kerjasama dari setiap instansi yang terkait antara lain, PPATK, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Kepolisian Negara Indonesia, Kejaksaan Agung Republik
Indonesia dan masyarakat umum yang seluruhnya dilandasi oleh rasa tanggung jawab demi kepentingan negara sehingga tercipta kondisi bangsa yang bebas dari
praktik tindak pidana money laundering. Berikut akan dijabarkan perihal hambatan-hambatan dalam penerapan
Prinsip Know Your Customer terkait dengan upaya pemberantasan money laundering
pada Perusahan Asuransi.
A. Kurang Kooperatifnya Perusahaan Asuransi dalam Penerapan Prinsip Know Your Customer
Perhatian terhadap Perusahaan Asuransi diperlukan sebagai upaya untuk memastikan tidak dimanfaatkannya produk dan jasa Perusahaan Asuransi tersebut
untuk kegiatan pencucian uang. Penerapan Prinsip Know Your Customer pada Perusahaan Asuransi
diharapkan dapat menunjang pelaksanaan lembaga keuangan yang bebas dari praktik money laundering. Penerapan prinsip ini mulai dilakukan setelah
dikeluarkannya ketentuan mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer
untuk Lembaga Keuangan Non Bank yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45KMK.062003 yang diubah menjadi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74KMK.0122006 dimana salah satu
Universitas Sumatera Utara
lembaga keuangan yang diwajibkan untuk melaksanakan penerapan prinsip ini adalah Perusahaan Asuransi.
Laporan resmi mengenai profil kejahatan asuransi yang terkait dengan money laundering
di Indonesia lebih sering dilakukan oleh instansi lain dan masyarakat madani, sedangkan pihak Perusahaan Asuransi sendiri terbilang jarang
melaporkan adanya Transaksi Keungan Mencurigakan kepada PPATK. Menurut Asisten Kepala Wilayah PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Pitera
1912, April Siregar, mengatakan bahwa asuransi merupakan tempat untuk melakukan pengalihan resiko antara tertanggung dan penanggung, dan setiap
calon nasabah sudah dimintai keterangan mengenai identitas dirinya dan petugas pun sudah meneliti kebenaran identitas nasabah tersebut. Menurut beliau,
pelaksanaan Prinsip Know Your Customer sudah diupayakan pemberlakuannya, hanya saja untuk dapat terwujudnya dengan baik masih memerlukan waktu, bukan
saja karena beragamnya jenis nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak asuransi tetapi juga pihak asuransi yang memerlukan waktu terhadap pelaksanaan
penerapan ini.
85
Pihak nasabah sendiri terkadang enggan untuk jujur menyampaikan identitas dirinya, apalagi jika terkait dengan jumlah penghasilan dan pekerjaan
yang dimilikinya. Menurut A. Mina, selaku nasabah asuransi, biasanya nasabah
85
Wawancara dengan Asisten Kepala Wilayah PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, April Siregar,SH.MBA, pada Hari Jum’at 15 januari 2010, di Kantor PT. Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912,Jalan Iskandarmuda, Medan.
Universitas Sumatera Utara
akan merasa khawatir terhadap pihak asuransi apabila dimintai keterangan tentang jumlah penghasilan yang diterima, apalagi bila ternyata jumlah penghasilan yang
diterima lebih besar dari standar gaji pada pekerjaan yang dilakukannya. Pihak nasabah akan cenderung tidak jujur dan melaporkan jumlah penghasilan yang
ternyata tidak benar. Selanjutnya A, Mina mengatakan bahwa pihak asuransi pun ternyata tidak melakukan pemeriksaan data secara terperinci menyangkut identitas
nasabah tersebut. Mereka hanya melihat formulir yang diisi oleh calon nasabah dan langsung menyetujui perihal polis yang dimiliki tanpa adanya pemeriksaan
lanjut.
86
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia AAUI Jawa Timur Rudi Bachtiar mengatakan, pada prinsipnya asuransi tidak keberatan soal
sistem pengenalan nasabah. Akan tetapi, pelaku pasar asuransi umum memerlukan waktu dalam penerapannya. Beliau juga mengatakan bahwa penerapan prinsip
pengenalan nasabah ini dapat membuat nasabah asuransi takut dan tidak mau bekerjasama dengan Perusahaan Asuransi yang mengakibatkan Perusahaan
Asuransi akan mengalami kerugian.
87
Hal demikianlah yang menjadikan Perusahaan Asuransi dinilai kurang kooperatif dalam penerapan Prinsip Know Your Customer,karena berbagai pihak
pada asuransi masih sering saling melemparkan tanggungjawab dalam
86
Wawancara dengan nasabah PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, A.Mina, pada hari Selasa 19 januari 2010, di rumah nasabah, Jalan Utama No.2, medan.
87
http:www.surya.co.id. Ridwan Ichsan. Asuransi ladang pencucian Uang . Diakses
tanggal 5 februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan penerapan Prinsip Know Your Customer ini. Selain hal tersebut hambatan lain terkait dengan tidak kooperatifnya Perusahaan Asuransi dalam
penerapan Prinsip Know Your Customer sebenarnya diakibatkan penerapan sanksi yang jarang dikenakan terhadap pelanggaran penerapan prinsip tersebut. Penyedia
Jasa Keuangan termasuk asuransi hanya dikenai sanksi adminstratif terhadap pelanggaran tersebut. Sekalipun pengaturan terhadap kesengajaan tidak
melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan telah dikenai sanksi pidana denda yang di atur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 15 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, tetap saja dalam praktiknya hal tersebut sulit untuk dilakukan, karena pada
dasarnya setiap lembaga keuangan selalu berupaya untuk mengamankan usaha dan pegawainya dari setiap ketentuan-ketentuan yang di anggap dapat merugikan
kepentingan perusahaannya. Aspek problematik lain adalah perusahaan Asuransi dalam penjualan
produk-produk asuransinya sering kali melalui lembaga intermediasi sehingga terkadang para broker pialang dan agen asuransi saja yang mengetahui dan satu-
satunya penghubung dengan nasabah.
88
Nasabah yang melakukan pembelian polis melalui agen asuransi sering tidak mengetahui dengan jelas perihal apakah formulir aplikasi asuransinya
disampaikan kepada pihak asuransi atau tidak. Asro sendiri mengatakan bahwa
88
Gema Swadarma, “Mari Mengenal Nasabah”, Edisi nomor 028III, September 2001, Hal.1.
Universitas Sumatera Utara
dia tidak mengetahui apakah pengisian formulir aplikasi tersebut terkait dengan penerapan Prinsip Know Your Customer atau tidak, yang terpenting data tersebut
telah diisi dan perjanjian polis telah dilakukan. Perihal apakah data tersebut tersimpan pada dokumen pihak asuransi atau tidak hanya pihak agenlah yang
mengetahuinya.
89
B. Kurangnya Koordinasi Aparat Terkait Untuk Melakukan Pelaporan dan Penggawasan Penerapan Prinsip