Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang Dalam RUU Tentang Restrukturisasi Utang Perseroan Prosedur Pengajuan Restrukturisasi Utang

studi mengenai kelayakan restrukturisasi 98 hingga pada sanksi terhadap pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan dalam rangka restrukturisasi perusahaan seperti adanya mark up 99 terhadap nilai atau aset perseroan.

A. Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang Dalam RUU Tentang Restrukturisasi Utang Perseroan

Restrukturisasi utang dalam RUU ini dapat dilakukan dengan atau tanpa penyehatan Perseroan. Bentuk-bentuk restrukturisasi utang yang dikenal dalam RUU adalah : a. penjadwalan kembali pelunasan utang rescheduling; termasuk pemberian masa tenggang grace period yang baru atau pemberian moratorium kepada Debitor. b. persyaratan kembali perjanjian utang reconditioning; c. pengurangan jumlah utang pokok hair cut d. pengurangan atau pembebasan jumlah bunga yang tertunggak, denda, dan biaya-biaya lain e. penurunan tingkat suku bunga; f. pemberian utang baru; g. konversi utang menjadi modal Perseroan debt for equity conversion; h. penjualan aset yang tidak produktif atau yang tidak langsung diperlukan untuk kegiatan usaha Perseroan Debitor untuk melunasi utang; i. pengambilalihan utang, baik sebagian maupun seluruhnya, oleh pihak lain yang dengan pengambilalihan itu menggantikan kedudukan Debitor sebagai Debitor pengganti untuk jumah utang yang diambil alih; j. penggantian danatau penambahan jaminan collateral; k. penggantian danatau penambahan penjamin guarantor; l. konversi utang dengan surat utang yang dapat dipindahtangankan negotiable, baik surat utang jangka menengah maupun jangka panjang convertible bond; m. penambahan modal oleh pemegang saham lama atau pemegang saham baru melalui penempatan langsung direct placement atau melalui penawaran umum public offering; n. pertukaran utang dengan aset Debitor debt to asset swap; danatau o. bentuk-bentuk lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

B. Prosedur Pengajuan Restrukturisasi Utang

98 Dalam RUU ini diatur dengan jelas bahwa sebelum restrukturisasi utang diajukan maupun, terlebih dahulu harus dilakukan studi kelayakan oleh Rim Konsul Restrukturisasi yang dapat dibentuk oleh direksi perseroan yang setidaknya terdiri atas akuntan publik, konsultan hukum, konsultan manajemen keuangan dan bisns, konsultan penilai. Pasal 28 Draft-10 RUU, ibid0. 99 Sanksi ini dapat berupa penyanderaan terhadap debitur atau penjamin, atau berupa pidana penjara paling sedikit 1 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp.1 miliar terhadap direksi perseroan yang melakukan mark up atau penggelembungan atau rekayasa mengenai jumlah utang yang dimohon, jumlah nilai jaminan, maupun terhadap besarnya bagian pemiayaan sendiri. Pasal 120 ayat 3 juncto Pasal 144 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. B.1. Prakarsa Restrukturisasi Restrukturisasi utang dimulai dengan mengajukan Prakarsa Restrukturisasi berdasrakan keputusan Direksi Perseroan yang dinilai tidak mampu atau diperkirakan tidak akan mampu membayar utang-utangnya di masa mendatang. Prakarsa ini diajukan kepada semua kreditur, yaitu kreditur pemegang hak jaminan, kreditur konkuren, kreditur dalam dan luar negeri. Sama halnya dengan restrukturisasi utang dalam PKPU, restrukturisasi utang ini juga berlaku bagi seluruh golongan kreditur. Keputusan Direksi Perseroan untuk mengajukan Prakarsa Restrukturisasi diambil berdasarkan : 100 1. prakarsa Direksi Perseroan; 2. usul Komisaris Perseroan kepada Direksi Perseroan; 3. usul kepada Direksi Perseroan dari pemegang saham Perseroan yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari seluruh jumlah saham dengan suara yang sah; atau 4. permintaan kepada Direksi Perseroan dari satu atau lebih Kreditor, baik sendiri- sendiri maupun bersama-sama memiliki tagihan kepada Debitor melebihi jumlah 50 dari seluruh kewajiban Debitor kepada semua Kreditornya. Dalam hal Prakarsa Restrukturisasi diajukan atas permintaan dari kreditur atau para kreditur, maka para kreditur tersebut harus terlebih dahulu melakukan penagihan terhadap utang-utang yang telah dapat ditagih tersebut. Apabila 14 hari setelah penagihan somasi tersebut debitur tidak juga membayar utangnya, maka kreditur yang tagihannya melebihi 50 dari jumlah seluruh tagihan dapat meminta debitur untuk mengajukan Prakarsa Restrukturisasi. Restrukturisasi utang ini hanya diajukan terhadap debitur yang berada dalam keadaan : 101 a. tidak mampu membayar atau diperkirakan dalam 6 bulan mendatang tidak mampu bunga dan atau utang pokoknya yang telah dapat ditagih b. diwajibkan membayar utang atau ganti kerugian kepada pihak lain yang mengakibatkan Perseroan kehilangan modal paling sedikit 50 yang ditetapkan berdasarkan putusan Pengadilan atau keputusan arbitrase yang telah berkekuatan hukum tetap c. mengalami kerugian atau diperkirakan akan mengalami kerugian yang mengakibatkan Perseroan kehilangan modal paling sedikit 50 dari modal Perseroan d. memiliki utang bermasalah yang besarnya setelah diperhitungkan dengan cadangan masih akan mengakibatkan Perseroan kehilangan modal paling sedikit 50 dari modal Perseroan e. memiliki utang yang keseluruhannya berjumlah 500 atau lebih dari modal Perseroan danatau memiliki utang yang keseluruhannya berjumlah 200 dua ratus persen atau lebih dari nilai jual harta kekayaan Perseroan apabila Perseroan dilikuidasi karena dinyatakan pailit. 100 Pasal 17 Draft-10 RUU, ibid. 101 Lihat Pasal 18 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. Setelah Prakarsa Restrukturisasi disetujui untuk diajukan, maka Prakarsa Restrukturisasi terlebih dahulu disampaikan kepada Pengadilan Niaga, untuk itu Panitera mencatatkannya dalam Register Pemberitahuan Prakarsa Restrukturisasi dan menerbitkan Surat Tanda Pendftaran Pemberitahuan Prakarsa Restrukturisasi. 102 Setelah pendaftaran di Pengadilan Niaga, maka debitur telah dapat menyampaikan undangan kepada para kreditur untuk menghadiri Rapat Pertama para kreditur yang akan membahas dan memutuskan pemberian atau penolakan pemberian Persetujuan Prinsip terhadap Prakarsa Restrukturisasi debitur. Dalam hal ini, Persetujuan Prinsip wajib diberikan oleh para kreditur apabila debitur berdasarkan hasil studi kelayakan dinilai layak untuk diberikan restrukturisasi utang, dinilai memiliki itikad baik dan kooperatif dalam menjalani restrukturisasi utang di masa mendatang. 103 Keputusan Rapat Pertama para kreditur ini mengikat semua kreditur, baik yang hadir maupun yang tidak hadir dalam Rapat Pertama tersebut. 104 B.2. Rencana Restrukturisasi Dalam hal Rapat Pertama memberikan Persetujuan Prinsip nya, maka selambat-lambatnya 90 hari sejak Persetujuan Prinsip diberikan, Tim Konsultan Restrukturisasi yang semula membuat Studi kelayakan, wajib menyelesaikan Rencana Restrukturisasi. Rencana Restrukturisasi terdiri atas : 105 a. rencana Restrukturisasi Utang; b. rencana Penyehatan Perseroan, jika ada; dan c. syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban Debitor dan Komite Kreditor berkaitan dengan Implementasi Restrukturisasi. Dalam Rencana Restrukturisasi harus jelas dicantumkan mengenai : 106 a. bentuk-bentuk upaya Restrukturisasi Utang yang dipilih dan jadwal dari tagihan- tagihan yang didahulukan; 107 b. upaya-upaya Penyehatan Perseroan c. rincian dari rencana langkah-langkah yang akan ditempuh action plan untuk melakukan upaya-upaya tersebut; dan d. jadwal dari setiap langkah yang akan ditempuh itu Dalam Rencana Restrukturisasi, dapat dimuat klausul yang menyatakan bahwa Komite Kreditor dapat meminta agar selama masa berlangsungnya Implementasi Restrukturisasi, Debitor tanpa persetujuan Komite Kreditor dilarang melakukan negative covenants hal-hal sebagai berikut : 108 102 Lihat Pasal 35 ayat 1 Draft-10 RUU, ibid. 103 Lihat Pasal 36 juncto Pasal 45 Draft-10 RUU, ibid. 104 Lihat Pasal 52 juncto Pasal 45 Draft-10 RUU, ibid. 105 Pasal 72 Draft-10 RUU, ibid. 106 ibid. 107 Tagihan-tagihan yang didahulukan adalah : a utang pajak, b imbalan jasa Tim Konsultan Restrukturisasi, c gaji pegawai dan upah pekerjaburuh dan e tagihan para pemasok pengusaha kecil dan menengah terhadap Perseroan yang timbul karena transaksi pemasokan dalam rangka kegiatan usaha sehari-hari debitur. Pasal 73 Draft-10 RUU, ibid 108 Pasal 70 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. a. mengganti anggota Direksi dan atau Komisaris Perseroan; b. memperoleh kredit baru; c. membebani aset Perseroan dengan suatu Hak Jaminan yang baru; d. menjadi penjamin bagi utang pihak lain; danatau e. hal-hal lain yang secara fundamental dapat mengganggu Implementasi Restrukturisasi. Rencana restrukturisasi ini harus terlebih dahulu disetujui oleh direksi perseroan, dan kemudian diajukan kepada komite kreditur untuk yang dibentuk setelah Rapat Pertama para kreditur memutuskan memberikan Persetujuan Prinsip. 109 Adapun Tugas dan kewajiban Komite Kreditor adalah melakukan hal-hal sebagai berikut : 110 a. mempelajari Rencana Restrukturisasi yang disusun oleh Tim Konsultan Restrukturisasi b. menyepakati atau menolak Rencana Restrukturisasi yang diajukan oleh Debitor c. mengajukan Rencana Restrukturisasi Alternatif yang disusun oleh Tim Konsultan Restrukturisasi Alternatif d. mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap Debitor kepada Pengadilan Niaga apabila Kesepakatan Restrukturisasi antara Debitor dan Komite Kreditor tidak tercapai; dan e. menjamin setiap Kreditor memiliki informasi yang sama mengenai Debitor, sehingga dengan demikian Komite Kreditor diwajibkan untuk memberikan informasi yang sama kepada semua Kreditor sekalipun informasi tertentu hanya diminta kepada Komite Kreditor oleh hanya satu atau lebih Kreditor tertentu saja. Dalam waktu 270 hari setelah disampaikannya rencana restrukturisasi kepada para kreditur, maka kesepakatan atas restrukturisasi antara debitur dengan komite kreditur harus tercapai. Apabila dalam jangka waktu tersebut kesepakatan tidak juga tercapai maka dapat dimohonkan perpanjangannya pada Pengadilan Niaga untuk jangka waktu tidak lebih dari 90 hari. Setelah lewat jangka waktu 270 hari ditambah 90 hari tersebut, ternyata kesepakatan tidak juga tercapai, maka terhadap debitur dapat diajukan permohonan pernyataan pailit. 111 Rencana restrukturisasi juga dapat berasal dari kreditur, yaitu Rencana Restrukturisasi Alternatif. Rencana Restrukturisasi Alternatif ini dapat diajukan namun tidak diwajibkan diajukan oleh kreditur setelah lewat jangka waktu 90 hari sejak Rencana Restrukturisasi diajukan oleh debitur, namun belum juga tercapai kesepakatan. Maka dalam waktu 90 hari sejak kesimpulan tidak tercapainya kesepakatan itu, kreditur dapat menyusun dan mengajukan Rencana Restrukturisasi Alternatif. Selama penyusunan Rencana Restrukturisasi Alternatif ini dilakukan oleh para kreditur, maka masa negosiasi terhadap Rencana Restrukturisasi dinyatakan 109 Lihat Pasal 67 dan Pasal 68 Drart-10 RUU, Ibid. 110 Pasal 60 juncto Pasal 45 Draft-10 RUU, ibid. 111 Lihat Pasal 78 Draft-10 RUU, ibid. LINDIA HALIM : RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN, 2008. diberhentikan untuk sementara. Masa negosiasi ini kembali dilanjutkan setelah Rencana Restrukturisasi Alternatif diajukan oleh komite kreditur kepada debitur untuk dinegosiasikan. Adapun masa negosiasi kembali ini ditambah masa negosiasi yang telah berlangsung tidak boleh melewati jangka waktu 270 hari ditambah perpanjangan 90 hari. Apabila telah lewat jangka waktu tersebut, maka kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitur di Pengadilan Niaga. 112 Rencana Restrukturisasi yang telah disetujui, wajib dituangkan isinya dalam bentuk akta notaril dan kemudian didaftarkan oleh Notaris yang bersangkutan kepada Pengadilan Niaga dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 hari setelah akta tersebut dibuat. Pada hari yang sama dengan hari pencatatan pendaftaran itu ke dalam buku Register Rencana Restrukturisasi, Panitera Pengadilan Niaga wajib memberikan Surat Tanda Pendaftaran Rencana Restrukturisasi kepada Notaris dengan tembusan kepada Ketua Pengadilan Niaga. Dalam jangka waktu 3 tiga hari kerja, Notaris wajib memberikan salinan resmi dari Surat Tanda Pendaftaran Rencana Restrukturisasi tersebut kepada Direksi Perseroan dan Ketua Komite Kreditor sebagai bukti pendaftaran tersebut oleh Pengadilan Niaga. Setiap orang boleh membaca dan mengutip isinya dengan tidak dipungut biaya apapun. Rencana Restrukturisasi sah karena hukum sejak tanggal surat permohonan pendaftaran oleh Notaris diajukan, sehingga dengan demikian Rencana Restrukturisasi tersebut telah dapat dan wajib dilaksanakan oleh Direksi Perseroan.

C. Keadaan Diam