Landasan Konsepsional Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi

Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.

2. Landasan Konsepsional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: Pertama: Perbuatan Melawan Hukum Materil. Kedua: Tindak Pidana Korupsi. Dari dua variabel tersebut akan dijelaskan pengertian dari masing-masing sebagai berikut: 1. Pengertian ajaran adalah asas sebagai sesuatu hal yang sifatnya sangat mendasar yang bernuansa filsafat. 40 Asas yang sifatnya sangat mendasar dimaksud pada hakekatnya adalah bertujuan untuk menjawab beberapa keraguan 41 40 Dalam hubungan ini M. Solly Lubis, mengetengahkan pendapatnya berfilsafat, ialah mencari kebenaran, dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berpikir secara radikal sistematik dan universal. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 2. 41 Ibid. yang muncul di lapangan kemudian dengan menggunakan asas dimaksud diupayakan menemukan jalan penyelesaiannya. Dengan pendekatan yang demikian diharapkan terhadap keraguan yang muncul itu dapat dicapai sesuatu kebenaran yang hakiki yang sekaligus memberikan faedah atau manfaat bagi kehidupan dalam masyarakat. Sifat asas pada umumnya tidak dituangkan dalam peraturan atau pasal yang konkrit sehingga asas tersebut tidak dapat diterapkan secara langsung kepada peristiwa konkrit walapun ada asas hukum yang bersifat abstrak maka tidak dapat langsung diterapkan pada peristiwa konkrit. Peraturan hukum konkrit dapat secara langsung diterapkan kepada peristiwa yang konkrit. Fungsi asas hukum bersifat mengesahkan karena berdasarkan pada eksistensi rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim, mempunyai pengaruh yang normatif Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. dan mengikat para pihak, berdasarkan pada fungsi asas hukum seperti ini maka asas hukum itu bersifat mengatur dan eksplikatif. 2. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian antara penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. 42 3. Perbuatan melawan hukum adalah mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun materil dan mengenai perbuatan melawan hukum dalam arti materil yang meliputi fungsi positif dan negatifnya. 43 42 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia, Suatu Kajian Terhadap Pelaksanaan Jaminan Fidusia Dalam Putusan Pengadilan di Sumatera Utara, Disertasi, Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, 2002, hal. 38-39. 43 Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Secara singkat ajaran sifat melawan hukum yang formal mengatakan bahwa apabila suatu perbuatan telah mencocoki semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana, perbuatan tersebut adalah tindak pidana. Jika ada alasan-alasan pembenar, maka alasan- alasan tersebut harus juga disebutkan secara tegas dalam undang-undang. Ajaran yang materil mengatakan bahwa di samping memenuhi syarat-syarat formal yaitu mencocoki semua unsur yang tercantum dalam rumusan delik, perbuatan itu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau tercela, karena itu pula ajaran ini mengakui alasan-alasan pembenar di luar Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. undang-undang. Dengan pekataan lain, alasan pembenar dapat berada pada hukum yang tidak tertulis. 44 4. Tindak pidana ialah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana barang siapa yang melanggar larangan tersebut, selanjutnya beliau menyatakan menurut wujudnya atau sifatnya, tindak pidana itu adalah perbuatan- perbuatan yang melawan hukum dan juga merugikan masyarakat dalam arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana, apabila perbuatan itu: 45 a. melawan hukum; b. merugikan masyarakat; c. dilarang oleh aturan pidana; d. pelakunya diancam dengan pidana. 5. Tindak pidana korupsi diartikan sebagai perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Dengan demikian ada tiga fenomena yang mencakup dalam istilah korupsi yakni penyuapan bribery, extraction 44 Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia, Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam Yurisprudensi, Bandung: Alumni, 2002, hal. 25 45 Mulyanto dalam Faisal Salam, op.cit, hal. 84 Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010. pemerasan dan nepotism nepotisme. Selanjutnya bisa diidentifikasikan anatomi kejahatan korupsi: 46 1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. 2. Korupsi pada umumnya melibatkan kerahasiaan. 3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu berupa uang. 4. Perbuatan terselubung di balik pembenaran hukum. 5. Pelaku biasanya mempunyai pengaruh yang kuat baik status ekonomi maupun status politik yang tinggi. 6. Mengandung unsur tipu muslihat. 7. Mengandung unsur penghianatan kepercayaan. 8. Perbuatan tersebut melanggar norma, tugas dan pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

8 114 109

Analisa Hukum Mengenai Eksistensi Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 003/PUU-IV/2006

0 64 93

Penerapan Batas-Batas Antara Wanprestasi Dengan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Suatu Perikatan

11 108 97

ANALISIS YURIDIS UNSUR MELAWAN HUKUM DAN MENYALAHGUNAKAN WEWENANG DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 16

PENERAPAN AJARAN SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA.

0 0 1

PERGESERAN ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA (studi tentang Ajaran sifat Melawan Hukum Materil dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).

0 4 9

BAB II KAJIAN HUKUM PERBUATAN MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM HUKUM PIDANA A. Sejarah Perbuatan Melawan Hukum - Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 14

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 29

Perbuatan Melawan Hukum Materil Berfungsi Positif Dan Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 0 9

BAB II KONSEP SIFAT MELAWAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Sejarah dan Teori Mengenai Sifat Melawan Hukum dalam Tindak Pidana - Analisa Hukum Mengenai Eksistensi Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah K

0 1 24