antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk
Indonesia 100 baku Indonesia = 50 persentile baku Harvard dan untuk lingkar lengan atas LLA digunakan baku Wolanski. Tiga dari indeks antropometri tersebut
diatas yang paling sering digunakan karena pengukurannya lebih baik yaitu Hastoety, 2002 :
2.4.1. Berat Badan Menurut Umur BBU
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatanpenurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya Soetjiningsih, 2001.
Berat badan yaitu satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
1. Kelebihan Indeks BBU Indeks berat badan nyai beberapa kelebihan antara lain :
a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c. Berat badan dapat berfluktuasi d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e. Dapat mendeteksi kegemukan over weight
2. Kelemahan Indeks BBU Disamping mempunyai kelebihan, indeks BBU juga mempunyai beberapa
kekurangan antara lain : a. Dapat mengakibatkan interpretasi status Gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asites b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditafsir secara tepat c. Memerlukan data umur yang akurat
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan
e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
Berdasarkan indeks berat badan menurut umur BBU terhadap baku rujukan WHO-NCHS 2007, maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :
1. BB Normal : Z skor
≥ - 2 sd ≤ 2 2. BB Kurang
: Z s kor≥ - 3 sd - 2
3. BB Sangat kurang : Z skor - 3
2.4.2. Tinggi Badan Menurut Umur TBU
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertumbuhan umur. Berikut kelemahan dan keuntungan dari indeks menurut TBU yaitu :
1. Keuntungan Indeks TBU
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
2. Kelemahan Indeks TBU a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya
c. Ketepatan umur sulit didapat Berdasarkan indeks panjang badan menurut umur TBU terhadap baku
rujukan WHO-NCHS 2007, maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu : 1. TB Normal
:Z-sk or ≥ - 2 sd ≤ 3
2. TB Pendek : Z- skor
≥ - 3 sd - 2 3. TB Sangat pendek
: Z skor - 3 4. TB Lebih dari normal
: Z skor 3 2.4.3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang
sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran
antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan Supariasa, dkk, 2001.
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri ukuran-ukuran tubuh digunakan
secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua
dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Kom,posisi tubuh mencakup komponen lamak tubuh fat mass dan bukan lemak tubuh non-fat mass
Riyadi, 2004. Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU anak sekolah.
Rumus IMT Berat badan kg
IMT = Tinggi bBadan m x Tinggi Badan m
Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur IMTU terhadap baku rujukan WHO-NCHS 2007, indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :
1. Sangat gemuk : Z skor 3
2. Gemuk : Z skor 2 sd
≤ 3 3. Normal
: Z skor ≥ - 2 sd ≤ 2
4. Kurus : Z skor
≥ - 3 sd 2 5. Sangat kurus
: Z skor - 3 Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepatakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu : persen terhadap
median, persentil dan standar deviasi unit.
a. Persen terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi, dalam antropometri gizi
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100 untuk standar. Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk
mendapatkan ambang batas. b. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah
populasi berada diatsny dan setengahnya berada dibawahnya. National Center of Health Statistics NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik
dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. Contoh 100 anak yang diukur tingginya, kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Seorang anak Ali berada pada urutan ke 15 berarti persentil 15, hal ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85 anak berada diatasnya Supariasa, 2002.
c. Standar Deviasi Unit SD Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO 2007, menyarankan untuk
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
2.5. Cara Pengukuran Tinggi Badan Anak SD