Money Laundering Pasif pada Perusahaan Asuransi

Pidana pokok yang dapat diberikan pada sebuah perusahaan adalah denda maksimal yang dapat ditambah sepertiga. Selain hukuman denda, tambahan hukuman yang dapat diberikan pada perusahaan adalah pencabutan izin usaha atau bahkan pembubaran dan likuidasi perusahaan atas keterlibatannya dalam money laundering.

H. Money Laundering Pasif pada Perusahaan Asuransi

Secara yuridis dalam UU No 23 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai penyempurnaan dari UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindakan Pidana Pencucian Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam dua tindak pidana. 58 Pertama , tindak pidana aktif, di mana seseorang dengan sengaja menempatkan, mentransfer, menghibahkan, membayarkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan uang-uang hasil tindak pidana dengan tujuan mengaburkan atau menyembunyikan asal usul uang itu, sehingga muncul seolah- olah sebagai uang yang sah. 59 Kedua , dalam pasal lain juga disebutkan tentang tindak pidana pencucian pasif yang dikenakan kepada setiap orang yang menerima atau menguasai 58 http:www.kompas.com. Curiga pencucian Uang,PPATK Periksa Unit Link . Diakses tanggal 5 Februari 2010. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara penempatan, pentransferan, pembayaran, penerima hibah, sumbangan, penitipan, penukaran uang-uang yang berasal dari tindak pidana itu, dengan tujuan sama yaitu untuk mengaburkan, menyembunyikan asal-usulnya. 60 Menurut Yenti Garnasih, money laundering itu kejahatan ganda. Ada kejahatan inti dan ada money laundering yang sebenarnya merupakan kejahatan lanjutan. Di Indonesia terdapat 24 bentuk kejahatan ditambah semua kejahatan yang ancaman pidananya empat tahun ke atas yang terkait dengan money laundering salah satunya di bidang asuransi. Seringkali perusahaan asuransi Hal tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Sanksinya cukup berat, dimulai dari hukuman penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun, dengan denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah. Dikatakan money laundering secara pasif karena pelakunya bukanlah orang yang melakukan tindak pidana dan memperoleh uang hasil kejahatan tersebut, melainkan orang yang menerima dan menguasai uang hasil kejahatan tersebut dalam bentuk penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, atau pertukaran yang selanjutnya akan dicuci untuk mengaburkan asal-usul uang tersebut atau dengan kata lain membuat uang tersebut seakan-akan nerasal dari sumber yang sah. 60 Ibid. Universitas Sumatera Utara dijadikan sebagai kendaraan pada tindak pidana pencucian uang ini, apakah melalui penempatan, pembayaraan, maupun penitipan dari kejahatan inti pencucian uang tersebut, hal ini juga dinamakan money laundering. Sepintas sama seperti penadahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP. Kalau Pasal 480 KUHP, dianggap kejahatan apabila orang dianggap menerima hasil kejahatan. Jadi yang dipidana adalah orang yang menerima. Sementara untuk money laundering, pelaku money laundering, pelaku sebenarnya adalah yang melakukan kejahatan inti, misalnya korupsi, kemudian dia mencuci hasil kejahatannya dengan melakukam pembelian polis pada perusahan asuransi. 61 61 http:www.kompas.com. Budiman Tanuredjo, Yenti Garnasih dan Pencucian Uang . Diakses tanggal 3 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENERAPAN PRINSIP

KNOW YOUR CUSTOMER PADA PERUSAHAAN ASURANSI

A. Pengaturan Prinsip Know Your Customer pada Perusahaan Asuransi

Sebagai salah satu entry bagi masuknya uang hasil tindak kejahatan, asuransi ataupun jasa keuangan lain harus mengurangi risiko digunakannya sebagai sarana pencucian uang dengan cara mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau transaksi, dan memelihara profil nasabah, serta pelaporan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan suspicious transactions yang dilakukan oleh pihak yang menggunakan jasa bank atau jasa keuangan lain. Penerapan prinsip mengenal nasabah atau lebih dikenal dengan Know Your Customer Principle KYC Principle ini didasari pertimbangan bahwa KYC tidak saja penting dalam rangka pemberantasan pencucian uang, tetapi juga dalam rangka penerapan prudential untuk melindungi dari berbagai risiko dalam berhubungan dengan nasabah dan counter-party . khususnya terhadap para nasabah, pihak asuransi, atau perusahaan jasa keuangan lain harus mengenali para nasabah agar asuransi atau perusahaan jasa keuangan lain tidak terjerat di dalam kejahatan pencucian uang. 62 Prinsip mengenal nasabah ini merupakan rekomendasi FATF, yang merupakan prinsip ke-15 dari 25 Core Principles for Effective Banking 62 Adrian Sutedi. Op.Cit,hal.147. Universitas Sumatera Utara