Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.
BAB II AJARAN DAN KONSEP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DI DALAM
HUKUM PIDANA
A. Eksistensi Perbuatan Melawan Hukum Di dalam Konsepsi Hukum Pidana
Hukum pidana di dalam prespektif sistem hukum di Indonesia berada pada ruang lingkup hukum publik yang secara esensial dapat dibagi lagi menjadi hukum
pidana materiil materieel strafrecht dan hukum pidana formal formeel strafrechtstrafprocesrecht.
49
Selanjutnya, ketentuan hukum pidana sesuai konteks di atas dapat diklasifikasikan menjadi hukum pidana umum ius commune dan hukum
pidana khusus ius singulare, ius speciale atau bijzonder strafrecht. Ketentuan hukum pidana umum dimaksudkan berlaku secara umum sebagaimana termaktub
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, sedangkan hukum pidana
khusus menurut W.P.J. Pompe, H.J.A. Nolte, Sudarto dan E.Y. Kanter diartikan
ketentuan hukum pidana yang mengatur mengenai subyeknya dan perbuatan yang khusus bijzonder lijkfeiten.
50
49
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 2005, hal. 171. Lihat juga, Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 5
50
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Normatif, Teoretis, Praktik dan
Masalahnya, Bandung: Alumni, 2007, hal. 1
Hukum pidana sebagai lingkup hukum publik merupakan salah satu sarana untuk social defence dalam arti melindungi masyarakat
terhadap kejahatan dengan memperbaiki atau memulihkan kembali si pembuat tanpa mengurangi keseimbangan kepentingan perorangan pembuat dan masyarakat.
Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.
Identifikasi dari beberapas aspek atau bentuk-bentuk perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan adalah sebagai berikut:
51
1. Dilihat dari sudut perlunya perlindungan masyarakat terhadap perbuatan anti
sosial yang merugikan dan membahayakan masyarakat maka timbullan pendapat atau teori bahwa tujuan pidana dan hukum pidana adalah penanggulangan
kejahatanpenindasan kejahatanpenegakan kejahatanpengendalian kejahatan. 2.
Dilihat dari sudut perlindungan masyarakat terhadap sifat berbahaya orang si pelaku, maka timbul pendapat bahwa tujuan pidana adalah untuk memperbaiki si
pelaku rehabilitasi reformasi sosial resosialisasi pemasyarakatanpembebasan. Memperbaiki si pelaku mengandung makna mengubah atau mempengaruhi
tingkah laku kembali patuh pada hukum. 3.
Dilihat dari sudut perlunya perlindungan masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan dalam menggunakan sanksi pidana atau reaksi terhadap pelanggar
pidana, maka dapat dikatakan tujuan pidana adalah mengatur atau membatasi kesewenangan penguasa maupun warga masyarakat pada umumnya dalam
melakukan reaksi terhadap si pelanggar sering pula dikatakan bahwa pidana dimaksudkan untuk menyediakan saluran untuk mewujudkan motif-motif balas
dendam atau untuk menghindari balas dendam. 4.
Aspek lain dari perlindungan masyarakat adalah perlunya mempertahankan keseimbangan atau keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu
51
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 26
Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.
oleh adanya kejahatandapat dikatakan bahwa tujuan pidana adalah untuk memelihara atau memulihkan keseimbangan masyarakat.
Selanjutnya, dikaji dari perspektif teoretis dan praktik konsepsi perbuatan melawan hukum dikenal dalam dimensi hukum perdata dan hukum pidana. Dari
aspek etimologis dan terminologis maka perbuatan melawan hukum dalam bahasa Belanda dikenal dengan terminologi “wederrechtelijk” dalam ranah hukum pidana
dan terminologi “onrechtmatige daad” dalam ranah hukum perdata. Akan tetapi, pengertian dan terminologi “wederrechtelijk” dalam hukum pidana tersebut ada
diartikan sebagai bertentangan dengan hukum in strijd met het recht, atau melanggar hak orang lain met krenking van eens anders recht dan ada juga yang
mengartikan sebagai tidak berdasarkan hukum niet steunend op het recht atau sebagai tanpa hak zonder bevoegheid. Dalam hukum pidana, khususnya terhadap
perkara tindak pidana korupsi telah terjadi pergeseran perspektif dimana perbuatan melawan hukum formal formele wederrechtelijkheid menjadi perbuatan melawan
hukum materil materiele wederrechtelijkheid dalam artian setiap perbuatan yang melanggar norma-norma dalam kepatutan masyarakat atau setiap perbuatan yang
dianggap tercela oleh masyarakat. Pergeseran perbuatan melawan hukum formal menjadi perbuatan melawan hukum materil tersebut dalam hukum pidana dipengaruhi
dari pengertian luas ajaran perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata melalui arrest Cohen-Lindenbaum tanggal 31 Januari 1919.
52
52
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003, hal. 13
Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.
Dalam hukum pidana, sifat melawan hukum memiliki empat makna yakni: Pertama, perbuatan melawan hukum diartikan syarat umum dapat dipidananya suatu
perbuatan sebagaimana definisi perbuatan pidana yakni kelakuan manusia termasuk dalam
rumusan delik, bersifat melawan hukum
dan dapat dicela. Kedua, kata melawan hukum dicantumkan dalam rumusan delik. Dengan demikian,
sifat melawan hukum merupakan syarat tertulis untuk dapat dipidananya suatu perbuatan. Ketiga, sifat melawan huku m formal mengandung arti semua unsur dari
rumusan delik telah dipenuhi. Keempat, sifat melawan hukum materil mengandung dua pandangan sebagai berikut:
53
2. Dari sudut perbuatannya mengandung arti melanggar atau membahayakan
kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh pembuat undang-undang rumusan delik.
3. Dari sudut sumber hukumnya, sifat melawan hukum mengandung pertentangan
dengan asas kepatutan, keadilan dan hukum yang hidup di masyarakat. Perkembangan berikut, sifat melawan hukum material dibagi menjadi sifat
melawan hukum material dalam negatif dan fungsi positif. Sifat melawan hukum materil dalam fungsi negatif berarti meski perbuatan memenuhi unsur delik tetapi
tidak bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat, maka perbuatan itu tidak dipidana. Adapun sifat melawan hukum materil dalam fungsi positif mengandung
arti, meski perbuatan tidak memenuhi unsur delik, tetapi jika perbuatan itu
53
Perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana, http:www.google.co.id, diakses tanggal 25 Mei 2009
Verdianto I. Bitticaca : Ajaran Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, 2010.
dianggap tercela karena tidak sesuai rasa keadilan atau norma di masyarakat, maka perbuatan itu dapat dipidana.
B. Unsur Perbuatan Melawan Hukum Wederrechtelijke Dalam Suatu Tindak