halnya peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran, dan pengumuman kebijakan tersebut.
15
C. Sumber Kewenangan dan Kekuatan Mengikat Peraturan Kebijakan
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tercermin dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyebutkan bahwa, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Oleh karena
itu, negara hukum merupakan negara yang berdasarkan hukum yang menjamin kepastian hukum dan keadilan bagi warga negaranya.
Dalam perspektif negara hukum, semua tindakan pejabat administrasi negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan harus memiliki sumber-
sumber kewenangan yang jelas dalam rangka memenuhi asas legalitas. Selain itu, semua tindakan pejabat administrasi negara juga harus dapat
dipertanggungjawabkan serta dapat diterima akal sehat sesuai dengan asas motivasi dalam penetapan keputusan.
16
Untuk mengetahui sumber kewenangan pejabat administrasi negara dalam membentuk peraturan kebijakan, dengan sendirinya akan bersinggungan
dengan teori tentang pendistribusian kekuasaan negara. Salah satunya adalah teori trias politica yang dikemukakan oleh Montesquieu. Dalam teori ini
15
Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Adminstrasi Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002, h. 152.
16
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, h. 108.
disebutkan bahwa pada dasarnya dalam setiap pemerintahan ada tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Ruang lingkup kewenangan badan legislatf adalah sebagai kekuasaan pembentuk undang-undang atau norma-norma yang berlaku umum.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans Kelsen, “legislation legis latio of
Roman law is the creation of laws leges”.
17
Sehingga, kewenangan pembentukan peraturan kebijakan oleh pejabat administrasi negara tidak
mungkin berasal dari kekuasaan legislatif, sebab tugas badan legislatf bukan untuk membuat suatu garis kebijakan dalam hubungan dengan penyelenggaraan
tugas-tugas pemerintahan, tetapi untuk membentuk aturan-aturan yang berlaku umum general norm sebagai pedoman bagi organ pemerintah dan pejabat-
pejabat administrasi negara dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan.
18
Adapun ruang lingkup kewenangan kekuasaan yudisial adalah untuk menindak setiap perbuatan yang melanggar undang-undang. Menurut Maria
Farida Indrawati Soeprapto, kekuasaan yudisial dalam perspektif teori Montesquieu adalah kekuasaan peradilan dimana kekuasaan ini menjaga agar
undang-undang, peraturan-peraturan, atau ketentuan-ketentuan hukum lainnya benar-benar ditaati, yaitu dengan jalan menjatuhkan sanksi pidana terhadap
17
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Penerjemah: Raisul Muttaqien, Bandung: Nusa Media, 2009, h. 382.
18
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, h. 110.
setiap pelanggaran hukumundang-undang dan memutuskan dengan adil sengketa-sengketa sipil yang diajukan.
19
Kewenangan pembentukan peraturan kebijakan pada dasarnya juga tidak bersumber dari kekuasaan yudisial, sebab tugas utama kekuasaan yudisial bukan
membuat kebijakan dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan. Ruang lingkup kekuasaan yudisial umumnya berkaitan dengan penyelesaian
kasus-kasus tertentu yang bersifat individual. Adapun yang terakhir adalah kekuasaan eksekutif, dalam teori trias
politica fungsi kekuasaan eksekutif adalah menjalankan perintah undang- undang yang berlaku dalam suatu negara. Dalam perkembangan negara hukum
modern negara hukum kesejahteraan, tugas pemerintah untuk menjalankan perintah undang-undang hanya salah satu aspek dari tugas-tugas pemerintah.
Selain menjalankan undang-undang, pemerintah juga menjalankan tugas-tugas lain seperti pengaturan, pembinaan masyarakat, kepolisian, dan peradilan.
20
Dalam hal perkembangan kewenangan pemerintah pada bidang pengaturan, Jimly Asshidqie mengemukakan bahwa kewenangan untuk
mengatur atau membuat aturan pada dasarnya merupakan domain kewenangan lembaga legislatif yang berdasarkan prinsip kedaulatan merupakan kewenangan
eksklusif para wakil rakyat yang berdaulat untuk menentukan suatu peraturan
19
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-Dasar dan Pembentukannya, Yogyakarta: Kanisius, 1996, h. 60.
20
Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, h. 115.
yang mengikat dan membatasi kebebasan setiap individu warga negara presumption of liberty of the souverign people.
21
Dalam hubungannya dengan sumber kewenangan pembentukan peraturan kebijakan oleh pejabat administrasi negara, Abdul Latief
mengemukakan bahwa selain dari peraturan perundang-undangan yang bersumber
pada legislatif
negara yang
memang diperlukan
bagi penyelenggaraan kebijakan pemerintahan yang terikat gebonden beleids,
dalam bidang penyelenggaraan kebijakan pemerintahan yang tidak terikat vrijbeleid, tentunya akan dikeluarkan berbagai peraturan kebijakan
beleidsregels yang bersumber pada fungsi eksekutif negara yang jumlah dan bentuknya tidak mudah diperkirakan dan tidak mudah diikuti.
22
Dalam redaksi yang berbeda, Abdul Hamid S Attamimi juga menyatakan mengenai sumber kewenangan pembentukan peraturan kebijakan
yang berasal dari kewenangan mengatur pemerintah. Kewenangan pemerintahan dalam arti sempit atau ketataprajaan kewenangan eksekutif mengandung juga
kewenangan pembentukan peraturan-peraturan dalam rangka penyelanggaraan fungsinya. Oleh karena itu, kewenangan pembentukan peraturan kebijakan yang
bertujuan untuk mengatur lebih lanjut penyelenggaraan pemerintahan,
21
Jimly Asshidqie, Perihal Undang-Undang, Jakarta: Konstitusi Press, 2006, h. 11.
22
Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan Beleidsregels Pada Pemerintahan Daerah, h. 85.