Keadaan Diam RESTRUKTURISASI UTANG DALAM

diberhentikan untuk sementara. Masa negosiasi ini kembali dilanjutkan setelah Rencana Restrukturisasi Alternatif diajukan oleh komite kreditur kepada debitur untuk dinegosiasikan. Adapun masa negosiasi kembali ini ditambah masa negosiasi yang telah berlangsung tidak boleh melewati jangka waktu 270 hari ditambah perpanjangan 90 hari. Apabila telah lewat jangka waktu tersebut, maka kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitur di Pengadilan Niaga. 112 Rencana Restrukturisasi yang telah disetujui, wajib dituangkan isinya dalam bentuk akta notaril dan kemudian didaftarkan oleh Notaris yang bersangkutan kepada Pengadilan Niaga dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 hari setelah akta tersebut dibuat. Pada hari yang sama dengan hari pencatatan pendaftaran itu ke dalam buku Register Rencana Restrukturisasi, Panitera Pengadilan Niaga wajib memberikan Surat Tanda Pendaftaran Rencana Restrukturisasi kepada Notaris dengan tembusan kepada Ketua Pengadilan Niaga. Dalam jangka waktu 3 tiga hari kerja, Notaris wajib memberikan salinan resmi dari Surat Tanda Pendaftaran Rencana Restrukturisasi tersebut kepada Direksi Perseroan dan Ketua Komite Kreditor sebagai bukti pendaftaran tersebut oleh Pengadilan Niaga. Setiap orang boleh membaca dan mengutip isinya dengan tidak dipungut biaya apapun. Rencana Restrukturisasi sah karena hukum sejak tanggal surat permohonan pendaftaran oleh Notaris diajukan, sehingga dengan demikian Rencana Restrukturisasi tersebut telah dapat dan wajib dilaksanakan oleh Direksi Perseroan.

C. Keadaan Diam

Selama proses Restrukturisasi berlangsung, berlaku Keadaan Diam sejak tanggal Surat Tanda Pencatatan Pemberitahuan Prakarsa Restrukturisasi dikeluarkan oleh Panitera Pengadilan Niaga dan berakhir pada saat : 113 a. pada tanggal Rapat Pertama Para Kreditor menolak untuk memberikan Persetujuan Prinsip kepada Debitor untuk melakukan Restrukturisasi; b. pada tanggal Komite Kreditor memberitahukan kepada Pengadilan Niaga bahwa Kesepakatan Restrukturisasi antara Debitor dan Komite Kreditor tidak tercapai; atau c. pada tanggal Rencana Restrukturisasi didaftarkan pada Pengadilan Niaga. Selama berlangsungnya Keadaan Diam, maka terjadi hal-hal sebagai berikut: 114 1. penghentian sementara atas kewajiban Debitor untuk melakukan pembayaran bunga dan utang pokok yang telah diterima oleh Debitor sebelum berlangsungnya Keadaan Diam 2. Debitor dilarang dan tidak dapat dipaksa untuk membayar utang kepada salah satu Kreditor atau membayar ganti rugi dalam rangka eksekusi putusan pengadilan atau dewanbadan arbitrase yang telah berkekuatan tetap. 3. Bunga atas utang tidak dihitung dalam pembukuan masing-masing Kreditor. 112 Lihat Pasal 80 Draft-10 RUU, ibid. 113 Pasal 87 Draft-10 RUU, ibid. 114 Pasal 88 dan Pasal 89 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. 4. Selama berlangsungnya Keadaan Diam, pengadilan wajib menolak a permohonan penetapan eksekusi atas putusan pengadilan atau dewanbadan arbitrase, baik yang merupakan putusan serta merta maupun putusan yang telah berkekuatan tetap; b permohonan penetapan sita jaminan atau sita eksekusi atas salah satu aset Debitor; danatau c permohonan pernyataan pailit terhadap Debitor Larangan-larangan dalam keadaan diam : 115 1. Terhadap aset Debitor berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut tidak boleh melakukan pemindahtanganan atas aset Debitor, tidak dapat dilakukan pembebanan Hak Jaminan atas aset Debitor; dan Kreditor pemegang Hak Jaminan tidak dapat melakukan eksekusi atas Hak Jaminannya. 2. Selama berlangsungnya Keadaan Diam, Debitor tanpa persetujuan para Kreditor dilarang memperoleh utang baru baik dari Kreditor yang telah ada maupun dari Kreditor baru. 3. Dilarang dilakukan perbuatan-perbuatan sebagai berikut : a penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, kecuali atas permintaan Komite Kreditor; b pemindahan saham Perseroan oleh pemegang saham utama, kecuali pemindahan melalui pasar modal bagi Perseroan terbuka atau karena warisan sebagai akibat meninggalnya pemegang saham yang bersangkutan; c eksekusi atas putusan pengadilan atau badan arbitrase; d eksekusi penjaminan borgtocht atau guarantee yang diberikan oleh pihak ketiga; e. eksekusi hak-hak jaminan; f dilakukan pembebanan sita oleh pengadilan, baik sita jaminan maupun sita eksekusi, atas salah satu aset Perseroan; dan g. pengajuan permohohan pailit terhadap Debitor oleh siapapun juga. Menyimpang dari ketentuan Pasal 90 huruf a, baik Kreditor pemegang Hak Jaminan atas barang-barang bergerak maupun Debitor dapat mengajukan permohonan kepada Komite Kreditor untuk diizinkan menjual barang-barang tersebut apabila barang-barang tersebut menjadi ketinggalan mode apabila disimpan terlalu lama. 2 Debitor dapat mengajukan permohonan kepada Komite Kreditor untuk menjual barang dagangan yang penjualan barang tersebut merupakan kegiatan usaha dari Debitor. 3 Izin Komite Kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat 1, 2, dan 3, dapat diberikan baik dalam Rencana Restrukturisasi maupun secara tersendiri dengan pemberian izin secara umum atau dengan pemberian izin secara kasuistis. 4 Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dan 2 wajib dilaporkan secara periodik oleh masing-masing yang bersangkutan kepada Komite Kreditor. 5 Jangka waktu pelaporan tersebut dapat ditentukan di dalam Rencana Restrukturisasi atau di dalam pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 4. D. Implementasi Restrukturisasi Direksi Perseroan merupakan organ perseran yang diberi tugas untuk menjalankan Rencana Restrukturisasi yang telah disepakati Implementasi Restrukturisasi. Implementasi Restrukturisasi ini diawasi oleh komite kreditur, 115 Lihat Pasal 90, Pasal 92 dan Pasal 93 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. untuk itu, direksi perseroan bertanggung jawab kepada komite kreditur. Selama berlangsungnya Implementasi Restrukturisasi, direksi perseroan dapat mengusahakan dan memperoleh utang baru hanya dengan persetujuan komite kreditur. 116 Selain oleh komite kreditur, apabila dianggap perlu, juga dapat ditunjuk seorang atau lebih pakar atau kantor konsultan sebagai Pengawas Implementasi Restrukturisasi yang melakukan supervisi dan pemeriksaan terhadap Implementasi Restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Direksi Perseroan. D.1. Agen Pembayar Untuk menjalankan Implementasi Restrukturisasi, Komite Kreditor menunjuk suatu bank yang bukan salah satu dari Kreditor untuk menjadi Agen Pembayar. Agen Pembayar adalah kuasa dari dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Komite Kreditor untuk : a. melakukan penagihan atas kewajiban-kewajiban pembayaran Debitor sebagaimana ditentukan dalam Rencana Restrukturisasi; b. melakukan pembayaran fee kepada Tim Konsultan Restrukturisasi; dan c. melakukan pembayaran pelunasan kepada masing-masing Kreditor sesuai dengan jadwal dan proporsi besarnya utang dari masing-masing Kreditor tersebut sebagaimana ditentukan dalam Rencana Restrukturisasi. Untuk menjalankan Implementasi Restrukturisasi, Debitor membuka suatu rekening khusus escrow account pada Agen Pembayar. Semua pembayaran pelunasan utang Debitor wajib disetorkan oleh Debitor ke dalam rekening khusus tersebut. Agen Pembayar berdasarkan kekuatan Undang-Undang berwenang untuk mendebit rekening khusus untuk melakukan pembayaran fee tersebut maupun melakukan pembayaran pelunasan utang kepada masing-masing kreditor. 117 D.2. Kegagalan Restrukturisasi Implementasi Restrukturisasi dianggap mengalami kegagalan sehingga karena itu harus diakhiri, apabila terjadi salah satu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini: 118 a. Direksi Perseroan tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau melanggar larangan yang ditentukan dalam Rencana Restrukturisasi; b. pada akhir suatu tahapan atau jadwal yang telah ditentukan dalam Rencana Restrukturisasi, Perseroan tidak berhasil mencapai sasaran, sedangkan Komite Kreditor tidak dapat menerima alasan Direksi Perseroan mengenai terjadinya ketidakberhasilan itu; c. Direksi Perseroan tidak membuat dan menyampaikan laporan Implementasi Restrukturisasi; d. dalam masa Implementasi Restrukturisasi, aset Debitor telah mengalami penurunan nilai sampai melebihi 25 dua puluh lima persen dari nilai semula; e. dalam masa Implementasi Restrukturisasi berlangsung, keadaan keuangan Perseroan memburuk; 116 Pasal 102 dan Pasal 103 Draft-10 RUU, ibid. 117 Pasal 104 Draft-10 RUU, ibid. 118 Pasal 109 Draft-10 RUU, ibid LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. f. dalam hal Direksi Perseroan tidak membantu atau memberikan kesempatan kepada Pengawas Implementasi Restrukturisasi untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat 5; g. dalam hal Direksi Perseroan tidak membantu atau memberikan kesempatan kepada kantor akuntan publik untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat 1; h. Direksi Perseroan dalam masa Implementasi Restrukturisasi bertindak dengan tidak beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya atau dalam melakukan pengurusan asetnya; i. Direksi Perseroan dalam masa Implementasi Restrukturisasi dengan sengaja mencoba merugikan satu atau lebih Kreditornya; danatau j. Debitor tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat 1 dan 2 tanpa adanya alasan yang dapat diterima oleh Komite Kreditor. Terhadap terjadinya salah satu peristiwa dari peristiwa-peristiwa tersebut di atas, Komite Kreditor wajib memutuskan apakah Implementasi Restrukturisasi masih dapat dilanjutkan atau terhadap Perseroan diajukan permohonan pernyataan pailit kepada Pengadilan Niaga. Komite Kreditor wajib menyampaikan keputusannya kepada semua Kreditor yang diwakilinya dengan menjelaskan dasar-dasar keputusannya itu.

E. Kepailitan dalam Restrukturisasi Utang