Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

kelas satu sampai dengan kelas enam yang diukur dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pertumbuhan anak sekolah dasar menurut antropometri yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan berat badan menurut umur BBU. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan tinggi badan menurut umur TBU. 3. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan indeks massa tubuh IMT.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi setiap sekolah dan Dinas Pendidikan mengenai pertumbuhan anak di masing-masing sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. 2. Bagi orang tua dapat dijadikan pengetahuan atau pengalaman sehingga dapat lebih memahami dan mengerti pentingnya gizi pada anak usia sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anak Sekolah Dasar SD

Menurut Hutagalung, M 2009, anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas tiga, memiliki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan. Seperti dikatakan Darmodjo 1992 yang dikutip Hutagalung, M 2009, anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget 1992, yang dikutip Hutagalung M 2009, mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, tahap operasional usia 2-6 tahun, tahap operasional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution 1992 mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : 1 adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, 2 amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, 3 menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, 4 pada umumnya anak menghadap tugas- tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, 5 pada masa ini anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, 6 anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama Hutagalung, M, 2009.

2.1.1. Karakteristik Anak Usia SD

Karakteristik anak usia sekolah dasar SD adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan mata, gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.

2. Perkembangan Intelektual dan Emosional

a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. d. Perlakuan saudara serumah kakak-adik, orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat Sofa, 2008.

2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik anatomi dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi bertambah banyak, sel-sel organ tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertumbuhan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya serta pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala Nursalam, 2005 Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel- sel dan jaringan diantara sel bertambah banyak. Selama pembiakan sel berkembang menjadi sebuah alat organ dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain Masudah, 2008.

2.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Dari penilaian status gizi tersebut dapat memantau kecepatan pertumbuhan anak, pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan dari waktu ke waktu, sehingga diperoleh pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu melalui penilaian status gizi tersebut. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gangguan gizi terjadi baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih Almatsier, 2004. Hubungan antara status gizi dan pertumbuhan dapat dijabarkan dalam skema seperti pada gambar 1. Gambar 1 : Hubungan antara status gizi dengan pertumbuhan Status pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan dari waktu ke waktu, untuk memantau pertumbuhan tersebut dilakukan dengan melihat status gizi yang diperoleh melalui keseimbangan asupan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi setiap hari. Status gizi merupakan gambaran tingkat pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu. Untuk menilai kecepatan pertumbuhan atau pencapaian pertumbuhan seorang anak didasarkan pada ukuran fisik tubuh Antropometri, sehingga ukuran-ukuran atau indeks antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi anak. Untuk menentukan status gizi dalam suatu survei gizi tidak sesederhana menentukan status Status Gizi Status Keseimbangan Asupan dan Kebutuhan Zat Gizi Status Pertumbuhan Pertumbuhan dari waktu ke waktu Pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu gizi perorangan. Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata atau median dan standar deviasi SD dari suatu angka acuan standar WHO. Dengan rumusan tertentu dapat dihitung nilai Z skor dari nilai BBU. Z skor yang bernilai plus-minus 1 sampai 3 SD menentukan jenis status gizi Supariasa, 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu : a. Faktor Genetik b. Faktor lingkungan pranatal dan pascanatal

a. Faktor Heredekonstitusionil Genetik