Memalsukan Buku atau Daftar Khusus Pemeriksaan Administrasi Kelompok tindak pidana penggelapan

Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. Dengan demikian, maka apabila ada perusahaan dari seseorang atau kadang- kadang dari keluarga sendiri yang bertentangan dengan jiwa dan isi dari keppres-keppres tersebut dapat dituntut melanggar pasal 435 KUHP yang ditarik ke dalam pasal 1 ayat 1.

3. Memalsukan Buku atau Daftar Khusus Pemeriksaan Administrasi

Di dalam Pasal 9 Undang-undang No. 20 Tahun 2001 merumuskan sebagai berikut : Dipidana dengan pidana paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah Pegawai negeri atau orang lain selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan. Yang diancam dengan hukuman dalam pasal ini adalah perbuatan dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus ntuk pemeriksaan administrasi. Walaupun dari perbuatan tersebut tidak menimbulkan kerugian, maka apabila perbuman pemalsuan itu telah dilakukan maka bagi sipelaku sudah dapat dipidana. Adapun yang dimaksud dengan buku-buku adalah yang menyatakan dalam suatu perusahaan yaitu pembukuan keuangan, kegiatan-kegiatan perusahaan, neraca laba rugi perusahaan. Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. Sedangkan daftar khusus adalah suatu daftar yang dibuat untuk mengetahui tentang barang-barang apa saja yang diperjualbelikan, daf- tar gaji, daftar peserta rekanan dari perusahaan itu. Daftar-daftar tersebut sangat penting kegunaannya untuk pemeriksaan sebagai barang bukti terhadap pihak yang berwenang.

4. Kelompok tindak pidana penggelapan

Menurut Pasal 10 Undang-undang No. 20 tahun 2001 yang unsur- unsurnya menarik dari Pasal 415 sd 417 KUHP yaitu : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000. 000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000,- tiga ratus lima puluh juta rupiah Pegawai Negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja : a. Menggelapkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang di- gunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pe- jabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya atau. b. Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai barang akta surat daftar tersebut; atau. c. Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai barang akta atau surat, atau daftar tersebut. Pasal-pasal KUHP yang ditarik ke dalam UUPTPK dan merupakan tindak pidana penggelapan yang dilakukan oleh pegawai negeri yaitu pasal 415 sd 417 KUHP. Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. Penggelapan yang dilakukan pegawai negeri terdapat dalam pasal l15 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah : a. Pegawai negeri atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus-menerus untuk sementara waktu. b. Dilakukan dengan sengaja. c. Yang digelapkan berupa uang atau surat-surat berharga. d. Yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat-surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau menolong sebagai pembantu orang lain dalam melakukan perbuatan tesebut. Kata penggelapan dalam perumusan ini mempunyai maksud yang sama dengan penggelapan pada Pasal 372 dan 374 KUHP, dengan perbedaan sebagai berikut : Pasal 415 : a. Subjekpelaku harus pegawai negeri atau pejabat lain yang ditugaskan terus-menerus. b. Yang digelapkan berupa barang, uang atau surat-surat ber- harga. c. Ada pelaku pembantu yang bukan pegawai negeri. Pasal 372 : a. Pelakunya siapa saja bersifat umum. b. Yang digelapkan berupa barang. Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. Dengan demikian jika pegawai negeri atau pejabat menggelapkan berang dan bukannya uang atau surat berharga, maka pegawai negeri itu tidak dapat dituntut berdasarkan Pasal 415 tetapi berdasarkan Pasal 372 atau 474 KUHP. Pasal 416 dan 417 yang juga ditarik menjadi tindak pidana korupsi, sedangkan perumusannya termasuk pula bentuk penggelapan. Unsur-unsur pasal 416 KUHP yaitu: a. Pegawai negeri atau orang lain yang ditugaskan selalu atau sementara menjalankan jabatannya. b. Dilakukan dengan sengaja. c. Membuat secara palsu atau memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. Unsur yang pertama dan kedua sama dengan Pasal 415, yang berbeda ialah unsur ketiga mengenai pemalsuan daftar yang semata-mata untuk pemeriksaan administrasi. Dengan demikian, pasal ini penting artinya dalam rangka tugas pengawasan dan pemeriksaan terhadap penanggungjawab proyek pembangunan dan keuangan pada khususnya, misalnya mengenai prosedur, administrasi rekanan, pertanggungjawaban keuangan rutin maupun proyek. Unsur Pasal 417 KUHP yaitu : a. Pegawai negeri atau orang lain yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara waktu. b. Dilakukan dengan sengaja. c. Menggelapkan, menghancurkan, merusak atau membikin tak dapat dipakai barang-barang yang diperuntukkan guna Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. meyakinkan atau pembuktian di muka penguasa yang berwenang, akta-akta, surat-surat atau suatu daftar. d. Yang disimpandikuasainya karena jabatannya, atau membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan atau membikin tak dapat dipakai barang-barang itu, atau menolong sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan itu. Terlihat bahwa antara pasal 417 dan Pasal 415 terdapat banyak persamaan unsur-unsurnya. Yang berbeda adalah unsur ketiga, di mana objek Pasal 415 adalah uang atau surat berharga, sedangkan Pasal 417 objeknya adalah barang yang digunakan untuk meyakinkan atau mem- buktikan di muka penguasa yang benwenang.

5. Menerima Hadiah atau Janji

Dokumen yang terkait

Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

8 114 109

Analisa Hukum Mengenai Eksistensi Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 003/PUU-IV/2006

0 64 93

Penerapan Batas-Batas Antara Wanprestasi Dengan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Suatu Perikatan

11 108 97

ANALISIS YURIDIS UNSUR MELAWAN HUKUM DAN MENYALAHGUNAKAN WEWENANG DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 16

PENERAPAN AJARAN SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA.

0 0 1

PERGESERAN ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA (studi tentang Ajaran sifat Melawan Hukum Materil dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).

0 4 9

BAB II KAJIAN HUKUM PERBUATAN MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM HUKUM PIDANA A. Sejarah Perbuatan Melawan Hukum - Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 14

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 29

Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 9

BAB II KONSEP SIFAT MELAWAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Sejarah dan Teori Mengenai Sifat Melawan Hukum dalam Tindak Pidana - Analisa Hukum Mengenai Eksistensi Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah K

0 1 24