti regelstelling door een betrokken bestuursorgaan zonder dat dit op grond van een uitdrukkelijke wettelijke bepaling die bevoegdheid bezit. Perundang-undangan semu adalah tata aturan oleh organ pemerintahan yang terkait tanpa memiliki dasar ketentuan undang-undang yang secara tegas memberikan kewenangan kepada organ tersebut. Lihat Andreae’s Fockema, Juridisch Woordenboek, Tjeenk Willink, 1985, h. 396. Lihat juga Zafrullah Salim, Legislasi Semu Pseudowetgeving, artikel diakses pada 12 Januari 2014 dari http:ditjenpp.kemenkumham.go.id. 5 Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1997, h. 167. 6 Istilah beleidsregel digunakan pada tahun 1982, dalam risalah yang disusun oleh commisie wetgevingsvraagstukken, walaupun digunakan secara bersamaan dengan istilah-istilah “pseudo- wetgeving”, “bekang makingan van voorgenomen beleid, “algemene beleidsregels”. Dalam tahun 1982 pula, kelompok kerja staartwerkgroep wet algemene regels van bestrecht Wet ARB juga menggunakan istilah beleidsregels dalam rancangan mereka. Lihat Abdul Razak, Hakikat Peraturan Kebijakan, Tulisan ini pern ah dimuat dalam kumpulan tulisan “Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi” dalam rangka Ultah ke- 80 Prof Solly Lubis, artikel diakses pada 12 januari 2014 dari http:www.negarahukum.com. publiek rechtelijke handelingen. Ia merupakan hukum bayangan spiegelrecht yang membayangi undang-undang atau hukum yang terkait pelaksanaan kebijakan policy. 7 Peraturan kebijakan merupakan produk kebijakan yang bersifat bebas yang ditetapkan oleh pejabat-pejabat administrasi Negara dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan. Kebijakan pejabat administrasi negara tersebut kemudian dituangkan dalam suatu format tertentu supaya dapat diberlakukan secara umum berlaku sama bagi setiap warga negara. Dalam hal tertentu, bentuk formal peraturan kebijakan sering tidak berbeda atau tidak dapat dibedakan dari format peraturan perundang-undangan. 8 Meskipun bentuk peraturan kebijakan memiliki persamaan dengan peraturan perundang-undangan, secara tegas Bagir Manan mengemukakan bahwa peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan. Salah satu aspek yang membedakan peraturan kebijakan dengan peraturan perundang-undangan adalah dari aspek kewenangan pembentukan peraturan kebijakan. Pembentuk peraturan kebijakan tidak memiliki kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan kewenangan legislatif. Hal tersebut mengandung arti bahwa peraturan kebijakan tidak dilahirkan dari kewenangan legislatif, akan tetapi peraturan kebijakan bersumber dari 7 Safri Nugraha dkk. Hukum Administrasi Negara, Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005, h. 93. 8 Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, h. 101. kewenangan eksekutif, dan pada umumnya tidak dapat dilahirkan aturan yang bersifat mengikat secara umum. 9 Didalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, suatu peraturan kebijakan dalam kerangka freies ermessen yang dibuat oleh pejabat administrasi negara adalah mencakup dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Belum adanya perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian in concreto terhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut penyelesaian yang segera; 2. Perundang-undangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah memberikan kebebasan sepenuhnya; 3. Adanya delegasi perundang-undangan, maksudnya aparat pemerintah diberi kekuasaan untuk mengatur sendiri yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya. 10 Adapun ciri-ciri dari peraturan kebijakan itu sendiri, J.H Van Kreveld mengemukakan bahwa peraturan kebijakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Peraturan itu langsung ataupun tidak langsung tidak didasarkan pada ketentuan undang-undang formal ataupun UUD yang memberikan kewenangan mengatur, dengan kata lain peraturan itu tidak ditemukan dasarnya dalam undang-undang; 9 Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, h. 169. 10 Muchsan, Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi di Indonesia, Bandung: Alumni, 2000, h. 27-28.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122