Ketentuan Sanksi PENERAPAN PRINSIP

C. Ketentuan Sanksi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 Prinsip Know Your Customer, ketentuan sanksi terhadap Penyedia jasa keuangan yang tidak melaporkan kepada PPATK perihal transaksi keuangan yang mencurigakan uang termuat dalam Pasal 13 ayat 1 akan dikenai sanksi pidana berupa denda, hal ini termuat dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 yang berbunyi: “Penyedia Jasa Keuangan yang dengan sengaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1, dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah.” Adapun yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 adalah: “Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud dalam Bab V, untuk hal-hal sebagai berikut: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan b. Transaksi keuangan yang dilakuan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta tupiah atau lebih yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun dalam beberapa kali transaksi dalam 1 satu hari kerja.” Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 25 tahun 2003 berbunyi: 1“Dalam hal terpidana tidak mampu membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan III, pidana denda diganti dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun 2 Pidana penjara sebagai pengganti pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dicantumkan dalam ama putusan” Penyedia Jasa Keuangan yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 8 dan pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 salah satunya adalah Perusahaan Asuransi, sehingga dengan demikian pasal tersebut di atas dapat dikenakan pada Perusahaan Asuransi yang dengan sengaja tidak menyampaikam laporan transaksi keuangan kepada PPATK. Apabila Perusahaan Asuransi tidak sanggup uuntuk membayar denda yang telah tertera pada pasal 8 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang maka dapat diganti dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan dicantumkan dalam amar putusan Dalam penerapan Prinsip Know Your Customer pada Perusahaan Asuransi juga terdapat ketentuan sanksi terhadap pelanggaran kepatuhan terhadap penerapan prinsip tersebut termasuk pada tahap pelaporan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan kepada PPATK dan pengawasan kepatuhan terhadap penerapan Prinsip Know Your Customer tersebut. Sanksi yang dikenakan berupa sanksi administratif yang tertuang dalam Pasal 6 ayat 1 Universitas Sumatera Utara Salinan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 2833LK2003 yang berbunyi: “Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 keputusan Menteri Keuangan tenteng penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank dapat berupa: a. Sanksi peringatan b. PembatasanPembekuan Kegiatan Usaha c. Pencabutan Izin usaha d. Penggantian PengurusPelaksana Tugas Pengurus” Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74PMK.0122006 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Pada lembaga Non Bank Pasal 18 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimakud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 6 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif yang berupa: a. Sanksi Peringatan b. Sanksi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Pelanggaran kapatuhan pelaksanaan terhadap penerapan Prinsip Know Your Customer pada Perusahaan Asuransi dapat dikenakan sanksi administratif yang tersebut di atas, termasuk dalam hal pelanggaran terhadap pemenuhan ketentuan pelaporan kepada PPATK sesuai dengan undang-undang tindak pidana pencucian uang. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada Pasal 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 25 tahun 2003 menyebutkan tentang: “Penyedia jasa keuangan, pejabat, serta pegawainya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.” Menurut penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003, adapun yang dimaksud dengan “dituntut secara perdata” antara lain adalah tuntutan ganti rugi, sedangkan yang dimaksud dengan “dituntut secara pidana” antara lain tuntutan pencemaran nama baik. 81 1 “Direksi, pejabat, atau Penyedia Jasa Keuangan dilarang memberitahukan kepada pengguna jasa keuangan atau orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara Penyedia Jasa Keuangan termasuk Perusahaan Asuransi tetap dapat dituntut dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 25 tahun 2003 dengan sanksi pidana berupa denda. Pasal 17A Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 bernyebutkan: 81 Penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003. Universitas Sumatera Utara apapun mengenai laporan transaksi keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK 2 Pejabat atau pegawai PPATK, serta penyelidikpenyidik dilarang memberitahukan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada pengguna jasa keuangan yang telah dilaporkan kepada PPATK atau penyidik secara langsung dengan cara apapun. 3 Direksi, pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan, pejabat atau pegawai PPATK serta penyelidikpenyidik yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 da ayat 2, dipidana dengan pidana paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling sedikit rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah.” Ketentuan tersebut diatas dikenal dengan anti tipping-off. Ketentuan ini dimaksudkan agar pengguna jasa keuangan nasabah tidak memindahkan harta kekayaannya sehingga mempersulit penegakan hokum untuk melakukan pelacakan terhadap nasabah dan harta kekayaan yang bersangkutan. Ketentuan anti tipping-off berlaku pula bagi pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan, termasuk Perusahaan asuransi, pejabat atau pegawai PPATK serta penyelidik untuk mencegah pengguna jaa keuangan yang diduga sebagai pelaku kejahatan melarikan diri dan harta kekayaan yang bersangkutan dialihkan sehingga mempersulit proses penyekidikan dan penyidikan tindak pidana. 82 82 Penjelasan Pasal 17A Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PENERAPAN

PRINSIP KNOW YOUR CUSTOMER SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN MONEY LAUNDERING PADA PERUSAHAAN ASURANSI Masalah money laundering baru dinyatakan sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak pidana pencucian Uang yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 17 April 2002. Sebagai undang- undang yang baru, sudah tentu memuat permasalahan yang baru pula bagi negara kita, Indonesia. Diterbitkannya undang-undang ini untuk mengatasi akibat Indonesia dimasukkan ke dalam daftar hitam, yaitu dikategorikan sebagai negara yang tidak kooperatif atau Non-Cooperative Countries and Territories NCCT,s sejak Juni 2001 oleh kelompok negara maju yang tergabung dalam Financial Action Task force FATF on Money Laundering. FATF mempunyai fungsi mengembangkan dan menyebarluaskan kebijakan pemberantasan pencucian uang, pemrosesan hartaaset dari tindak pidana dalam menyembunyikan asal usulnya yang ilegal. Tindak pidana pencucian uang merupakan salah satu aspek kriminalitas yang berhadapan dengan individu, bangsa dan negara. Maka sifat tindak pidana ini menjadi universal dan menembus batas-batas yurisdiksi negara sehingga masalahnya bukan saja bersifat nasional tetapi juga masalah regional dan internasional. Bahkan, mengingat money laundering merupakan kejahatan 108 Universitas Sumatera Utara