Contoh pada bahasa tidak resmi : ’ SayE telat la ’
Saya telat Æ P-nya dihilangkan. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa
bukan kalimat. Klausa belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang ditandai dengan
adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Klausa sudah pasti mempunyai
P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P. www.google.com
2.2 Teori yang Digunakan
Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan penulisan tersebut. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya
apabila teori yang digunakan mempunyai hubungan langsung dengan penelitian yang diadakan.
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang
penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat
menjadi penuntun kerja bagi penulis. Penelitian ini menggunakan teori deskriptif analisis. Teori ini
adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
Universitas Sumatera Utara
memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena bahasa
yang akan diteliti.www.google.com Dalam buku sintaksis dan hubungan makna antara klausa yang
satu dengan klausa lainnya dalam kalimat luas bertingkat karangan Ramlan 1987: 59 mengatakan, bahwa hubungan makna antara
klausa terdiri dari kalimat setara dan kalimat luas bertingkat. dalam kalimat luas bertingkat terdapat juga hubungan makna yang timbul
sebagai akibat pertemuan antara klausa yang satu dengan yang lainnya, baik antara klausa inti dengan klausa bawahan. Penggabungan
dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna, dari penelitian yang dilakukan diperoleh 13 hubungan makna
yang antara lain, yaitu : 1. Makna Sebab
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna sebab dibentuk dari dua buah klausa yang
digabungkan menjadi sebuah kalimat dengan bantuan kata penghubung karena, sebab dan maka Cahyono, 1995:186.
2. Makna Akibat Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna akibat dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat dengan bantuan kata
penghubung sampai, hingga, atau sehingga Cahyono,1995:187.
Universitas Sumatera Utara
3. Makna Syarat Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna syarat dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata
penghubung kalau, jika, dan asal Ramlan, 1987:77.
4. Makna Tujuan Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’tujuan’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabung menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata
penghubung agar, supaya, dan untuk Cahyono,1995:189.
5. Makna Waktu Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna waktu berlangsungnya sesuatu peristiwa dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,
biasanya dengan bantuan kata penghubung ketika, sesudah, sebelum dan sejak Cahyono,1995:190.
6. Makna Kosesif Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna kesungguhan dibentuk dari dua buah yang digabungkan menjadi menjadi sebuah kalimat, biasanya dengan
Universitas Sumatera Utara
bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun. Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu peristiwa
atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan peristiwa atau kondisi yang bertentangan untuk terjadinya
peristiwa pada klausa pertama Ramlan,1987:88.
7. Makna Perkecualian Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa inti. Kata
penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kata kecuali dan selain. Cahyono,1995:133.
8. Makna Perbandingan Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-kluasanya
menyatakan perbandingan dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai
Cahyono,1995:192.
9. Makna Kegunaan Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan kegunaan kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kata untuk, guna, dan
buat Cahyono,1995:193.
Universitas Sumatera Utara
10. Makna Komplementasi Isi Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan apa yang dikatakan, dipikirkan, didengar, di sadari, di yakini, diketahui, di nyatakan, dengan kata singkat dapat dikatakan
bahwa klausa bawahan merupakan isi klausa inti. secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata penghubung bahwa
Ramlan,1987:89
11. Makna Atribut Penerang Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan sesuatu yang diharapkan, ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada klausa inti diharapkan akan
terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut pada klausa bawahan. secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata-kata
penghubung agar, supaya, agar supaya, dan biar Ramlan,1987:72.
12. Makna Pengandaian Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa
inti juga tidak mungkin terlaksana, secara jelas ditandai dengan kata-
Universitas Sumatera Utara
kata penghubung andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama
Ramlan,1987:74.
13. Makna Cara Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan bagaimana perbuatan yang disebutkan dalam klausa inti itu dilakukan atau bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam klausa
inti itu terjadi. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kata dengan, tanpa, seraya dan
sembari Ramlan,1987:87.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian