Kepailitan dalam Restrukturisasi Utang

f. dalam hal Direksi Perseroan tidak membantu atau memberikan kesempatan kepada Pengawas Implementasi Restrukturisasi untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat 5; g. dalam hal Direksi Perseroan tidak membantu atau memberikan kesempatan kepada kantor akuntan publik untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat 1; h. Direksi Perseroan dalam masa Implementasi Restrukturisasi bertindak dengan tidak beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya atau dalam melakukan pengurusan asetnya; i. Direksi Perseroan dalam masa Implementasi Restrukturisasi dengan sengaja mencoba merugikan satu atau lebih Kreditornya; danatau j. Debitor tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat 1 dan 2 tanpa adanya alasan yang dapat diterima oleh Komite Kreditor. Terhadap terjadinya salah satu peristiwa dari peristiwa-peristiwa tersebut di atas, Komite Kreditor wajib memutuskan apakah Implementasi Restrukturisasi masih dapat dilanjutkan atau terhadap Perseroan diajukan permohonan pernyataan pailit kepada Pengadilan Niaga. Komite Kreditor wajib menyampaikan keputusannya kepada semua Kreditor yang diwakilinya dengan menjelaskan dasar-dasar keputusannya itu.

E. Kepailitan dalam Restrukturisasi Utang

RUU ini selain memberi peluang kepada debitur yang beritikad baik dan masih memiliki prospek usaha untuk melakukan restrukturisasi utangnya guna mencegah agar tidak sampai dipailitkan, juga memberi peluang yang yang cukup besar bagi kreditur untuk sewaktu-waktu mempailitkan debitur dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai restrukturisasi utang yang akan dilaksanakan. Hal ini ditujukan untuk melindungi kreditur agar wacana restrukturisasi yang telah disusun sedemikian rupa tidak dijadikan alat oleh debitur yang beritikad jelek untuk mengulur-ulur waktu terhadap pelunasan utangnya atau melakukan tindakan lain yang dapat merugikan kreditur. Kesempatan kreditur untuk mempailitkan debitur yang sedang berada dalam proses restrukturisasi utang antara lain : 119 1. Dalam hal Kesepakatan Restrukturisasi tidak tercapai, yaitu apabila : a Penolakan Prakarsa Restrukturisasi ; b Rapat Pertama Para Kreditor menolak memberikan Persetujuan Prinsip; c kesepakatan antara Debitor dan Komite Kreditor mengenai Rencana Restrukturisasi atau mengenai Rencana Restrukturisasi Alternatif tidak tercapai ; d Studi Kelayakan Restrukturisasi oleh Tim Konsultan Restrukturisasi menyatakan bahwa debitur tidak layak 119 Draft-10 RUU, ibid LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. untuk direstrukturisasi ; e setelah lewat jangka waktu 270 hari dan perpanjangan 90 hari untuk masa negosiasi terhadap Rencana Restrukturisasi 2. Ketika Implementasi Restrukturisasi dinilai gagal. Setiap tidak tercapai kesepakatan dalam angka 1, maka kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitur dan Pengadilan Niaga wajib memberikan putusan pailit terhadap debitur dan terhadap putusan pailit tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum merupakan putusan hukum yang berkekuatan hukum tetap. Kemudian pada angka 2, apabila Implementasi Restrukturisasi dinilai gagal, maka komite kreditur masih dapat mempertimbangkan apakah terhadap debitur masih akan diberi kesempatan untuk melakukan kesepakatan ulang disertai dengan perubahan syarat-syarat Rencana Restrukturisasi, atau akan mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitur ke Pengadilan Niaga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN